Bab 21

683 51 3
                                    

Helaan napas panjang keluar dari hidung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Helaan napas panjang keluar dari hidung. Thea meletakkan kembali ponsel miliknya. Nilam benar. Jangan membuka grup, atau beban itu kian terasa berat di pundak. Entah apa yang mesti ia lakukan sekarang. Tetap bekerja? Padahal orang-orang yang bekerja bersamanya sedang mendengungkan kekecewaan dan kemarahan seperti orang yang hanya mengenalnya dari foto akun gosip murahan.

Namun, ia di mata orang tak ada bedanya dengan akun gosip itu. Sama-sama murahan.

"Mbak."

Thea mendongak, ketika Bona, adik laki-lakinya berdiri bersandar di pintu. "Opo?"

"Gelem susu po ra (Mau susu atau nggak)? Susu anget" Pria itu tersenyum sepintas, lalu menatap ke depan. "Adem-adem ngene nyusu jahe (dingin-dingin begini minum susu), enak. Yuk?"

"Kowe wae sing tuku, Le. Mbak ngenteni ning omah (Kamu saja yang beli, Le. Mbak tunggu di rumah)."

"Wah, yo ora (enggak) nikmat, Mbak." Bona menggeret kursi teras, lalu duduk di hadapan kakaknya. "Susu anget kui enak nek diunjuk begitu disuntak neng gelas seko dandange bakule (Susu hangat itu enak kalau diminum begitu dituang di gelas, dari dandang penjualnya). Mantap."

"Iki, lho." Thea melirik ke perutnya.

Kedatangannya ke Salatiga memang bukan tanpa alasan. Berita tentangnya dan Reza yang terus menggulung belum juga mereda sejak minggu kemarin. Sudah satu minggu ini pun Thea tidak memberikan kelas atau tampil di grup bisnisnya. Sungguh, ia berhutang banyak kepada Nilam, sebab sahabat dan downline-nya itu berkenan menangani grup dalam memberikan kelas singkat internal grup dan menjadi orang yang siap ditanyai setiap kali ada yang kesulitan menjalankan bisnis mereka.

Thea ingin menghindar sebentar. Pergi dari pergunjingan yang tidak perlu. Dari keruwetan hidup yang kian tidak terkendali. Setidaknya sampai anak ini lahir, dan Thea bisa mulai menata hidup lagi lebih kuat demi malaikatnya.

"Garangan itu enggak tahu Mbak di sini?" tanya Bona, tiba-tiba.

"Garangan?" Dahi Thea mengerut.

"Laki-laki yang bikin Mbak hamil," jelas Bona.

Thea terkekeh sebab Reza dijuluki garangan oleh adiknya. Perempuan itu mengusap kepala Bona. "Ngawur. Anak orang kok diceluk (dipanggil) garangan."

Bona menghela napas. "Sekarang Mbak cerita yang sebenarnya. Aku enggak akan menghakimi atau piye-piye."

"Memangnya kamu enggak tahu akun gosip?" tanya Thea.

"Akun gosip opo?"

Thea mengambil lagi ponselnya, mencari akun Instagram gosip yang memberitakannya dengan Reza, lalu menyerahkan benda pipih itu kepada Bona. "Namanya Reza. Dia punya pacar selebgram namanya Lily—"

"Lily? Lily Sasmi?" potong Bona.

"Kok kamu tahu, Le?" tanya Thea.

Bona menggaruk kepala belakangnya sambil tersenyum malu-malu. "Ya, kalau Lily semua garangan pabrik sepatuku juga tahu, Mbak. Wong ayu bianget."

Tentang Cinta Tanpa SemulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang