Bantu Vote Komen ya!...
✧HAPPY READING ✧
Tandain Typo nya.
✧෴♡෴✧
Pukul 22.15.
"Yakin?" tanya Erios yang sedang memakai kan Helm bertelinga pada Duyi.
Duyi mengangguk dengan mata dan hidung memerah, Erios mengusap sudut mata Duyi dan mencubit kecil hidung merah Duyi, "yaudah naik!"
Duyi menaiki Motor Sport biru Erios, memeluk pinggang Erios erat menyalurkan kan rasa sakit tubuh dan hati nya.
Erios menjalan kan Motor nya dengan kecepatan di atas rata rata, Duyi? Iya tidak takut, ia sudah terbiasa seperti ini jika bersama Arvanzo.
Pikirannya masih berkecambuk dengan kabar Arvanzo yang kecelakaan, bagaimana ia tahu? Ia menaruh alat penyadap di jaket yang dipakai Arvano, atau lebih tepatnya jaket pemberiannya dulu. Arvanzo pernah berkata bahwa jaket itu akan selalu ia pakai, benar saja Arvanzo selalu memakainya.
Brum
Motor Erios berhenti di parkiran Rumah Sakit, Duyi turun dengan terburu buru. Berlari memasuki Rumah Sakit dengan wajah panik nya, Erios mengejar Duyi dan menahan tangan Duyi.
"Lo mau jenguk orang atau mau perang? Tuh helm di buka dulu kali!" Erios melepaskan Helm Duyi, menanya kan kamar yang akan mereka datangi, "gue naruh Helm bentar, duluan aja."
Duyi berjalan dengan jantung yang berdegup kencang, mata nya bergerak gelisah. Duyi berdiri di depan kamar rawat VIP, membuka pintu perlahan dan melangkah perlahan.
Air mata nya ber genang di pelupuk mata nya saat melihat Arvanzo ter baring lemas, dengan peralatan medis yang melekat. Kulit putih nya berubah menjadi pucat, mata tajam nya terpejam, tubuh yang biasa nya mampu menahan semua beban nya kini tidak dapat bergerak.
Duyi mendekati brankar, duduk ditepi brankar dan mengusap pelan wajah lebam Arvanzo.
Ceklek
Duyi menoleh kearah pintu dan mendapati Erios yang datang menenteng dua paper bag, entah dari mana ia mendapat kan itu.
Erios merekatkan sesuatu di sudut ruangan, jika dilihat dari sudut itu semua akan terlihat.
"Huh!" Erios menghempas kan tubuh nya diatas Sofa dengan mata terpejam, setelah meletak kan kedua paper bag tadidiatas nakas.
"Apaan?" Tanya Duyi.
"Baju ama makanan," jawab Erios tanpa membuka mata nya.
Duyi kembali menatap wajah pucat Arvanzo, "kok gini banget sih? Kenapa harus lo? Lo udah cukup tersiksa Arvanzo, tolong bangun!"
Tap
Tap
Duyi dan Erios saling menatap, seolah paham dengan pikiran masing masing, kedua nya bersembunyi di balik Sofa yang berjarak setengah Meter dari dinding.
Ceklek
Keano mendekati Arvanzo di ikuti teman teman Arvanzo, "ck, anak ini. Tidak ada habis nya melukai diri sendiri, bagaimana jika aku harus kehilangannya?" Keano memijat pelipis nya, duduk di atas Sofa dan memejamkan mata nya.
Duyi menghidup kan perekam suara tanpa sepengetahuan Erios, kedua nya tepat berada dibelakang Keano.
Zorcio berlari dari pintu, "HUA! ARVAN. LO KOK TINGGALIN GUE? Hiks!" Zorcio memeluk lembut tubuh Arvanzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
FEXZY (END)
Fiksi Remaja17+ MELODY menjadi FEXZY Note : kalau ada kata kata yang menyangkut pada 'MELODY' maklumin aja. Seorang Gadis Remaja, harus menghadapi kenyataan dunia yang begitu menyakitkan, bahkan sebelum ia memulai lebih dalam. Bagaimana cara menghadapinya? sang...