Part 10

221 6 0
                                    

Hari semakin siang, dua jam berturut-turut kosong, kami dibiarkan belajar sendiri tanpa ada tugas mapel, karena ada rapat guru, tugas sekolahku tak kunyana ternyata sudah seabrek, semingguan yang lalu memang aku disibukkan oleh kegiatan OSIS.

Dan hari ini tepatnya tadi pagi Arvi meminta semua tugas untuk dikumpulkan, dan hari terakhir pengumpulan adalah besok pagi, aku benar-benar pusing dibuatnya, oleh sebab itu kuputuskan untuk mengerjakan semua tugasku saat jam kosong seperti ini, aku menghela nafas dadaku sesak karena belum satupun tugas-tugas sekolah itu yang selesai kukerjakan. Kesalahanku adalah lupa, penyakit yang tak ada obatnya itu telah memusingkan kepalaku.

"La... besok kita presentasi kan, kamu udah buat belom?" kata Rida mengagetkanku.
A
"Heik...! Presentasi apaan Rid...?" tanyaku kaget, plus lupa.

"Aduh Lala... kamu parah banget sih.... Besok kan ada presentasi bahasa Indonesia disuruh bikin resensi buku fiksi kan...."

"Hah... oh..."aku gelagapan mendengarnya.

"Jangan lupa besok pagi jam pertama loh...."tambah Rida lagi.

"Oh... makasih ya.." jawabku sambil garuk-garuk kepala yang enggak gatal, aduh resensi buku apaan nih, lagian aku juga belum dapet bukunya lagi, apa mending keperpus kali ya..., fikirku sambil ngabur ke perpus.
Sesampainya diperpus kutemukan Arvi sedang khusuk membaca buku, tak jauh darinya Mela dan Sania duduk berbisik-bisik, aku mendekati mereka berdua.

"Hei lagi ngapain?" tanyaku, pada dua bidadari sekolahku itu, mereka adalah cewek-cewek paling cantik disekolah, ya menurut kaca mata para cowok sih, selain itu mereka berdua masuk sebagai anggota drum-band tepatnya pada posisi mayor-band.
"Eh ada si imut kayak marmut nih...." Sambut Sania melihatku menghampirinya.

"Kita lagi em... baca-baca..., la kamu?"tambah Mela sambil pura-pura mengambil buku dari rak disebelahnya.

"Aku lagi nyari buku buat diresensi nih..."

"Emangnya resensinya kapan?"

"Besok..., aku bener-bener lupa deh, kalian tau enggak tugasku tuh ampe seabrek bener-bener pusing banget, dan besok pagi adalah hari.."

"Bisa diem nggak? Berisik tau...!"seseorang memotong pembicaraanku, aku menoleh kearahnya sambil menghela nafas menahan emosi.

"Ya maaf..." kataku karena emang nada suaraku terlalu kencang, dan sambil permisi menjauh dari kedua cewek itu.

Aku mulai memeriksa satu persatu buku yang bakal aku pilih, dari tempatku berdiri masih terdengar bisik-bisik Mela dan Sania.

"Arvian tuh ganteng ya, udah pinter berbakat lagi..." bisik Mela.

"iya... jarang ada cowok secakep dia cool, dan berwibawa" tambah Sania.

"Tul.... Apalagi kalau enggak pake kacamata, uih ganteng banget"

"Kamu liat kan tadi dia tegas banget gitu sama Lala, so sweet pokoknya..."
Kupingku dibuat panas mereka berdua, setelah kutemukan buku yang kucari ku buru-buru pergi ke petugas perpus.

"Pak..."sambutku tersenyum sambil berdiri didekat meja Pak Tego.

"Eh Neng Lala..., sendirian? Tumben kemari udah lama Bapak ndak ngliat kamu kemari..."

"Iya Pak..., sibuk hehe, Oh ya Pak saya mau pinjam buku yang ini Pak, tolong dicatat ya Pak, takutnya kaya kemarin yang pinjem siapa yang dicatat disitu siapa, takut kena omelan Bu Dewi hehe" tambahku sambil melirik ke meja Arvian, dalam hatiku berseru Yes kena kamu Arvian. Karena, beberapa hari yang lalu aku kena hukuman sebab kesalahan penulisan dibuku peminjaman oleh si Arvi. Arvian hanya menoleh kearahku sebentar dan melanjutkan bacaannya. Pak Tego hanya tersenyum sambil mengembalikan bukunya padaku, dan sebelum aku pergi beliau berbisik padaku.

"kalian jadian?"pertanyaan yang sungguh mendadak dan menggelikan.
"Ha...?"sambutku bingung, "Sama siapa pak?"tanyaku penasaran, kulihat dua gadis cantik dipojokan itu juga menguping pertanyaan Pak Tego.
"Tuh...."pak tego memicingkan matanya kearah Arvi.

"No...!"jawabku singkat dan jelas menahan kegelian yang mengusik pikiranku.

*****

PUTIH ABU-ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang