Summer menaikkan zipper hoodienya hingga mentok. Cewek itu celingak-celinguk menatap sekeliling. Tidak ada orang di sana.
Summer merasa sedikit lega. Ia buru-buru berlari ke arah tong sampah tadi, tapi langkahnya berhenti di kala matanya menangkap dua sosok asing yang sedang mengorek sampah.
Siapa mereka? batin Summer bertanya.
"Kalian siapa?!" Summer melangkah maju, menaruh tangan di bahu cowok dan cewek.
Kedua orang itu menoleh.
Hal pertama yang Summer lihat adalah bekas luka bakar yang besar di wajah kedua orang itu.
Summer sampai tersungkur ke belakang betapa kagetnya melihat wajah mereka.
Summer meremas dadanya yang terasa sesak. Napasnya tiba-tiba tercekal. Entah kenapa perasaannya jadi takut dicampur gelisah. Semua oksigen di paru-parunya terasa habis.
"Kakak, gimana ini? Dia udah lihat semuanya?" Si cewek bersuara.
"Bunuh aja apa? Adek bawa belati?"
"Bawaaa bawaaa! Mau adek aja apa kakak?"
"Kakak aja. Adek gak perlu mengotori tangan kakak."
"Baikkkk." Sang cewek menyodorkan belati ke kakaknya.
Mencium aroma bahaya, Summer buru-buru beranjak berdiri.
Sial, padahal niatnya datang untuk memeriksa ponsel Helena, mengecek julukan cewek itu, tapi malah terseret dalam bahaya seperti ini.
Siapakah mereka?
Ada apa mereka di sini?
Summer jelas tidak mengenal mereka. Mereka tidak pernah Summer ciptakan di dalam novel tersebut.
Summer melihat kedua orang itu memakai seragam sekolah yang sama dengan murid-murid di sekolah ini. Apa mereka murid sekolah ini?
Summer menyipitkan matanya melihat lambang nama yang terjahit rapi di seragam mereka.
"Vina. Dyland."
"Ya. Itulah kita. Karena lo udah tau kita, lo harus kita bunuh." Cowok bertampang mengerikan dengan bekas luka di wajah itu menyeringai lebar. Cowok itu melayangkan belatinya.
Untungnya Summer pintar menghindar. Belati itu tidak mengenainya.
Menggunakan kesempatan Dyland sedang memungut belati, buru-buru Summer lari. Summer berlari sekuat tenaga.
Sesekali ia menoleh ke belakang. Sial. Pasangan adek kakak itu masih saja mengejar.
Summer berasa dikejar dua psikopat gila. Lihat saja senyuman mereka berdua. Sinis dan mengerikan. Seolah ingin menyantap Summer hidup-hidup.
Summer terus berlari. Ia tidak boleh mati sekarang. Gamenya belum selesai. Summer tidak ingin mengulang dari awal lagi.
Tolonglah siapapun itu.
Air mata Summer keluar. Kali ini ia begitu ketakutan. Perasaannya juga menjadi gelisah mengingat wajah kedua orang itu. Seperti tak asing, tapi Summer juga tak mengenali.
Siapakah mereka?
Entahlah. Summer tidak mengingatnya! Cewek itu berlari ke tikungan hingga tak sengaja menabrak seseorang. Ternyata yang ia tabrak adalah Aaron. Perasaan Summer menjadi sedikit lega.
"Napa lo?" tanya Aaron.
"A--aku dikejar!" jawab Summer seraya mengatur napas yang terengah-engah.
"Mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Game | Transmigration Become A Player (End)
Mystery / ThrillerSummer, seorang penulis novel, tidak pernah menyangka setelah mengalami kecelakaan, ia akan hidup kembali menjadi Viona Charmaine, tokoh utama dalam cerita genre romance yang pernah Summer buat. Sebenarnya tidak apa-apa jika harus menjadi Viona, gad...