Bab 8 Perjalanan Keluar Kota

7 4 1
                                    

"Tan, gue mau bicara sama lo," ucap Nala. Kini mereka sedang berada ditaman rumah sakit.
"Bicara apa? tumben kayak ada yang serius aja," jawab Tania.

"Besok lusa gue ada acara ke luar kota, jadi gue nggak bisa nemenin lo di rumah sakit," ujar Nala.

"Waduh, gimana ya besok lusa juga gue ada job keluar kota, nanti siapa yang bakal jagain Ibu gue?" walaupun Asti belum tentu sadar, namun Tania tidak tega meninggalkan ibunya sendirian.

"Gimana kalau Daffa aja, kan dia bisa ngeluangin waktu," saran Nala.

Tapi kan dia juga harus kerja juga masa kita harus menyita waktu dia, ya, gak enak lah," ucap Tania, ia rasa sudah terlalu banyak merepotkan Dafa.

" Ya trus, lo mau minta tolong siapa?"

Setelah berfikir sejenak, sepertinya Tania tak bisa membantah dengan usulan Nala.

"Ya udah, deh, Nanti coba gue bicara baik-baik sama dia."

Seperti biasa, setiap sore Dafa selalu berkunjung ke rumah sakit untuk membawakan beberapa makanan dan juga buah untuk Tania. Di situlah Tania membicarakan apa yang dia diskusikan dengan Nala tadi.

"Permisi, paket atas nama Ibu Tania Maharani," ucap Dafa dari luar pintu,

Tania yang sedang duduk di dalam ruangan sudah menduga bahwa yang datang adalah Daffa. Dengan tawa kecilnya Tania membukakan pintu dan menjawab, "iya silakan masuk!"

Walaupun sederhana namun candaan-candaan kecil seperti itulah yang membuat Tania terhibur.

"Gimana keadaan ibu kamu?"

"Ya, seperti yang kamu lihat masih sama dengan yang kemarin." Tania seperti sudah terbiasa dengan keadaan ibunya.
"Hmm, Daf, aku mau bicara sama kamu." Tania memulai inti pembicaraanya.

"Mau bicara apa, kok kayaknya serius banget?" Dafa mengeataskan salah satu alisnya.

"Begini, besok lusa aku ada job di luar kota dan Nala juga kebetulan ada acara di luar kota. Jadi aku mau minta tolong kamu untuk ngejenguk ibu aku kalo ada waktu senggang. Kalo ada apa-apa segera kabari aku, ya. Sebenarnya aku nggak tega kalau ninggalin Ibuku sendirian, tapi aku juga gak bisa ninggalin pekerjaan gitu aja," jelas Tania.

"Ohh, aku kira apa, iya aku bisa kok. Nanti kalau nggak ada penumpang Aku bakal ke rumah sakit untuk nengok ibu kamu," jelas Dafa.

"Makasih, ya, Dafa, kamu orang yang selalu bisa andalkan." Senyum kuda Tania tercetak lebar dibibirnya. "Aku doa'in, semoga kamu bisa dapat jodoh yang baik, cantik, imut kayak aku." Kini senyum kudanya diiringi tawa kecilnya.

"Aamin ... " Dafa mengusap wajahnya dengan kedua telapak tanganya.

********

Hari yang telah ditentukan pun telah datang, di mana Tania dan para karyawan Bude Murni akan berangkat ke Semarang. Semua barang-barang telah dipersiapkan, mereka akan berangkat pukul 07.00 pagi. Bercengkrama satu sama lain dan memakan cemilan-cemilan yang ada adalah kegiatan di dalam mobil yang dilakukan Tania dan para karyawan sembari menunggu perjalanan sampai pada tujuan. Pukul 09:30 WIB mereka di gedung yang dituju. Sesampainya di sana mereka disambut dengan hangat oleh tuan rumah, mereka dipersilakan masuk dan dihidangkan makanan-makanan khas manten sembari menunggu mempelai wanita siap untuk dirias.

Kini mereka sudah berada di dalam ruang rias bersama dengan mempelai wanita. Ritual serta kegiatan merias pun akan segera dimulai. Tepat pukul dua belas mempelai wanita pun siap untuk naik ke pelaminan. Acara pun berlangsung tidak lama mengingat pernikahan itu diadakan di gedung sewaan yang mana ada batasan waktu untuk menempatinya. Pada pukul empat sore, acara telah selesai dilaksanakan tamu undangan pun sudah tidak banyak yang terlihat. Bude Murni beserta karyawannya bisa segera pulang.

Waktu pulang yang sangat mepet dengan waktu salat magrib, mengharuskan mereka melaksanakan salat di masjid pinggir jalan yang akan dilewati. Sayangnya masjid yang mereka lewati ternyata ada pernikahan juga, namun tak jauh dari masjid tersebut, terdapat mushola, akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti di sana. Mungkin mereka tidak hanya sholat saja, melainkan beristirahat sejenak walau sekedar duduk atau berbaring.

"Tan, lu nggak penasaran sama yang nikah di masjid itu?" bisik Mona sesaat setelah mereka selesai sholat.

"Aku biasa aja, sih, mbak, tapi gak ada salahnya kalo kita liat bentar," jawab Tania sembari melipat mukena.

"Bude, aku sama mbak Mona izin mau melihat pernikahan di masjid itu, ya," ucap Tania sebelum bude Murni mulai sholat.

"Tapi jangan lama-lama, ya, soalnya kita juga istirahatnya cuma sebentar, biar pulangnya nggak kemalaman." Bude Murni bersiap akan sholat.

"Baik Bude."

Mereka pun pergi menuju masjid lewat pintu samping.

"Pernikahan ini kayaknya sederhana, deh, jadi mari kita lihat make up si perempuannya lebih bagus dari kita atau nggak," ucap Mona dengan tawa kecilnya.

"Ihh, ada-ada aja Mbak Mona ini, nggak boleh banding-bandingin gitu," ucap Tania diiringi dengan senyumnya.

Sesampai mereka di sana, mereka bertanya kepada salah satu tamu undangan di sana.

"Mbak, mau tanya ini di mana ya pengantinya?" tanya Mona setelah celingak-celinguk mencari keberadaan sang pengantin.

"Ya, telat mbak, ini kan sudah sore sudah mau bubar acaranya. Tapi tadi saya liat kayaknya pengantin wanita sama prianya ada di sebelah sana, deh," jawab seorang wanita yang kebetula sambil menunjuk ke arah kiri. "Pengantin perempuanya pake kebaya tadi mbak," sambungnya lagi.

"Oh, ya, udah mbak terima kasih."

Tania dan Mona sedang melihat arah sekitar untuk mencari keberadaan sang pengantin.

"Ehh, itu deh kayaknya!" ucap Mona saat melihat seorang laki-laki yang memakai jas pengantin dan seorang wanita yang memakai kebaya hijau dibelakang cendela.

Tania pun menoleh ke arah yang dimaksut. Tania membulatkan matanya setelah mengetahui siapa yang dia lihat. Tania mengucek matanya, berharap apa yang dia lihat itu salah. Namun, beberapa kali pun dia mengucek matanya, tetap apa yang dia lihat adalah sama. Kevin dan Nala-lah yang dilihat oleh Tania.

"Ada apa, Tan? kok lu kayak kaget gitu?" tanya Mona yang bingung melihat tingkah Tania. "Lo, kenal sama mereka?" sambungnya lagi.

Air matanya hampir saja jatuh, namun, ia tahan. Tania ingin memastikan dengan bertanya sekali lagi pada orang lain.

"Permisi, mbak mau tanya, ini yang menikah siapa, ya, namanya?" tanya Tania pada seseorang yang lewat didepan Tania.

"Kayaknya tadi namanya Kevin sama Na ... Na siapa, ya, lupa deh, soalnya saya cuma diajak temen kesini buat cari makan enak," jawab wanita itu dengan senyum kudanya.

Wanita itu pun pergi, namun, hati Tania benar-benar hancur kala mendengar nama kekasihnya disebut.

"Ayo, kita kembali aja ke mushola, biar gak kemalaman nanti saat pulang," ajak Tania. Ia berusaha menyembunyikan matanya yang mulai berkaca.

"Ada apa sih, Tan? kita kan belom sempet liat make up nya," jawab Mona.

Tak banyak bicara, Tania langsung menarik tangan Mona untuk segera pergi dari masjid itu.

"Bude, ayo kita segera pulang!" ajak Tania saat tiba di mushola.

"Lo, udah selesai?" Bude Murni agak bingung karna melihat Tania yang tergesa-gesa.

DRRRT ... DRRRT ...

Handphone Tania berdering saaat ia membereskan barang-barangnya. Tania membulatkan matanya saat nama tertera di layar handphone nya adalah Dafa.

*********

Kira-kira apa cerita selanjutnya ya😢 Yuk ikuti terus kisahnya dan jangan lupa vote dan komenya😉

ig:haroh_01

(Hiatus)Bukan Salah Takdir Jika Kamu Bukan Jodohku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang