Part 17

256 11 0
                                    

Jam tanganku masih menunjukan pukul tujuh tiga puluh, seusai berpamitan dengan guru mapel jam pertama aku langsung menuju ke ruang kepsek bersama Arvi, hari ini aku harus melaksanakan tugasku, ikut berperang dalam OSN tingkat kabupaten. Arvi mewakili Kimia, dan aku Biologi.

Aku hanya berdo'a mampu melakukan yang terbaik untuk sekolah, seperti biasa makhluk yang satu ini, tetap cuek terhadap lingkungan, dia tak berkutik dari bacaannya, ketika aku sibuk mengulang materi yang akan keluar nanti.

Pukul delapan kami sampai di sebuah sekolah negeri yang menjadi tempat penyelenggaraan itu. Kami berpisah didepan pintu gerbang lalu mencari ruangan kami masing-masing tanpa kata-kata. Pukul 08.30 acara dimulai.

Pengawas membagikan soal dan lembar kunci jawaban, semua anak duduk satu-satu dengan jarak kira-kira satu meter antara satu sama lain sesuai no urut meja. Selang beberapa lama kami semua khusuk mengerjakan soal-soal dengan teliti, aku hanya berharap mampu menyelesaikannya dengan baik.

Dan aku keluar kira-kira pukul sebelas, Arvian sudah menungguku dipintu gerbang, dengan nada berseru dia memanggilku.

"Naya Nayla....!"Aku tersenyum.

"Aku enggak butuh senyumanmu, aku hanya butuh kecepatan jalanmu..."lanjutnya. baru kali ini aku mendengarnya bercanda.

Sesampainya aku didekatnya, dia langsung berkata.
"Udah enggak usah dipikirin... pengumumannya masih lama... kita serahin sama Allah... yuk... naik!"p erintahnya dengan nada yang datar dan dingin, tanpa senyuman.

Tapi aku tersenyum, setidaknya telah menyadarkanku akan arti pasrah kepada Tuhan.

***

Beberapa minggu kemudian, aku tak tahu tepatnya, tapi yang pasti hari itu hari selasa siang, seusai jam istirahat, Aku dan Arvi dipanggil menghadap Kepsek siang itu. Arvi mengajakku bergegas, akupun membuntutinya.

Sesampainya disana dan duduk di bangku, Pak Kepsek langsung berkata "Selamat buat Arvi...."dia menyalami Arvian.

"Dan selamat juga untuk Nayla.... kalian berdua adalah pemenang..."lanjutnya sambil menyalamiku.

Aku gugup mendengar perkataannya. Mimpikah?.

"Arvi perjuangan kamu belum berhenti disini... kamu harus belajar lebih banyak lagi, karena kamu akan mewakili kota kita ke provinsi.

Selamat ya..... Dan Nayla, kamu harus belajar lebih keras jika kamu ingin mengikuti jejak Arvi ya.... tapi bagi Bapak, kalian adalah pemenang.."

Ya. Aku tahu bahwa aku tidak akan memenangkan OSN ini, bahkan sekalipun aku berusaha, aku masih tetap belum tentu bisa memenangkannya.

Tiba-tiba semangat hidupku melemah, aku merasa terlempar ke dunia lain. Bagaimana pun aku tetap memberikan selamat kepada Arvi.

Dan sesampainya di rumah, entah mengapa air mata ku meleleh, mungkin karena aku merasa begitu lelah dengan semua yang terjadi akhir-akhir ini.

***

PUTIH ABU-ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang