Part 1

2K 28 6
                                    

"Kak Fean!"

Seruku berlari menyibak udara pagi yang dingin menyusuri lorong-lorong panjang gedung lantai satu yang memisahkan antara ruang guru, mushola dan ruang kelasku. Menghampiri cowok bertubuh atletis yang kini berstatus sebagai ketua OSIS sekolah ku.

"Ya..." katanya. Menghentikan langkahnya dan menoleh kearahku. Aku terengah mengatur nafas.

"Nih Kak... Proposal kegiatan... buat acara... maulid Nabi SAW bes..sok." lanjutku terbata-bata sambil mengatur udara pernafasan.

"Ok... nanti aku periksa dulu, makasih ya."

"Hemm... tinggal minta persetujuan dari kepala sekolah." lanjutku, seiring bersamaan dengan Kak Fean yang berlalu meninggalkanku. Lalu aku mulai berjalan melalui lorong-lorong kelas menghirup udara pagi yang sejuk, sambil menikmati embun pagi yang menetes dari dedaunan yang bunga-bunganya bermekaran ditaman-taman kecil yang ada didepan setiap ruang kelas.

Setiap kali aku melihat Kak Fean, aku selalu teringat kejadian saat pertama kali kita bertemu. Dua tahun lalu ketika pertama masuk ke sekolah ini, dihari pertama MOS semua siswa baru diwajibkan untuk mengikuti sesi pengenalan sekolah, yang diselenggarakan diaula sekolah dan dipandu kakak-kakak dari OSIS. Pagi itu waktu terasa begitu singkat memutar jarum jam, aku duduk di bangku bagian depan sendiri, mendengarkan penjelasan detail tentang peraturan sekolah, pengenalan lingkungan sekolah hingga akhirnya ditutup dengan sebuah pertanyaan.

"Adakah yang ingin menggantikan posisi kami besok?" seru Kak Rara yang sewaktu itu menjabat sebagai ketua OSIS, suaranya menggema keseluruh ruang aula.

Aku sepontan berseru "SAYA" kataku sambil berdiri dan mengacungkan jari telunjukku. Seraya deru tawa diiringi tepuk tangan terdengar menggema riuh-rendah keseantero ruangan. Aku hanya celingukan menyadari bahwa ternyata hanya aku saja yang berdiri dan menjawab pertanyaan itu.

Namun diantara deru tawa yang riuh itu, tiba-tiba munculah seorang cowok kelas XI yang juga anggota OSIS, mendekati kak Rara sambil merebut Microphone dari tangan Kak Rara dan berkata.

"Eitss... Asal kalian tahu aja, mungkin diantara kalian semua, hanya dia yang memiliki jiwa pemimpin!" begitu ungkapnya lantang diikuti tepuk tangan yang menggantikan derai tawa, dan dia pun menoleh kearahku.

"Siapa nama kamu?"

"Lala kak..." jawabku sambil menunduk dengan penuh malu.

"Aku Fean, udah nggak usah malu. Besok aku tunggu kamu bergabung dalam anggota OSIS dan semoga kita dapat bekerja sama, ok." tambahnya seperti membaca perasaanku saat itu, aku pun tersipu malu.

"Dengan senang hati Kak, makasih."jawabku. Mulai sejak itulah aku bertekad untuk masuk OSIS karena menganggapnya telah hadir sebagai super Hero di hatiku. Aku harus membuktikan kesungguhan tekad dari perkataanku hari itu.

****8888****

Sepulang sekolah Kak Fean bilang akan ada rapat OSIS. Seperti biasa sebagai anggota yang baik dan aktif aku buru-buru ke ruang OSIS ketika bel berdentang setengah jam yang lalu. Aku mempercepat diri datang kesini agar tepat waktu. Kami biasa mengadakan rapat besar seminggu sekali untuk membahas beberapa kegiatan yang akan kami lakukan diruangan yang cukup luas yang di bagi menjadi dua bagian yang terpisah. Yaitu ruang rapat anggota, dan ruang kerja OSIS.

Tak dapat disangkal lagi, negeri kita yang beriklim tropis membuat keringat ditubuhku keluar tak dapat ditahan lagi. Sesampainya di ruang rapat itu, belum ada yang datang, aku mungkin terlalu awal datangnya. Ku hidupkan sebuah kipas angin berwarna hijau toska dengan baling-balingnya yang berwarna biru tua. Semilir angin dari baling-baling itu cukup untuk mengusir hawa panas yang menyeruak dari luar.

PUTIH ABU-ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang