Part 16

204 7 0
                                    

Di dalam kamarku yang tirainya terbuka sedikit itu aku menatap keluar dari atas tempat tidurku, dan aku tak mampu menahan air mata dari kelopak mataku lagi, yang tertahan selama beberapa jam itu.

Aku menangis, kurasakan hatiku perih sekali, dan semakin aku ingin membuang ingatan siang itu, maka ingatan itu semakin kuat mendatangi fikiranku, dan pernyataan Arvian dan Rehan hadir satu demi satu bergantian.

Argumen mereka seakan-akan semakin mengokohkan kejadian demi kejadian yang telah aku rajut selama ini.

Mengingat betapa semangatnya diriku datang tepat waktu dalam setiap rapat OSIS dan seluruh kegiatan lainnya demi laki-laki itu, lalu aku teringat kembali betapa aku berusaha melakukan yang terbaik untuk dilihat laki-laki itu, dan rela menelan kemarahannya setiap harus menanggung kesalahan dari teman-temanku,  maka aku semakin menangis, menangis hingga sangat sulit mengeluarkan airmata lagi.

Diluar hujan semakin menderas, tapi aku sudah menghentikan tangisanku, aku merasa begitu lelah hari ini, hingga aku memutuskan untuk tidur lebih awal dari biasanya, karena esok matahari pasti akan datang lagi.

****888****

Aku tak pernah mengatakan kejadian ini kepada siapapun, tapi entah mengapa beritanya sudah tersebar terlebih dulu kepenjuru sekolah. Sungguh memalukan sekali. Aku bahkan tak mau menyimpan kenangan itu, tapi entah mengapa semua orang berusaha menggarami luka hatiku.

Hari ini ada rapat besar OSIS sebelum reorganisasi, aku duduk ditempat biasanya, tak jauh dari tempat duduk Kak Fean, karena aku harus terbiasa dengan keadaan yang sudah berbeda ini. Aku duduk disini bukan berarti aku masih menginginkannya, tapi aku duduk disini untuk mengubur perasaanku yang kujaga selama dua tahun itu.

“Uhuk…”tiba-tiba Mela muncul ditengah-tengah kami.
“Hai Nona jelek… entar kita jalan-jalan yuk…. siapa tahu kita bisa kecantol cowok cakep… hehehe..”

Aku tersenyum, sungguh melegakan sekali atas kedatangannya.
“Kemana Nyonya?”sambutku.

“Ke lapangan Footsal, banyak cowok kecenya…”dia membisikan kata itu ditelingaku.

“hahaha”tawaku meledak.

Kak Fean keluar, sepertinya tak nyaman didekatku.

“La… boleh tanya enggak?”

“Tanya aja…”jawabku, karena aku tahu apa yang akan ditanyakan.

“emmm… kamu sama Kak Fean?”

“Oh… itu cuma masa lalu… udahlah itu enggak penting, enggak masuk di ujian Nasional, lagian juga bukan materi yang masuk kurikulum keles… mending mikirin mapel buat UAS besok Ok…!”

Mela tersenyum, menganggapku tak waras. "

Gila…” akhirnya hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya. Dan kami pun tertawa tak jelas apa yang ditertawakan, Mela mengerti apa yang seharusnya dilakukan kepadaku saat ini, yaitu menghiburku.

****888****

PUTIH ABU-ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang