Wkwkwkwkwk gak ada yang baca, tapi update terus ajalah. Soalnya genre kek gini favoritku banget. Minimal harus punya satu karya yang kayak gini biar mantep 👍
🤡🤡🤡
BRAK!
"Pokoknya kalo malem ini kamu diinvite main game, jangan pilih aku! Aku itu si cupu! Jangan pilih si cupu, ya!"
Gadis berkacamata bulat di hadapannya itu membanting meja, berucap dengan mimik serius. Namun, dianggap lucu bagi Aaron. "Haha. Otak lo panas?"
"Kebanyakan belajar hm?" Aaron hendak menyentuh dahi Summer, tapi ditepis.
"Aku serius! Nanti malem jem delapan, kamu bakalan diundang ke dalam chat gitu. Isinya game pembantaian. Kamu bisa pilih mau bunuh siapa. Jangan pilih aku, ya. Aku itu si cupu! Pokoknya jangan! Okey. Sekian informasinya. Aku harus pergi sekarang. Udah, kan, belajarnya?" tanya Summer seraya membereskan tas.
"Heem. Udah."
"Ok. Makasih." Summer buru-buru melenggang pergi karena dikejar waktu. Namun, cewek itu kembali lagi ke dalam ruang kelas.
"Eh, boleh minta nomor hape kamu? Sama nomor Samantha and the geng."
🤡🤡🤡
Summer melirik jamnya. Waktu sudah menunjuk pukul enam. Sial. Jam segini Samantha and the geng ada di mana?
Summer mencoba mengingat-ingat adegan ceritanya. Di jam segini apa yang terjadi. Hasilnya nihil. Ekspresi Summer pucat seketika. Gawat! Jam segini tidak ada adegan apa-apa. Adegannya dimulai besok pagi lagi.
Jika begini Summer tidak tahu harus mencari Samantha and the geng di mana.
Apa ke rumah mereka?
Tidak. Summer tidak tahu jalan.
Bagaimana ini?
Summer sibuk berputar otak. Akhirnya, ia mengeluarkan ponsel. Untungnya ia sudah mengantongi kontak Samantha and the geng dari Aaron. Summer segera menghubungi merek satu per satu.
Summer meminta mereka jangan voting Summer. Permintaan itu tentu dijadikan bahan ledekan. Lagian siapa juga yang akan percaya hal seperti itu jika tidak mengalaminya langsung.
Kalo gamenya beneran ada, gue bakalan vote lo pertama! Si cupu? Okay. Gue ingetin!"--Samantha
"Ayoyoyo. Lo lagi kenapa? Halu?"--Helena
"Seruuu banget kalo game itu beneran ada. Gue bakalan vote lo si cupu! Hahaha."--Jessie
Kurang lebih respon mereka seperti itu. Summer menyimpan ponsel ke dalam tas. Pokoknya ia sudah berusaha. Semoga voting malam ini ada perubahan.🤡🤡🤡
Summer menggigit jarinya menatap waktu yang tersisa hanya lima menit sebelum game dimulai.
Detik demi detik berlalu.
Summer menggenggam ponselnya penuh risau hingga suara Viola, sang ibu, mengagetkannya.
"Viona!"
"Kampret fiksi terbang!" Summer mengelus jantungnya yang berdegup seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Game | Transmigration Become A Player (End)
Mystery / ThrillerSummer, seorang penulis novel, tidak pernah menyangka setelah mengalami kecelakaan, ia akan hidup kembali menjadi Viona Charmaine, tokoh utama dalam cerita genre romance yang pernah Summer buat. Sebenarnya tidak apa-apa jika harus menjadi Viona, gad...