Bantu Vote Komen ya!...
✧HAPPY READING ✧
Tandain Typo nya.
✧෴♡෴✧
Pukul 06.45.
Rumah Gavano dipenuhi dengan para pelayat dengan pakaian serba hitam, teman sekelas juga ikut menghadiri.
Arvanzo baru saja sampai karena desas desus di Sekolah yang terus membicarakan Gavano, Arvanzo awal nya tidak perduli tapi karena mendengar kata 'meninggal' Arvanzo langsung panik dan pergi kerumah Gavano.
Arvanzo sangat marah karena tidak ada yang memberi tahunya, rasa nya ia seperti terbuang dari pertemanan mereka.
Arvanzo menerobos paksa para pelayat, air mata nya lolos menatap nanar jasad yang ditutupi kain. Arvanzo melangkah dengan perlahan, Arvanzo berjongkok disisi Gavano dengan tangan gemetar Arvanzo membuka kain yang menutupi Gavano.
Deg
Tes
Jantung nya berdegup lebih kencang, dada nya bergemuruh hebat dan air mata nya jatuh dengan deras.
"Hey, Gavano bangun gak lo! Jangan pura pura tidur, kita masih harus saingan!" Arvanzo menggenggam erat tangan Gavano karena belum di bungkus kain kafan.
Arvanzo menjatuhkan kepalanya di atas dada Gavano, tubuh nya bergetar hebat karena tangisan dan rasa bergemuruh didada nya.
"Gavan bangun, lo mau nyerah gitu aja? Lo udah berusaha sejauh ini dan lo mau lepasin sahabat tercinta lo gitu aja? Bangun yuk, gue bakalan lepasin dia kalau lo bangun tapi kalau gak Fexy bakalan jadi milik gue seutuh nya," Arvanzo mengusap wajah pucat Gavano, senyum tipis terpatri dengan bibir pucat nya. Arvanzo tersenyum dalam tangis nya, takdir begitu kejam terhadap nya.
"Arvan."
Arvanzo menoleh dan mendapati Esta yang menyentuh bahunya, teman temannya yang lain juga ada disana. Arvanzo menatap nyalang kepada teman temannya, semua nya menangis kecuali Zorkio bahkan matanya saja hilang satu.
Zorkio baru tiba saat Zorcio memaksa nya, sebenarnya Zorkio malas tetapi Zorcio memaksanya. Malas mya Zorcio bukan karena tidak khawatir atau apa, ia hanya malas untuk menangis lagi setelah menangis satu malam panuh. Bahkan sekarang ia mengenakan kaca mata karena matanya yang membengkak, "gue terlalu sakit liat ini, gue gak perduli orang nangis karena gue. Tapi gue males nangisin orang lain".
Bugh
Bugh
Bugh
Bugh
Arvanzo melayang kan pukulannya kepada empat cowok dihadapannya, karena posisi mereka ada di ruang tengah dan sepi jadi tidak timbul kericuhan.
"KENAPA GAK ADA YANG KASIH TAU GUE?! GUE SAHABAT NYA JUGA KALAU KALIAN LUPA!" murka Arvanzo dengan wajah memerah marah.
"Karena mungkin lo gak perduli!"
Arvanzo menoleh dan mendapati Fexy dengan wajah yang menampilkan kesedihan, wajah dan bibir pucat juga hidung dan mata yang menerah. Sudah dapat ditebak seberapa lama Fexy menangis.
"Fexy," ucap Arvanzo lirih, mendekati Fexy dan mencoba merengkuh tubuh lemah didepannya.
Fexy membuat gerakkan menghentikan Arvanzo, "bukan cuma gue!"
Arvanzo menaikkan sebelah alis nya tidak paham.
"Bukan cuma gue penyebab Gavan pergi, tapi lo juga. Gue gak salah sendiri disini!" tegas Fexy menatap Arvanzo nyalang, "andai aja lo dulu gak ngusik gue, pasti gue bahagia bareng Gavan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FEXZY (END)
Teen Fiction17+ MELODY menjadi FEXZY Note : kalau ada kata kata yang menyangkut pada 'MELODY' maklumin aja. Seorang Gadis Remaja, harus menghadapi kenyataan dunia yang begitu menyakitkan, bahkan sebelum ia memulai lebih dalam. Bagaimana cara menghadapinya? sang...