Seperti pepohonan dimusim semi, setelah diterpa angin musim dingin, dan dihempas angin musim gugur. Kini saatnya dedaunan itu tumbuh di ujung-ujung rantingnya.
Untuk menjadi kuat sebatang pohon harus menghadapi kejamnya berbagai musim. Dan aku juga harus seperti pepohonan itu, tak perduli betapa sakit hari lalu, itu hanya sebagian kecil dari noktah kehidupan seseorang.
Karena bagiku, memiliki perasaan cinta itu terkadang seperti menengguk racun, mungkin saat dimulut racun itu manis, namun ketika ia mulai masuk kekerongkongan maka semakin pahit. Lalu ketika mulai menyerang hati dan urat nadi maka semuanya lumpuh dan berganti menjadi dendam yang melenyapkan fikiran positif dan semangat hidup.
Aku akan memulai hidupku kembali, membuang penyakit hati yang pernah menyerangku, aku harus menata hidupku, bukan menjalani hidupku. Aku harus seperti pohon dimusim semi, yang berbunga indah meski harus terluka di musim sebelumnya.
Inilah hidup yang kupilih.
Pagi itu masuk semester 2, Arvi sudah menunggu kedatanganku dikelas.“Pagi….” Sambutnya padaku.
Aku tersenyum, “Selamat ya…. buat kemenanganmu, aku berharap kamu enggak sombong lagi…”kataku.
“Dasar comel…” kalimatnya terdengar kaku, tapi sedikit terdengar nada yang lucu, aku tertawa geli.
“Ih… aku bener kan… dasar Es batu…!”panggilku.
“Apa….??”dia melotot kearahku, aku tersenyum.
Entah sejak kapan kami menjadi teman dekat, tapi tak kusangka Arvi ternyata orang yang cukup kocak dan menyenangkan, dan sikap dinginnya selama ini adalah caranya kepada orang yang belum benar dikenalnya.
“Kapan kamu lanjut ke tingkat Nasional?”tanyaku lagi.
“Masih sebulan…”jawabnya datar, seperti dia yang kukenal.
“Oh….”
“Kenapa? kangen…?”
Tiba-tiba tawaku meledak, mendengar pertanyaannya yang meluncur dari mulutnya, "Gak ya, lebay…” jawabku.
“hohoho… jadi begitu….”lanjutnya.
“I’ll support you and pray for you…”
“Thanks Nayla… aku berharap mendapat kekuatan doa mu…”
“Yeah…. enggak usah lebay deh….”
“hahaha…”dia hanya tertawa. Sepertinya aku menyadari bahwa sampai kapanpun aku tak mungkin bisa menjadi dia.
“Nay… jujur aku selalu cemburu sama kamu…”
“Uhuk…”aku yang sedang menyeruput air mineral terbatuk.
“Maksud kamu?”timpalku.“Iya… kamu bisa masuk OSIS… punya banyak teman, dan banyaklah pokoknya…”
“Oh ya…. aku juga jealous sama kamu tau….” dia menoleh penasaran.
“Iya… selama ini aku pengin banget bisa kayak kamu, pinter… disukai banyak orang, berbakat lagi, tapi entah kenapa aku enggak pernah bisa ngalahin kamu … itu yang paling menyebalkan dari kamu…”
“Oh ya… jadi selama ini kita saling cemburu dengan kebisaan kita…?”
Kami tertawa, menyadari kekonyolan kami selama ini, aku tak perlu menjadi dia, dia pun tak ingin menjadi aku.
Kami berusaha mensyukuri kemampuan kami masing-masing. Seperti bunga musim semi yang bermekaran, begitulah hatiku, aku bersemangat memulai hari baruku, aku akan memulai hal baru dan menyenangkan.
****
Hola Hai...
Cerita ini cuma tinggal 2 part lagi kalau di draft lamaku huhuhuKalian maunya gimana?
Soalnya masih nggantung wkwkww
Bikin mereka jadian apa sahabatan aja, baiknya gimana ya
Huhuhu
Kasih saran dunk
💙

KAMU SEDANG MEMBACA
PUTIH ABU-ABU
RomanceNayala Salsabil berambisi masuk OSIS untuk dekat dengan cinta pertamanya, Fean. Namun dalam perjalanan memperjuangkan cintanya, dia dipertemukan dengan persahabatan yang hangat di sekitarnya. Mampukah Lala menaklukan sang pujaan hati? Atau malah ta...