Siangnya aku menemui Kak Fean di kelasnya sesuai pesan Rehan padaku pagi tadi. Aku berjalan menuruni anak tangga lalu menyebrangi taman belakang kelas XII dan muncul dari lorong kelas XII IPA2. Namun seketika itu langkahku terhenti, ketika kulihat tak jauh dari hadapanku, dua orang yang sangat kukenal itu duduk sambil bercanda riang.
“Kak…”sebutku lirih, mereka menghentikan tawanya. Lita menoleh kearahku dengan tatapan yang penuh kecurigaan. Tiba-tiba seisi kepalaku kacau, tapi aku berusaha tersenyum dengan sebaik mungkin. Mereka seraya berdiri dan saling menatap.
“Oh aku cuma mau ngambil emmm… apa itu… ya itu…” kataku dengan kacau, semua kalimat yang tersusun dikepalaku enyah tak bersisa sepatah kata pun. Dadaku bergemuruh seperti ingin meledak, bukan hanya itu, aku kikuk tak menentu, pokoknya kekacauan yang memuncak.
“La…”Kak Fean memanggil namaku.
“Iya… aku sepertinya harus nyari ke… em.. tempat lain…” kalimatku campur aduk, seisi kepalaku kacau balau bagaikan debu yang tertiup angin.
“Oh… ya.. umm.. ya aku rasa sebaiknya aku pulang dulu…” lanjutku makin salah tingkah.
“Lala…”Panggil Kak Fean dan terdengar langkahnya ingin mengejarku.
“Kak…”suara Lita menghentikan langkahnya. Aku masih berjalan sebiasa mungkin, mengabarkan kepada dunia bahwa aku baik-baik saja dan aku menoleh sambil tersenyum lagi.
Itulah aku dan begitulah caraku mengakhiri pencarian cintaku yang rumit ini.
Aku bahkan tak tahu apa yang aku rasakan, bulir-bulir gerimis mulai berjatuhan dari langit tanggal 1 desember, tapi perasaanku saat ini seperti bunga-bunga di musim gugur, yang berguguran dari tangkainya satu demi satu. Berjatuhan terhempas ke tanah terinjak-injak hingga tak terlihat lagi warnanya yang indah.
Aku masih meniti langkahku yang gontai. Aku tak bisa marah, juga tak bisa menangis, aku tak mampu kecewa apalagi meneriakan amarahku hingga membuat seisi dunia tahu. Aku tak memiliki hak untuk menangisi perasaanku. Mereka tahu atau tidak bukan masalah, karena aku yang mengalami cerita ini. Bagian episode terburuk dari kisah cintaku selama dua tahun itu.
Sungguh menyedihkan!
Tak ada angkutan umum yang lewat meski sudah lama sekali aku menunggunya, hingga seluruh tubuhku basah kuyup oleh hujan bulan desember yang menderas seiring waktu. Sedang perutku yang kosong menambah suasana menyedihkan yang kurasakan ini, aku menggigil, tapi dinginnya air hujan tak mampu mengalahkan panasnya perasaanku, akhirnya terpaksa aku menelpon Bapakku untuk menjemputku di sekolah.
****

KAMU SEDANG MEMBACA
PUTIH ABU-ABU
RomantikNayala Salsabil berambisi masuk OSIS untuk dekat dengan cinta pertamanya, Fean. Namun dalam perjalanan memperjuangkan cintanya, dia dipertemukan dengan persahabatan yang hangat di sekitarnya. Mampukah Lala menaklukan sang pujaan hati? Atau malah ta...