24. Malam Kesembilan 🤡

34 2 0
                                    

Daftar pemain yang masih hidup:
1. Si Cupu - Summer
2. Si Ganteng - Aaron
3. Si Rubah - Samantha
4. Si Narsis - Tasin
5. Si Lelet - ???
6. Si Berisik - ???
7. Si Tinggi - ???

"Waktu kita gak banyak. Kita harus cari tau identias asli dari tiga pemain lainnya, dan ngecek mereka ada di tim mana," ucap Summer seraya menyodorkan selembaran kertas yang terdapat daftar pemain yang masih hidup.

"Masih ada tiga. Satu orang cari satu. Dua jam lagi kumpul kembali di markas ini," tambah Summer.

"Kalo gitu, gue ngecek identitas Dyland," ucap Aaron.

"Gue Vina, deh." Kali ini Samantha bersuara.

"Berarti gue satunya lagi, tapi pemain itu gak pernah muncul sama sekali. Kalian ada ide gak kira-kira itu siapa?" tanya Summer.

Aaron dan Samantha saling bertukar pandang, kemudian mengendikkan bahu bersama. Tandanya tidak ada ide sama sekali.

"Heem. Yaudah, deh. Gapapa. Gue coba cari sebisa gue," ucap Summer.

"Okay. Berangkat sekarang. Waktu kita terbatas," kata Aaron seraya menyamber kunci mobil.

"Nebeng dong ke sekolah bareng." Samantha meraih tasnya, dan beranjak berdiri.

"Lo gimana,Vi? Mau ke sekolah?"

Summer menggeleng. "Feeling gue, pemain itu gak di sekolah. Gue pengen cari di tempat lain. Nanti gue sendirian aja gapapa. Gue bisa bawa motor."

"Okay."

🤡🤡🤡

Satu jam kemudian.

Sementara

Samantha:
Identitas Vina si Berisik.

Aaron:
Identitas Dyland si Lelet.

Me:
Coba deketin mereka, dan cari tau mereka di tim mana.

Samantha:
Okay. Berarti sisa si Tinggi ya coy gak tau siapa.

Aaron:
Coba Vi cari yang orangnya tinggi.
Gue bantu lihatin di sekolah.

Me:
Siap.

Summer menyimpan ponsel ke dalam tas. Cewek itu lalu kembali menancapkan gasnya. Ia terus berkeliling di sepanjang komplek tanpa ada tujuan yang jelas.

Sejujurnya Summer tidak tahu harus mencari si Tinggi di mana. Summer terus berpikir hingga ia melewati sebuah rumah.

Rumah itu unik, bercat kuning jingga. Sangat menarik perhatian. Begitu lihat, Summer langsung tahu pemilik dari rumah itu.

"Rumah Samantha," gumam Summer yang tahu betul.

Tanpa disadari, langkah kaki Summer kini sudah berpijak di depan gerbang rumah Samantha.

Rumah itu seperti ada magnetnya. Summer ingin sekali masuk ke dalam. Entah kenapa, Summer tiba-tiba merasa seperti kembali ke rumah. Rumah yang benar-benar rumahnya.

Summer mendorong gerbang pintu yang tidak dikunci. Cewek itu melepaskan sepatu sebelum masuk ke dalam rumah.

Kedua mata Summer lalu menyapu pemandangan sekitar. Rumah yang benar-benar besar dan mewah. Dengan desain ala kebaratan, lukisan kuno, patung dewa yunani, piano besar, sofa dan karpet bulu. Tak heran Samantha diceritakan sebagai anak yang tajir melintir tapi kekurangan kasih sayang orang tua.

Endless Game | Transmigration Become A Player (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang