"Sayang, aku mau ke pasar dulu, ya, soalnya bahan-bahan dapur udah pada abis. Nanti sekalian aku ke butik juga, aku mau sekalian nge-cek," ucap Tania yang sudah bersiap-siap.
"Kamu sendirian? naik taksi aja, ya, biar gak kecape'an," pinta Dafa, ia kawatir pada istrinya.
"Iyah, aku udah pesen taksi online, kok." Tania mencium punggung tangan suaminya.
"Hati-hati, ya."
"Iyah, Sayang."
Tak berselang lama, taksi yang telah dipesan pun sampai di depan rumah. Tania berangkat. "Pak, antar saya ke pasar dulu baru ke butik, ya," ucapnya pada sang sopir.
Ketika sampai di pasar, terlihat jalanan yang ramai serta becek karna hujan semalam. Hal itu tidak memungkinkan kendaran roda empat untuk masuk wilayah pasar karna kendaraan roda dua dan pejalan kaki saja sudah memenuhi jalan.
"Hari minggu emang se-rame ini, ya?" gumam Tania.
"Biasanya, sih, gak se-rame ini, Mbak, mungkin karna di persimpangan jalan sana ada festival jadi rute nya di pindah, dan kendaraan roda dua memilih jalan ini yang lebih cepat." jawab sang sopir.
"Waduh, terus gimana ini masuknya?"
"Mohon maaf, Mbak, sepertinya mobil ini hanya bisa parkir disini saja, untuk jalan masuknya lebih baik, Mbak, jalan kaki."
"Ooo ... gitu, ya, Pak. Ya udah, deh, saya jalan kaki aja."
"Tenang, Mbak, akan saya sebrangkan jalanya lalu saya antar sampek masuk."
"Iya, Pak, terimakasih."
Mereka pun segera keluar dari mobil untuk menyebrang jalan. Si sopir membukakan jalan untuk Tania menyebrang. Tania dengan berlari kecil, ia segera menyebrang karna takut jalanan akan semakin ramai. Namun, karna banyaknya orang yang berdesak-desakan untuk masuk ke wilayah pasar, membuat Tania berhenti di pinggir jalan dan berjauhan dengan sang sopir. Sang sopir tak bisa mendekati Tania dan Taniapun juga tak bisa masuk ke dalam pasar.
TIN ... TIN ... TIN ...
Suara klakson motor yang melaju dengan cepat dari kejauhan membuat orang takut dan berhamburan. Tania yang kebingungan harus kemana, ia terdiam sembari memegangi pinggang dan perutnya. Tanpa ia sadar motor itu sudah semakin dekat dengan dirinya.
"Awas, Mbak!" teriak seorang ibu yang melihat Tania masih terdiam.
Seorang laki-laki segera merangkul tubuh Tania alih-alih memindahkan posisi Tania agar tidak tertabrak. Tania pun terkejut, dadanya berdegub kencang dan matanya terbuka lebar.
"Ya, Allah ... untung saja ...," ucap para ibu-ibu yang melihat kejadian itu.
Tania masih memegang dada dan perutnya.
"Kamu gak papa?" Laki-laki itu melepas rangkulanya.
Dengan napas tersengal Tania mendongak ke atas untuk melihat siapa yang menolongnya.
"Kevin?"
"Tania, kamu gak papa?" saut Asih menghampiri Tania.
"Bu Asih?" Pandanganya beralih pada Asih.
"Ayo, kita ke pinggir dulu."
Kevin menuntun Tania untuk ke pinggir pasar.
"Ini, minum dulu." Asih mengeluarkan sebotol air putih dari tasnya.
"Terimakasih, Bu," ucap Tania sembari meneguk air putih itu.
"Apa kamu terluka atau bagaimana?" tanya Kevin kawatir.
"Gak papa, kok. Perutku agak sakit dikit, mungkin karna desak-desakan tadi."
"Mbk, maaf tadi saya gak bisa nolongin, Mbak, karna saya gak bisa nerobos ibu-ibu," ucap sopir setelah bisa melewati jalan.
"Iya, gapapa."
"Di dalam pasar lagi ada promo murah, makanya banyak orang yang berbondong-bondong kesini, ditambah lagi ada jalan yang di tutup membuat pasar tambah rame, " jelas Asih.
"Ya, udah bapak bisa tunggu di dalam mobil saja, biar saya yang anter, Mbak Tania ke dalam," ucap Kevin menghadap pada sang sopir taksi itu.
"Baik, Mas, terimakasih."
Kevin dan Asih pun mengantar Tania masuk ke dalam pasar. Sembari berjalan, sesekali mereka berbincang membicarakan masa lalu. Sudah lama Asih tak bertemu Tania semenjak Tania sibuk mengurus ibunya, kini mereka bisa bertemu lagi membuat Asih sangat senang, karna mereka dulu juga sangat dekat.
Setelah dirasa kebutuhan sudah cukup, Tania memutuskan untuk kembali. Kevin Tania sampai ke mobil taksinya. "Terimakasih." hanya itu yang bisa Tania sampaikan pada Kevin, Kevin pun hanya tersenyum manis sebagai balasanya. Pikiran Tania masih tidak teralihkan oleh kejadian tadi, jika tak ada yang menolongnya, pastinya ia tak bisa membayangkan apa yang terjadi padanya. Namun, "kenapa harus Kevin?" gumamnya saat berada didalam taksi. Tania memandang lekat-lekat punggung Kevin, ia teringat saat Kevin akan menaiki bis untuk berangkat ke Bogor dahulu. Padahal, satu setengah tahun yang lalu Tania masih sangat mengharapkan kedatangan Kevin, namun, kini bahkan untuk berdekatan saja ia tak bisa, selain karna Kevin yang berkhianat, Tania juga sudah berganti status menjadi istri orang lain. Sungguh mereka tak menyangka akan jadi seperti ini.
"ASSALAMUALAIKUM, Ayank," ucap Tania saat membuka pintu kamarnya. Ia segera menghampiri suaminya yang berada dikursi roda menghadap jendela.
"Hai, Sayang. Aku nungguin kamu dari tadi." Dafa memberikan senyum manisnya. Tania pun memeluk suaminya.
Tania menceritakan apa yang terjadi di pasar, namun ia tak menjelaskan siapa yang menolongnya, karna ia tak ingin suaminya salah paham. Tania memang bukanlah orang yang menyimpan rahasia, ia lebih suka terbuka kepada orang lain agar tidak terjadi kesalahpahaman di masa mendatang, namun, tidak semua ia ungkapkan agar tak menimbulkan masalah lain.
"Astagfirullah .... Tuh, kan, pokoknya kamu harus segera cari asisten rumah tangga!" seru Dafa, ia tak ingin terjadi apa-apa lagi pada istrinya, apalagi istrinya sedang hamil besar.
"Iyah, Sayang, aku tadi udah dapat asisten, besok dia bakal mulai kerja."
"Ya, udah, kalo gitu aku lega."
"Ya, udah, aku mau ke kamar mandi dulu."
"Iyah." Tiba-tiba Dafa teringat sesuatu, seperti ada yang ganjal. "Tunggu? sepertinya tadi Tania manggil aku 'Ayank?' apa aku salah dengar kali, ya?" gumamnya. Dafa tahu, jika 'Ayank' adalah panggilan spesial Tania dan Kevin. Walaupun hal ini bisa saja bukan kebetulan, namun, ia ingin tetap berbaik sangka pada istrinya, karna selama ini Tania juga menunjukan kesetiaanya padanya dirinya.
Saat di kamar mandi, tiba-tiba Tania juga teringat sesuatu, namun, berbeda dengan apa yanh dipikirkan Dafa. Tania teringat kejadian dipasar tadi, ia melihat Kevin memakai kacamata dengan gagang warna hitam kecoklatan. Tania ingat betul kacamata itu adalah pemberianya pada sang pacar saat ulang tahun Kevin yang ke tujuh belas. Kacamata itu sebenarnya adalah kacamata biasa, namun, semenjak diberikanya barang itu, Kevin selalu memakainya kapanpun dan dimanapun. Tania menghela panjang napasnya, ia berharap Kevin tidak menjadi pengganggu dalam rumah tangganya dan Tania juga berharap agar ia sendiri terpengaruh oleh Kevin.
PYIAAR
Suara seperti piring pecah itu, membuat Tania terkejut dan segera keluar dari kamar mandi, ia segera berlari kala melihat Dafa yang jatuh di lantai.
ADUHH ...
Tania tersandung kakinya sendiri ....
*******
Waduhh, gimana ya kelanjutanya😢 semoga Tania dan Dafa gak kenapa-napa😞Yuk ikuti terus kisahnya dan jangan lupa vote dan komenya...
KAMU SEDANG MEMBACA
(Hiatus)Bukan Salah Takdir Jika Kamu Bukan Jodohku
RomanceHiatus.... Kevin dan Tania adalah sepasang kekasih yang bahagia. Kebahagiaan itu bukan didapat dari romantisnya, melainkan dari sifat mereka yang saling memahami dan mau mengerti satu sama lain. Walaupun kisah mereka terlihat sempurna, cinta mereka...