Let Me In [2]

179 24 22
                                    

Hi... maaf baru update. Boleh mampir part 1 ya kalau lupa alurnya.

Enjoy~

Thank you

🍂

Keesokan harinya, Rania hanya berbicara seperlunya pada Willy. Namun, ia tetap menyiapkan makanan untuk suaminya, mencuci baju, dan mengerjakan urusan rumah tangga lainnya. Bedanya, kini Rania kembali menempati kamarnya, tidak sekamar dengan Willy lagi.

Seminggu lebih Rania menutup diri. Willy frustrasi. Ia mencoba membujuk Rania dengan berbagai cara namun istrinya itu tetap mendiaminya.

"Rania, tolong maafin aku."

"..."

"Aku gak sengaja nyebut nama-"

Rania mengatur napasnya agar tidak terbawa emosi, "Bukankah ketidaksengajaan itu biasanya mengungkapkan isi hati yang sesungguhnya?" Rania tersenyum getir.

"Rania, maaf."

Rania kembali mengabaikan Willy. Ia mengunci diri di dalam kamarnya. Rania kalah. Ia sadar, bahwa Willy tidak akan bisa melupakan pacar enam tahunnya itu. Apakah ia bisa bertahan dalam pernikahannya? Apakah jika memilih bertahan, ia sanggup menghadapi Willy yang ternyata masih belum bisa move on?

Keesokan harinya, Willy pamit untuk dinas ke Bandung selama dua hari. Rania memanfaatkan kesempatan ini untuk pergi dari apartemennya.

"Bunda, aku mau nginep di sini ya. Aku kangen kamarku," ucapnya pada sang ibu saat ia pulang ke rumah.

"Kamu gak bareng Willy?"

"Mas Willy lagi ke luar kota."

Sudah dua hari ini Rania pulang ke rumah orang tuanya karena beberapa hari ini ia merasa tidak enak badan. Ia tidak ingin berdiam di tempat yang mengingatkannya akan Willy, jadi ia memilih untuk ke rumah orang tuanya. Selama dua hari ini, Rania tidak membalas chat Willy ataupun mengangkat telepon dari sang suami. Begitu Willy mengabari jika ia dalam perjalanan pulang, barulah ia membalas chat Willy.

...................................

Mas Willy

Rania, kamu mau dibeliin oleh-oleh apa?
Aku mau otw pulang ya

Gak usah repot-repot.
Maaf, hari ini aku gak pulang.

Kamu lagi dimana?

Ada seminar di luar kota.

...................................

Rania memilih berbohong. Setelah mengirim chat tersebut, Rania memblokir nomor suaminya. Rania mengakui bahwa sikapnya kekanakan. Namun, Rania belum siap bertemu lagi dengan Willy dan kembali merasakan sesak jika mengingat bahwa sang suami masih mencintai mantannya.

Pagi ini, Rania kembali dilanda rasa pusing dan mual. Sebenarnya, Rania was-was dengan kondisi tubuhnya. Tamu bulanannya tidak kunjung hadir... Mungkinkah, ia hamil? Oh, tidak!

Rania pun membeli alat tes kehamilan via online karena badannya lemas sekali untuk sekedar pergi ke apotek terdekat. Setelah pesanan diantarkan ke rumahnya, ia langsung mencobanya. Dan begitu alat tes kehamilan itu menunjukkan hasilnya, tangisnya pun pecah.

Kenapa harus sekarang?

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Keesokan harinya, Rania merasakan mual dan muntah yang begitu parah. Ia pun tidak kuat lagi. Ibu Rania tidak tega melihat kondisi Rania akhirnya memutuskan untuk membawa putri pertamanya ke rumah sakit.

MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang