25. Suara untuk Summer 🤡

34 1 0
                                    

Jam delapan lewat satu menit.

Suasan terpantau kondusif.

Hening bertahan.

Tidak ada yang bersuara. Keenam pemain melipatkan kedua tangan di depan dada, sementara ponsel terletak di atas lantai.

Permainan telah mulai sejak satu menit lalu, tapi masih belum ada yang voting hingga saat ini.

Samantha melirik kanan-kiri. Cewek itu lalu dengan hati-hati mengulurkan tangan untuk meraih ponsel. Summer langsung menahan pergelangan tangan cewek itu.

"Mau ngapain lo?!"

"Heem. Main hape. Bosan," jawab Samantha seraya menggaruk tengkuk.

"Lo lupa sama perjanjian kita tadi? Gak ada yang boleh main hape sebelum malem ini kelar," balas Summer membuat Samantha mengumpat dalam hati.

Samantha lalu melempar lirikan ke arah Tasin. Sementara Tasin, mengetuk-ngetuk dagu. Tampaknya sedang berpikir keras. Berpikir bagaimana caranya agar bisa mengambil ponsel untuk vote Summer.

Lima menit berlalu.

Waktu yang singkat, tapi berasa lama bagi Summer. Summer sangat amat berharap si Tinggi tidak vote agar pemain lain tidak ada alasan untuk memegang ponsel.

Summer tahu betul pemain lain sudah mengincar dirinya. Salah satu cara bertahan adalah menjauhkan ponsel dari para pemain agar dapat menghindari voting.

Summer terus berharap dalam hati agar malam ini cepat selesai. Namun, hal yang paling ia takuti terjadi juga.

Tring!

Si Tinggi mengacaukan rencana Summer sudah. Sebuah notif dari si Tinggi membuat para pemain berbondong-bondong meraih ponsel.

Unknown Group

???:
Si Tinggi memilih si Narsis untuk dibunuh.

"Sial! Gue dipilih!" seru Tasin setelah membaca layar ponselnya.

"Lo mati dong? Ohhhh tidak! Ayo, vote yang lain!" balas Samantha dramatis.

"Guys, tenang! Kita saling ngevote biar imbang."

Tring!

Tring!

Dua buah notif masuk. Summer mengecek ponselnya. Ternyata ia divote Tasin dan Samantha.

"Ops. Sorry, Vi. Gue ama Tasin ternyata gak sengaja vote barengan buat lo," ujar Samantha.

Gak sengaja katanya? Cih. Mereka munafik. Summer dapat melihat kedua orang di hadapannya itu menyembunyikan tawa liciknya!

Summer cape berdebat sama mereka lagi. Toh, memang niat mereka dari awal sudah mau vote Summer. Baiklah. Summer harus fokus ke Vina dan Dyland.

"Guys, kita masih ada harapan untuk gak ada yang mati. Kalian berdua vote Tasin, terus Aaron vote gue biar suaranya im--"

Tring!

Tring!

Unknown Group

???:
Si Tinggi memilih si Narsis untuk dibunuh.

Si Narsis memilih si Cupu untuk dibunuh.

Si Rubah memilih si Cupu untuk dibunuh.

Si Lelet memilih si Cupu untuk dibunuh.

Si Berisik memilih si Cupu untuk dibunuh.

"Kalian milih gue semua?!" tanya Summer setelah mengecek ponsel.

"Iya, kenapa milih Viona?!" tambah Aaron.

"Kepeleset. Salah pencet keknya haha." Vina dan Dyland ketawa dengan muka seolah tak punya dosa.

"Habislah gue ...." Summer meletakkan ponselnya dengan lemas.

"Duh. Duh. Kasihan," ucap Vina seraya berdecak.

"Vina, lo yang terakhir vote. Ayo, pilih cara matinya Viona," ajak Dyland.

"Tunggu. Gue belum vote," ucap Aaron. Cowok itu menyalakan layar ponselnya kemudian hendak memilih, tapi suara Samantha memberhentikan aksinya ....

"Ututu. Aaron lo janga pilih Viona, ya. Pilih yang lain aja. Siapa tau Viona masih ada harapan hidup, walaupun kesempatannya cuman 0,001%," ucap Samantha. Cewek itu lalu ketawa bersama Tasin, Vina dan Dyland.

Ketawa itu memberi isyarat ketawa jahat. Jahat yang benar-benar jahat.

Aaron dan Summer dapat melihat tawaan mereka itu.

Sial.

Apakah Aaron dan Summer harus pasrah begitu saja?

Summer harus menerima nasibnya untuk mati dibunuh sama tokoh ciptaannya sendiri?

"Hahaha. 0,001%, sih, udah jelas no hope!" seru Vina.

"Good bye, Vi. Selamat jalan," ucap Dyland. Cowok itu melambaikan tangannya.

Summer mencengkeram lengan Aaron. Aaron murka melihat ulah mereka semua, tapi ini bukannya waktu untuk berdebat.

Melalui Unknown Group, Aaron memilih seseorang untuk dibunuh.

"0,001%. Walaupun harapan hidupnya cumam 0,001%, gue akan ambil kesempatan itu," balas Aaron. Cowok itu memberi suara vote kepada si Cupu.

Unknown Group

???:
Si Tinggi memilih si Narsis untuk dibunuh.

Si Narsis memilih si Cupu untuk dibunuh.

Si Rubah memilih si Cupu untuk dibunuh.

Si Lelet memilih si Cupu untuk dibunuh.

Si Berisik memilih si Cupu untuk dibunuh.

Si Ganteng memilih si Cupu untuk dibunuh.

???:
Waktu memilih sudah habis.
Mayoritas pemain telah sepakat membunuh si Ganteng. Orang yang terakhir memilih si Ganteng dapat menentukan cara pembunuhannya. Silakan, si Ganteng.

Si Ganteng:
Mati suri.

???:
Jawaban telah diterima.
Sesaat lagi si Cupu akan terbunuh.

🤡🤡🤡

Endless Game | Transmigration Become A Player (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang