Se-sorean aku habis muter-muter sama si kunyuk Rehan menyelesaikan tugas besok hari, tadi Rehan juga sempat mengantarku pulang, meski rasa sebalku sama dia belum kunjung pudar. Sesampainya dirumah aku langsung mandi dan salat Ashar, sebelum harus menjemput adikku dari tempat bimbel.
"La tadi itu si Rehan?" Tanya Bapak Waktu berpapasan padaku ketika aku mau pergi menjemput Azka adikku.
"Lo kok Bapak tau?" tanyaku penasaran.
"Kan dia tadi nelepon Bapak."
"Ha????!!!" Sambutku shock berat. Enggak percaya dan terdengar gila, bener-bener tuh anak nggak main-main.
"Oh begitu ya, aku pergi dulu ya Pak. Assalamu'alaikum." Pamitku sambil mencium tangan Bapak dan buru-buru kabur sebelum di introgasi lebih panjang.
****888****
Istirahat pertama aku langsung kabur ke photocopian depan sekolah buat photocopy undangan maulid nabi yang tadi pagi baru ku print di rumah. Nggak butuh waktu lama hasil copy-annya sudah beres, aku pun buru-buru ke kelas untuk meminta bala bantuan dari warga sipil-ku. Kelas terdengar begitu berisik ketika aku masuk membawa setumpuk kertas undangan.
"La, ajarin aku biologi ya." Sambut Rifka didepan pintu sambil membawakan setengah dari tumpukan kertas undangan ditanganku.
"Emangnya kamu masih belum paham bagian yang mana Rif?" tanyaku, sambil memulai melipat undangan satu persatu, teman-temanku yang lain mulai membantu di dekatku.
"Bagian....." Rifka ngabur ke tempat duduknya mengambil bukunya.
"Nah... yang ini nih...." Lanjut Rifka menunjukan materi tentang peredaran darah."Oh yang itu, mudah kok. Jadi begini peredaran darah itu mengalir dari bagian paru-paru membawa oksigen masuk ke serambi kiri lalu ke bilik kiri selanjutnya melalui pembuluh nadi menuju keseluruh tubuh, lalu ada pertukaran disini... bla..bla...." aku menjelaskan sedetail mungkin bersama bagan peredaran darah yang aku gambar di kertas.
"Oh gitu? Makasih ya La."
"Ok masama... Rif." Rifka pun ikut nimbrung melipat kertas-kertas undangan, membuat undang yang banyak itu tak butuh waktu lama untuk menyelesaikannya.
"Eh.. ngomong-ngomong si Arvian kemana?" tanyaku penasaran melihat sekeliling tak menemukan Arvi.
"Hayyo... ada apa nih sama Arvian dan Lala." sambut yang lain kompak curiga, "Loh enggak papa kan aku nanya kita kan teman? Nggak ada apa-apa beneran, Cuman kok kalian pada bantuin aku dia enggak gitu aja." jelasku panjang lebar.
"Beneran nggak ada apa-apa nih?" goda Haidar padaku.
"Iya beneran kok..." jawabku sewot, membuat yang lain tertawa.
****

KAMU SEDANG MEMBACA
PUTIH ABU-ABU
RomanceNayala Salsabil berambisi masuk OSIS untuk dekat dengan cinta pertamanya, Fean. Namun dalam perjalanan memperjuangkan cintanya, dia dipertemukan dengan persahabatan yang hangat di sekitarnya. Mampukah Lala menaklukan sang pujaan hati? Atau malah ta...