Jam terakhir kosong, sesuai pesan Bu Nikmah guru Kimia kami yang disampaikan oleh Arvi, kita harus kerja kelompok. Dan disecarik kertas kecil itu, Bu Nikmah telah membagi nama-nama siswa dalam kelompok dan tugas yang berbeda-beda sesuai materi yang pernah kami pelajari sebelumnya. Sejak Arvian datang membawa pengumuman itu seperempat jam yang lalu kami telah melingkar pada posisi kami masing-masing.
Aku, Lita sahabatku, Fika, Ardi, Levi dan Mesya mendapatkan tugas tentang Titrasi Asam-Basa, sedang yang lain mendapatkan tugas yang berbeda pula. Selembar kertas folio besar, telah siap untuk dicoret-coret.
"La, kamu jadi ketua kelompok ya." kata Lita, sahabatku yang sampai saat ini masih menjabat sebagai kapten cheerliders ssekolah Lalu tanpa persetujuanku telah mencantumkan namaku diatas kertas tugas itu.
"Heh! Jangan aku dong! Masa aku sih yang jadi ketua. Kan masih ada Levi atau Ardi. Aku jadi anggota aja deh." pintaku kecewa melihat namaku telah tertulis tebal-tebal diatas kertas putih itu.
"Terima aja Lala yang cantik, pinter dan...."
"Heh nggak perlu muji-muji." potongku sok galak pada Levi, cowok yang paling playboy di sekolah.
"Hahaha... enggak empan kalie Lev, gombalan busukmu itu... wlekkkk." timpal Fika cewek imut, yang selama ini paling anti dengan Levi, sambil menjulurkan lidahnya membuat kami tertawa kompak.
Levi hanya mengepalkan tanganya pura-pura marah ke Fika, membuat kami tertawa lagi. Dua anak ini memang terkenal sebagai Tom and Jerry-nya kelas kami, bahkan disekolah juga.
Beberapa detik berlalu, berganti menit-menit yang hening tanpa suara, masing-masing kelompok masih fokus berpikir memecahkan soal demi soal yang diberikan. Beberapa buku, mulai dari buku yang dipinjam dari perpus sampai buku milik sendiri siap menjadi korban dibolak-balik sampai lecek buat nemuin jawaban materi yang pas.
"Aduh...." Seruku mendapati sebuah soal yang menurutku sulit, dan belum juga menemukan jawabannya sejak hampir sejam lalu.
"Apaan La??" sambut yang lain, tanpa menjawab pertanyaan teman-temanku, aku sudah ngabur ke tempat duduk kelompok Arvian.
"Ar, sorry ganggu...." Kataku lirih mendudukkan diri disamping Arvian. Teman-teman kelompok Arvian hanya menoleh sebentar dan tak perduli lagi.
"Emmm... aku dan kelompokku enggak bisa ngerjain soal yang ini nih, sussahhhhhh banget. Please tolong jelasin ya..." pintaku, sedikit memohon dan banyak maksanya.
Arvian menghentikan permainan bolpoin ditangannya, lalu mengalihkan perhatiannya padaku. Untuk beberapa saat Arvian memperhatikan soal yang kutunjukan itu.
"Oh mudah kok." jawabnya enteng. Lalu dia memulai penjelasannya, membuatku merapat mendengarkan penjelasannya itu.
Arvianda Hermawan atau biasa dipanggil Arvian, sang ketua kelas yang terkenal nggak bisa aku kalahin dalam rangking paralel di setiap semesternya. Cowok yang bisa menguasai segala macam mapel disekolahku. Beberapa kali menjuarai OSN tingkat Kabupaten saat SMP dulu, dan terakhir setahun yang lalu dia juga telah mengharumkan nama sekolah di tingkat propinsi dengan menggondol medali perak, karena OSN kimianya itu.
Namun kepandaiannya itu yang membuatku terkadang jelous padanya. Selama ini hanya dia yang enggak pernah bisa aku kalahin. Meskipun itu hanya beda selisih nol koma satu saja.
Setiap semester aku selalu diurutan kedua parallel di bawahnya, menyebalkan. Dan siang ini aku terpaksa meminta tolong padanya untuk menjelaskan materi tersulit yang kutemui siang ini dan itu sebenernya udah jatuhin harga diriku beberapa derajat.
"Udah jelas." serunya dingin dan kaku, meskipun telah berhasil menyadarkanku pada dunia nyata, bahwa aku tak mungkin mampu berada diatasnya.
"Oh.. makasih." jawabku, seraya meninggalkan bangkunya dan kembali ke bangkuku, siap diintrogasi teman-teman sekelompokku.
Setelah beberapa menit menjelaskan ke teman-teman, lalu mengisi jawaban dilembar jawab tak terasa waktu beranjak siang, dan hanya tersisa sepuluh menit sebelum bel berdentang.
Tak lama kemudian, Arvian berseru pada kami semua.
"Kalo udah selesai kasih ke aku" katanya.
Beberapa menit kemudian pun teman-teman kelompok lain sudah sibuk wira-wiri menghampiri meja Arvian, kecuali kelompokku yang belum juga selesai mengganti jawaban ke lembar jawab. Lita masih sibuk mencatat jawaban yang dibacakan Ardi dan Mesya. Sedangkan aku, Fika dan Levi malah sibuk bercanda saja. Dua menit sebelum bel berdentang akhirnya kelompokku selesai juga, Levi menghampiri meja Arvian dan menyerahkan lembar jawaban kelompokku.
Seusai berdoa, semua ngabur pulang, namun ketika aku selesai merapikan bukuku dan siap pulang tiba-tiba Arvian bilang padaku.
"Nay... bantuin ya" katanya mendekat sambil membawa setumpuk lembar jawab yang terlihat warna-warni. Selain satu-satunya orang yang belum bisa kukalahkan, dia juga satu-satunya orang yang enggak pernah memanggilku dengan nama Lala, tapi memanggilku dengan nama Naya, padahal namaku kan Nayla, bukan Naya.
"Ok." anggukku, sambil mengambil kertas-kertas itu dari tangan Arvian. Kami pun berjalan beriringan menuju kantor guru.
"Arvi, emangnya anak Pramuka mau bikin acara apaan sih, kok si Maya ribut kemarin lusa di perpus ngomongin rencana baru gitu."
"Oh itu, katanya sih mau ada acara kemping gitu" jawab Arvian tanpa manatapku.
"Oh gitu"
Sesampainya dilorong kelas XI IPS 1 yang bersebrangan dengan kantor guru, aku jadi teringat pesan Kak Fean buat nemuin si Rehan ataupun Rohim.
"Em.. Arvi. Maaf ya aku ada urusan nih, sampai disini nggak papa kan?" kataku.
"Ok, nggak papa." jawabnya sambil menerima lembar jawaban itu dari tanganku.
"Bye..."kataku seraya meninggalkannya yang tak perduli akan kepergianku.
***
Dahlah... Cerita ini bakal lebih cepat upnya. Soalnya udah banyak partnya. Ditulis pada masa habis lulus SMA wakaka
Kalau banyak tulisan yang blm rapi, atau typo. Amburadul maafkan yakk....
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTIH ABU-ABU
RomanceNayala Salsabil berambisi masuk OSIS untuk dekat dengan cinta pertamanya, Fean. Namun dalam perjalanan memperjuangkan cintanya, dia dipertemukan dengan persahabatan yang hangat di sekitarnya. Mampukah Lala menaklukan sang pujaan hati? Atau malah ta...