What If [2]

89 10 5
                                    

What If hanya 2 part ya...

Terima kasih vomment nya

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Anin menyetop taksi yang lewat. Ia tidak bisa berpikir jernih lagi. Jadi, alasan David pindah kerja adalah karena Alya? Pantas saja David sering menolak dengan alasan sibuk jika ia mengajak makan siang bersama. Meski waktu itu Anin merestui sang suami menikah lagi dengan Alya, Anin merasa dikhianati. Saat Anin merestui David untuk menikah lagi, suaminya seolah tidak ingin berhubungan lagi dengan Alya. Tapi, apa yang barusan ia lihat?

Tanpa sadar, Anin terisak sehingga membuat supir taksi tersebut bertanya padanya. "Saya gak apa-apa, Pak," jawabnya.

"Maaf, Ibu dari tadi belum bilang mau diantar kemana."

Anin baru sadar jika ia belum menyebutkan alamat tujuannya. Ia akhirnya memutuskan untuk ke panti asuhan.

Bu Rahma cukup terkejut begitu melihat Anin begitu membuka pintu.

"Loh, Mbak Anin katanya izin off sehari?"

"Acara saya gak jadi, Bu. Jadi saya bisa bantu di panti," ucapnya tidak sesemangat biasanya.

"Oh, ya udah kalau gitu. Tadi anak-anak pada nanya, kok Bu Anin belum datang."

"Oh iya, maaf, saya lupa bilang ke anak-anak," jawab Anin sekenanya.

"Mbak Anin kalau masih capek, bisa istirahat dulu aja." Bu Rahma dapat melihat kesedihan dari wajah Anin meski perempuan itu menyunggingkan senyumnya. Anin pun mengangguk dan berterima kasih pada Bu Rahma yang sangat perhatian padanya.

Anin menyibukkan diri di panti hingga menjelang malam. Ia sengaja menonaktifkan mobile data dan menyalakan mode sunyi agar lebih fokus membantu Bu Rahma dan beberapa pengurus panti. Namun, ia teringat kewajibannya sebagai seorang istri. Ia membuka ponselnya berniat untuk memberi kabar pada sang suami. Sejujurnya Anin berharap David akan membalas chatnya atau menelponnya. Namun, nihil. Tidak ada notifikasi apapun dari sang suami. Meski begitu, ia tetap memberi kabar.

To: Husband
Mas, maaf, nanti malam Mas David beli makan sendiri gak apa-apa kan?

Hari ini aku pulang malam

Anin pun kembali menyimpan ponselnya dan membantu menyiapkan makan malam. Setelah makan malam beres, Anin memutuskan pulang jam sembilan malam. Sebelum memesan ojek online, ia mengecek ruang obrolan bersama sang suami. David hanya membalas "oke" dan mengabari bahwa ia juga pulang telat. Anin mengakui bahwa akhir-akhir ini David sedikit berubah.

Anin menunggu sang suami sambil menonton televisi seperti biasanya. Namun, hingga jarum jam menunjukkan pukul 11 malam, sang suami belum juga sampai di rumahnya. Karena sudah sangat mengantuk, Anin memutuskan untuk tidur terlebih dahulu. Namun, beberapa menit terlewati, Anin masih terjaga. Ia pun mencoba untuk menutup matanya agar tertidur.

Beberapa menit kemudian, Anin mendengar pintu apartemen terbuka, namun ia berpura-pura terlelap. Ia mendengar pintu kamarnya terbuka dan tertutup kembali. Anin menyadari bahwa sang suami berjalan menuju ranjang mereka. Namun, Anin tetap menutup matanya.

David pun duduk di lantai di pinggir ranjang Anin dan memandang sang istri dengan bantuan lampu tidur. David tidak berniat menyalakan lampu utama karena takut mengganggu sang istri. Beberapa saat kemudian, David berkata lirih, "Anin, aku minta maaf."

David bertahan di posisi tersebut selama beberapa menit kemudian beranjak untuk membersihkan diri. Setelah mendengar derap langkah kaki yang menjauh, Anin pun membuka matanya. Ia sedikit terganggu karena sang suami memanggilnya dengan "Anin". Tidak ada lagi panggilan sayang sejak tadi siang. Bahkan di chat pun, David tidak memanggilnya 'sayang'. Sang suami bahkan lupa hari ulang tahun pernikahan mereka. Anin jadi overthinking. Tanpa sadar, ia menitikkan air matanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang