Bab 21 Kevin Menemui Tania

9 5 0
                                    

Asih sangat gelisah karena saat Kevin pergi tadi ia belum sempat menceritakan apapun tentang Tania, apalagi sampai malam begini kevin belum juga pulang. Asih hanya bisa mondar-mandir di teras rumahnya, menunggu kedatangan Kevin.

"Kevin, kamu dari mana aja? ibu sangat cemas sama kamu," ucap Asih saat melihat Kevin datang. Ia segera menghampiri anak asuhnya itu.

Setelah Kevin men-standarkan motornya, ia memandang sendu Asih, air matanya hampir saja jatuh. Asih pun sudah paham dengan apa yang tersirat pada wajah Kevin, ia segera memeluknya. Sesekali Asih menepuk punggung Kevin dengan perlahan.

"Ya, udah kita masuk dulu, kita bicarakan di dalam," ucap Asih melepaskan pelukanya.

"Kak Kevin!" teriak seorang anak saat Kevin memasuki rumah, anak itu beserta teman-temanya langsung menghampiri Kevin.

"Akhirnya, Kak Kevin pulang juga, aku kangen banget sama, kak Kevin." anak-itu memeluk Kevin.

"Kak Kevin juga kangen banget sama kalian." Kevin memeluk dengan penuh kasih sayang.

"Jangan pergi-pergi lagi, ya, Kak, kami gak sanggup kalau ditinggal lagi."

"Iya, Kakak janji, kok, nggak bakal pergi lagi kakak akan menetap di sini sama kalian," senyum Kevin.

"Yeee, makasih, Kak."

"Anak-anak, kalian kalian masuk dulu, ya, karena Ibu Asih mau bicara sama Kak Kevin dulu." ujar Asih.

"Iya, Bu," jawab semua anak-anak. "Besok kita main bersama, ya, Kak!" Anak-anak dengan wajah harapnya itu membuat Kevin tak bisa menolak.

"Pasti dong." Senyumnya meyakinkan para anak-anak.

"Bu, sekarang ceritakan apa yang terjadi selama Kevin pergi!" tanya Kevin setelah anak-anak sudah pergi.

"Baiklah ibu akan cerita."

SATU TAHUN YANG LALU

Pagi hari, seperti biasa Asih pergi ke pasar membeli bahan-bahan masakan.

"Ehh, Bu Asih, gimana kabarnya?" sapa dua orang ibu-ibu dengan ekspresi datar.

"Alhamdulilah baik, Bu, Bu Yati sama Bu Marni sendiri bagaimana?" jawab Asih dengan ramah.

Ibu-ibu itu memutar bola matanya malas, "Tolong, donk, Bu, kalo ngajarin anak asuhnya yang bener, sepertinya ibu salah mendidik Kevin," ketus Yati.

"Maksutnya gimana, ya, Bu?"

"Masa', Bu Asih, nggak tahu? Kevin, kan, menghianati Tania," ucap Marni.

"Memangnya ada apa, Bu? sepertinya dia nggak ngapa-ngapain?" Asih benar-benar tidak tau apa yang terjadi.

"Bu Asih emang nggak tahu atau cuma pura-pura?" Yati hanya beradu lirik dengan Marni.

"Kevin, kan, nikah sama orang lain dan itu bertepatan dengan meninggalnya ibunya!" ketus Marni.

"Coba bayangin gimana perasaannya Tania, dia sekarang sakit-sakitan gara-gara Kevin!" sambung Yati.

Asih pun kaget bukan main, ia tak menyangka dengan apa yang baru saja ia dengar, karna Kevin juga jarang menghubungi Asih.

"Tolong, ya, Bu, jangan sampai ada yang kayak Kevin!"

Asih pun segera pulang tanpa menghiraukan Marni dan Yati. Asih penasaran dengan apa yang dikatakan oleh ibu-ibu tadi, ia pergi ke rumah sakit untuk memastikan kebenarannya dan benar saja, saat di sana, dari kejuhan ia melihat Tania yang terbaring di lantai dengan seorang perempuan di sampingnya yang berteriak minta tolong. Namun, langkah asih terhenti ketika melihat seorang pria yang baru datang menarik perempuan tadi untuk keluar dan memarahinya, bisa kita tebak mereka adalah Nala dan Dafa. Asih tak berani mendekat karena sepertinya perbincangan mereka sangat serius, Asih juga tak sempat untuk bertanya pada wanita itu karena wanita itu buru-buru pergi. Lalu Asih juga memutuskan untuk pulang dan menunggu waktu yang tepat untuk bertanya. Iya berpikir akan bertanya pada Tania saat Tania sudah pulang ke rumah. Namun, ternyata Tania keburu pergi ke luar kota dan Asih kehilangan kontak.

*****

"Jadi Tania sudah tahu! tapi dia tahu dari mana?"

"Asih menggenggam tangan Kevin dengan tatapan nanar lalu berkata, "Kevin, tolong jelaskan apa yang terjadi."

Kevin tak sanggup untuk ditatap oleh ibu asuhnya, matanya berkaca, "Maafkan Kevin, Buk, Kevin benar-benar terpaksa melakukan itu." Kevin pun menceritakan semua yang terjadi.

"ASTAGFIRULLAH, Kevin, Ibu benar-benar gak nyangka dengan apa yang kamu alami." Asih memeluk Kevin, ia tak bisa berkata apa-apa.

Disatu sisi, Kevin ingin mendapatkan uang yang banyak dari Natalie untuk menikah dengan Tania, namun, disisi lain Natalie memang membutuhkan Kevin sebagai penyemangat hidupnya. Hal ini membuat Kevin semakin frustasi, namun, kini ia benar-benar menyesal dengan apa yang ia lakukan. Dari pertama kenal dengan Tania hingga kini, Kevin tak pernah sedikitpun berpaling perasaanya dari Tania, namin, kini sepertinya impianya untuk menikah dengan Tania telah musnah karna perbuatanya sendiri.

"Besok aku akan kesana lagi, Buk, aku kan jelaskan apa yang sebenarnya terjadi."

"Tapi kamu jangan pernah memaksanya, ibu dengar karna semenjak ibunya meninggal, Tania jadi mudah sakit."

"Dia pasti terpukul, baiklah, Buk, aku akan bicara pelan-pelan.

********

"Wahh, sayang banget tadi temen kamu udah pulang," ujar Dafa pada Tania yang baru saja turun dari motor. Dafa langsung membantu istrinya membawakan belanjaanya.

"Temen? siapa?" Sembari berjalan masuk ke dalam rumah.

"Gak tau, tadi dia buru-buru pulang pas aku lagi beresin setrikaan."

"Hah?"

"Tapi tadi dia kayak bawa oleh-oleh gitu, tulisanya 'Khas Bogor', tapi gak dikasihkan ke aku, tuh."

Langkah Tania seketika berhenti, "Kevin." Nama itu tiba-tiba terbesit dalam pikiranya.

"Apa dia pakai kacamata?"

"Kok, kamu tau? kalo gak salah gagangnya warna hitam."

Seketika itu Tania terkulai lemas, kakinya tak bisa menopang tubuhnya.

"Ada apa sayang?" tanya Dafa dengan kawatir.

Dengan napas panjangnya Tania memegang dadanya. "Aku gak tau apa itu benar, namun, yang ada dipikiranku dia adalah Kevin."

"Apa?" kejut Dafa. "Ayo, kita masuk dulu," ucapnya sembari memapah Tania.

Memasuki rumah, saat Tania melihat foto pernikahanya yang berada diatas almari pendek, ia berpikir, sepetinya apa yang terbesit dalam benaknya itu benar. Tania tidak pernah berpikir bahwa Kevin akan pulang karna ia sudah tak mengharapkan kedatanganya lagi. Namun, ia belum punya persiapan jika suatu saat akan bertemu dengan mantan kekasihnya itu.

"Gapapa, ada aku, kok, disampingmu. Aku yang akan membantu bicara sama dia jika kita bertemu lagi." ucap Dafa menenangkan Tania, ia pun memeluk istrinya.

KEESOKAN HARINYA

Siang hari, Kevin sudah berada di depan rumah Tania. Kevin segera mengetuk pintu dan tak lama kemudian Tania membukakan pintunya. Tania membelalakkan matanya tak menyangka bahwa Kevin akan datang lagi. Seketika itu Tania segera menutup pintunya, namun, dicegah oleh Kevin.

"Tania, ada yang ingin aku bicarakan, aku mohon," pinta Kevin.

Tania menarik panjang nafasnya, ia tak tahu apakah ia akan sanggup jika berdua saja dengan Kevin karena Dafa sedang tidak ada di rumah.

********

Huhu, kira-kira gimana, ya, kisah selanjutnya🤔tetap ikuti terus, ya, jalan ceritanya dan jangan lupa vote dan komenya😉😉

(Hiatus)Bukan Salah Takdir Jika Kamu Bukan Jodohku Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang