What If

79 8 5
                                    

Hi, ada yang masih nunggu work ini gak?

Aku bawa judul baru, tapi ini angst... Kalau gak suka yg menguras emosi, monggo diskip aja ya gaes...

Thank you

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎


Sembari menonton tayangan di televisi, Anin menunggu sang suami yang belum pulang padahal jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Suaminya sudah mengabari bahwa ia akan lembur dan tidak perlu menunggunya pulang. Tapi, Anin tidak sabar untuk menyampaikan unek-uneknya pada sang suami.

Satu jam kemudian, terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumahnya. Anin pun keluar rumah dan membuka pagar agar sang suami tidak perlu repot turun dari mobil untuk memarkirkan mobilnya. Anin pun kembali menutup pagar setelah mobil sang suami terparkir sempurna.

"Kok belum tidur, Yang?" Ujar sang suami begitu keluar dari mobil.

"Belum ngantuk. Mas udah makan belum?" tanyanya setelah mencium tangan sang suami. Kegiatan yang rutin ia lakukan selama hampir lima tahun ini ketika suaminya pulang.

"Udah tadi, sekalian sama temen kantor."

Anin kemudian menyiapkan pakaian santai untuk sang suami selagi David membersihkan diri. Beberapa menit kemudian, David, sang suami, menghampiri Anin yang sedang menonton.

"Mas, udah pengen tidur?" Tanya Anin yang dijawab gelengan oleh David.

"Kalau gitu, aku boleh ngobrol gak?"

David mengangguk.

"Mas David sayang sama aku gak?"

"Kenapa tiba-tiba nanya gitu?"

"Jawab dulu."

"Kamu udah tau jawabannya, Sayang. Aku sayang kamu, Anin," jawab David. Ia memang bukan tipikal yang mengungkapkan dengan kata-kata.

"Makasih, Mas... Eum ... Tadi sore Mama ke sini. Mama nanya, aku udah hamil apa belum."

David tidak suka jika sang istri mulai membahas ibunya karena satu yang pasti, ibunya itu pasti menanyakan hal yang sama, apakah ada kabar bahagia dari Anin.

"Mama tadi bilang sama aku kalau Mama pengen cepet-cepet punya cucu. Maafin aku yang belum bisa ngasih kamu keturunan dan cucu buat Mama."

David hafal betul arah pembicaraan sang istri. Ujung-ujungnya, Anin pasti akan berbicara yang tidak-tidak.

"Aku sebenernya udah kebal sama pertanyaan Mama yang itu. Tapi sore tadi, Mama punya pertanyaan lain yang cukup mengusik perasaanku."

David masih mendengarkan dalam diam.

"Mama tanya sama aku, 'Anin, kamu rela dipoligami gak? Mama sama Papa beneran pengen punya cucu... Mungkin kalau David menikah lagi, kami bisa punya cucu... Kamu ikhlas gak kalau David nikah lagi?'... Itu pertanyaan Mama tadi sore, Mas," Anin berusaha untuk tidak meneteskan air matanya. David yang mendengar cerita sang istri cukup kaget dengan pertanyaan sang ibu.

"Mas pengen nikah lagi ya?"

"Gak. Aku gak pernah punya rencana buat poligami. Itu murni keinginan Mama. Kamu udah cukup buat aku, Sayang."

"Tapi aku gak bisa kasih kamu keturunan, Mas."

"Belum. Tuhan belum mengizinkan kita."

"Tapi dari hasil pemeriksaan, aku memang sulit buat hamil lagi, Mas," Anin kembali teringat usaha mereka untuk mendapatkan keturunan. Beragam cara sudah mereka lakukan, namun Tuhan belum memberikan kabar baik itu lagi. Sebenarnya Anin pernah hamil, namun keguguran.

MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang