Part 12

184 8 0
                                    

Suasana kantin sekolahku siang ini begitu ramai, aku mengajak Lita buru-buru pergi ke kantin, walaupun tadi seusai presentasi Arvian bilang ada bimbingan OSN di perpus, tapi aku memutuskan untuk mengisi perut terlebih dahulu karena seusai istirahat masih ada jam kosong.

“La mau beli apa?” Tanya Lita padaku, spontan aku menjawab sambil mengawasi sekeliling mencari tempat duduk yang pas.

“Ngikut aja deh…”

“Ok… terserah aku loh….” Tambah Lita tanpa menunggu jawaban dariku yang masih sibuk mengamati sekeliling.

Tiba-tiba mataku mengekor pada salah satu tempat duduk dimana ada teman-temanku saat kelas sepuluh dulu.

“Ta… kita ke situ yuk…” ajakku menunjuk arah, sambil menerima semangkuk baso dan segelas es lemon dari tangan Lita, dia hanya mengangguk dan membuntutiku.

“Hai cewek comel…..” sambutku pada teman-temanku yang kini udah beda kelas, karena mereka ngambil jurusan sosial.

“Hei… “ sambut mereka ramai, aku tertawa kecil.

“Kok nggak pernah kliatan sih…” tambah Wina temanku.

“Sibuk jeng maklum….” Timpal Resti sambil memotong perkataannya.

“Maklum apaan..?” seruku penasaran.

“Enggak.. makan dulu ntar kita bahas, ya enggak Res”sambut Wina, Resti mengangguk saja, tapi Lita hanya diam saja tanpa mau mengomentari percakapan kami, matanya menatap ke suatu tempat.

“Ngliatin apaan sih cin?” tanyaku mengagetkannya.

“Enggak ada apa-apa kok.. sory ya aku kayaknya udahan deh, ntar bayarin dulu ya, aku balikin dikelas, aku lupa ada urusan mendadak..” kata Lita tiba-tiba, membuat kami spontan bingung atas kepergiannya.

Seusai makan tiba-tiba kedua  cewek comel didepanku berbisik kearahku, sambil bermain mata.

“Eh kamu dulu bilang kalau kamu suka sama Kak Fean kan…?”
Aku mengangguk.

“Loh tapi denger-denger kamu jadian sama ketua kelasmu itu, si… emm.. Arvian, bener nggak sih..?”

Huk..uhuk..uhuk…

Aku yang sedang menyeruput es lemon terbatuk karena kaget.

“Eh gossip dari siapa sih?!” sewotku.

“Oh jadi kamu sama Arvian enggak jadian kan…? Bagus deh soalnya kita tuh dukung kamu sama Kak Fean ya kan Win?” Wina hanya mengangguk sambil megacungkan jempolnya.

“Good…”aku mengacungkan jempol.

“Tapi kamu juga enggak jadian sama Rehan kan? Soalnya gosipnya juga ada yang bilang gitu…” kata Wina sok polos.

Aku menghela nafas, “Aduh teman-temanku yang cantiknya kayak bayi bajang….. enggak usah  dengerin kata orang mending kita makan…”

“Bayi bajang…. Huuuu….”jawab mereka kompak enggak terima dengan sebutan itu, aku hanya tertawa geli.

“Tapi La…. Kenapa kamu kayaknya enggak bisa suka sama mereka?”

“Setiap orang kan punya alasan buat membenci ataupun menyukai sesuatu.. apalagi dua kunyuk itu ngeselinnya tingkat dewa keles!” jawabku. Membayangkan menyukai salah satu dari mereka saja sudah geli, yang satu sifatnya kayak es batu, yang satunya cerewetnya kaya burung beo.

“Tapi kan kita enggak boleh menjudge mereka kan, kita enggak punya hak buat menilai mereka lalu menghakiminya atas dasar pemikiran kita saja ya kan…” tambah Wina.

“Betul tuh…. Coba kamu inget-inget pasti mereka punya kebaikan sama kamu…” timpal Resti, aku hanya tersenyum.

Memang sih, Rehan udah sering banget bantuin aku, tapi kalau Es batu itu…. ya mungkin pernah juga.

“Please cantik, kamu tuh udah njomblo dari dulu, coba buka hati kamu deh…”

“Ah enggak, aku enggak mau pacaran, bikin pusing, entar nilaiku jeblok, dan aku bisa gagal buat ngalahin Arvian … lagian beneran kok aku enggak ada rasa sama mereka berdua, please dong say… jangan dengerin gossip itu…” pintaku.

“Oh ya.. aku pergi dulu ya, stop mikirin gosip! Bye…”pamitku teringat harus kumpul bimbingan OSN.

****

PUTIH ABU-ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang