22. Malam Kedelapan (3) 🤡

30 0 0
                                    

Pada waktu yang bersamaan, di rumah Samantha ....

Samantha dan Jessie berkumpul bersama.

Setelah mendapar notif chat dari Unknown Group, Jessie buru-buru memastikan semua pintu di rumah Samantha telah tertutup rapat. Jessie lalu bersembunyi di dalam kamar bersama Samantha.

Jessie kira akan aman, dan baik-baik saja jika seperti ini, tapi ia tidak menyangka jika ada musuh dibalik selimut.

Samantha, cewek itu berdiri dari kasur dengan senyuman penuh maksud.

Jessie menahan tangan Samantha. "Mau ke mana lo? Jangan tinggalin gue sendirian dong. Takut."

"Ke wc," jawab Samantha masih dengan senyuman penuh maksud. Sayangnya Jessie tak dapat melihat.

"Ikuttt."

"Ayo."

Jessie lalu ikut berdiri. Ia bersembunyi di belakang Samantha. Selangkah demi selangkah mereka maju.

"Untung kita berdua. Kalo sendirian gue takut banget. Apalagi di luar sana ada zombie," ucap Jessie.

"Hahaha. Gak perlu takut kali," balas Samantha.

Mereka tiba di toilet. Samantha masuk duluan ke dalam toilet. Jessie menunggu di luar. Setelah itu, mereka gantian.

Jessie masuk ke dalam toilet. Setelah selesai melakukan aktivitas panggilan alam, ia mendengar suara aneh. Seperti suara zombie di luar sana ....

"Samantha, ada apa?" tanya Jessie agak berteriak.

"Gak ada apa-apa."

"Masa? Gue dengar suara aneh. Coba lo cek."

"Gak ada coy. Lo udah belum? Buruan keluar!"

"Bentar lagi." Jessie lalu buru-buru menyuci tangannya. Ia lalu membuka pintu toilet. Satu tindakan sederhana yang ternyata mengantarnya ke ambang kematian.

Kejadian selanjutnya membuat Jessie mimpi pun tidak akan bermimpi jika ia akan dihadapi pengkhianatan sebesar, dan kematian setragis ini.

Sebenarnya apa yang terjadi di luar sana?

Ternyata Jessie melihat Helena. Jessie juga menangkap sorot mata Helena yang memerah menandakan haus darah, dan sudah menargetkan Jessie sebagai mangsanya.

Jessie meneguk ludah kasar. "He-Helena?"

"Helena katanya laper. Haha. Ayo, makan Jessie," ucap Samantha seraya ketawa renyah.

Jessie tidak menyangka apa yang ia dengar. Samantha menjadikan Jessie sebagai sasaran empuk untuk dimangsa Helena.

Katanya teman, tapi kelakuannya masa kayak begini? Ini benar-benar pengkhianatan yang luar biasa! Jessie baru tahu Samantha orang kayak begini.

"Samantha, lo--"

"Jangan salahin gue. Salahin gamenya siapa suruh milih gue jadi pembunuh."

"Lo pembunuh aslinya?!"

"Hahaha. Ya. Biar lo gak mati penasaran, gue kasih tau lo. Gue pembunuh aslinya! Pembunuh yang kalian cari. Pembunuh yang seharusnya divoting, tapi kalian semua bodoh. Gak ada yang curigain gue sama sekali. Hahaha.

"Samantha, lo berengsek!" geram Jessie.

"Hahaha. Sorry, Bestie. Ini bestie gue yang satu lagi laper. Katanya pengen makan orang. Lo gue tumbalin, ya," ucap Samantha seraya melirik Helena.

"Ja-jangan makan gue!" balas Jessie. Cewek itu hendak menutup pintu, tapi Samantha menahannya.

Tenaga Samantha lebih besar. Dengan mudahnya ia berhasil menahan pintu. Cewek itu lalu membiarkan Helena masuk ke dalam toilet.

Endless Game | Transmigration Become A Player (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang