Grau grau grau.
Kini Aaron melihat wujud Billy yang sudah hidup kembali. Mata Billy memerah, gigi tajamnya seolah ingin mencabik-cabik daging manusia membuat Aaron dan Summer tidak mengenali Billy sama sekali.
"Billy, Billy berubah jadi zombie!" seru Summer. Bola matanya kemudian membulat lebar begitu melihat Xena mendekati Billy. "Xenaaaa!"
"Shit!" Aaron menghuyungkan tongkat golfnya hingga mengenai tempurung Billy. Billy yang hendak menggigit Xena reflek melepaskan cewek itu.
"Xena, lo gila!" Summer buru-buru menarik Xena agar menjauh dari Billy.
"Lepasin! Aku mau ngomong sama Billy! Lepasin!"
"Dia udah jadi zombie, Bego!" balas Summer kesal.
"Lepasin! Lepasin!"
Grau! Grau!
"Vio, lo bawa dia pergi dulu!" titah Aaron seraya menahan Billy yang hendak menyerang.
Dengan sekuat tenaga, Summer menyeret Xena meninggalkan kamar. Aaron mengambil kesempatan, melepaskan Billy. Aaron lalu lari keluar, dan mengunci pintu kamar dari luar.
"Ambilin tali, Ron! Buruan!" perintah Summer.
Aaron pergi mengambil tali lalu membantu Summer untuk mengikat kaki tangan Xena. Sementara Xena terus merontah. Cewek itu kekeuh ingin menemui Billy, tidak peduli betapa bahayanya cowok itu yang sudah berubah menjadi zombie, dan tidak mengenal manusia.
Kehabisan akal, akhirnya Summer dan Aaron terpaksa mengikat kaki tangan Xena. Xena lalu dikurung di dalam kamar kecil. Tempat yang paling aman menurut Summer.
Summer dan Aaron lalu duduk kembali ke sofa. Kedua orang itu akhirnya bisa bernapas lega sejenak.
"Gue gak nyangka malem ini kita bisa main game zombie. Tau gitu, gue udah kuburin Billy dari tadi," ucap Aaron merasa bersalah.
"Percuma gak, sih, dikubur. Lo lihat." Summer menunjuk layar ponselnya yang terpasang CCTV.
Dari rekaman itu, terlihat beberapa pemain yang sudah meninggal bangkit kembali lagi menjadi zombie.
"Gila."
"Ini ada siapa aja, sih? Mama gue, John, pak Marches. Mereka bangkit dari kuburan gitu?"
Aaron mengendikkan bahu. "Bisa jadi."
"Sisanya ke rumah Samantha kali, ya."
"Bisa jadi." Lagi-lagi Aaron menjawab perkataan yang sama.
"Yaudahlah. Mari kita bertahan di sini. Gamenya empat jam, kan? Harusnya setelah dua jam, mereka gak akan nyerang kita lagi," ucap Summer.
Aaron mengangguk.
Kedua orang itu lalu menunggu, dan menunggu hingga akhirnya merasa lelah. Mata mereka terpejam. Rasa lelah telah mengantarkan mereka ke alam bawah sadar.
🤡🤡🤡
"Ron, bangun, Ron." Summer menggoyang-goyangkan tubuh Aaron.
Aaron membuka matanya. Cowok itu lalu menguap lebar. Entah berapa lama ia sudah tertidur. "Game udah selesai?"
Summer menggeleng. "Masih sisa satu jam lagi, tapi ada yang aneh."
"Kenapa?" Dahi Aaron bergelombang, bingung.
"Lihat." Summer menarik tangan Aaron. Kedua orang itu pergi ke kamar kecil yang mengurung Xena tadi.
"Xena ngilang!" seru Summer.
"Shit!"
"Padahal kamar ini gak ada jendela. Kaki tangannya juga diikat. Gimana bisa, ya, Xena ngilang?" Summer meraba-raba tembok. Tempat tersebut sangatlah tertutup. Tidak ada celah untuk kabur sama sekali.
"Aneh banget," gumam Summer.
"Gak ada yang aneh kalo Xena pembunuh aslinya," sahut Aaron juga dengan suara bergumam.
"Hah maksud lo?"
"Tadi sore Xena ngomong ke gue kalo Billy bakalan hidup lagi. Gue gak terlalu nanggepin, tapi sekarang gue udah tau kenapa dia ngomong begitu," ucap Aaron.
"Please. Jangan bilang ...."
"Ya, dia pembunuhnya. Dia penyipta game, makanya dia punya kekuatan khusus untuk bisa kabur dari tempat ini."
Kaki Summer terasa lemas sudah. Summer sangat memercayai Xena. Bagaimana mungkin Xena adalah pelaku di balik ini semua?
"Ya, benar kata Aaron."
Summer dan Aaron menoleh ke sumber suara. Xena berada di ambang pintu. Cewek itu berjalan masuk ke dalam, berdiri di hadapan Summer dan Aaron.
"Aku adalah pembunuhnya. Maaf. Aku gak bermaksud berbohong. Dari awal aku cuman warga biasa, tapi di malam kelima tiba-tiba aku dapat notif kalo aku itu terpilih menjadi pembunuh."
Semakin lemas sudah kaki Summer. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Hatinya hancur. Ia merasa dikhianati. Mati-matian ia membela Xena waktu tadi malam. Sejuta persen kepercayaan Summer yang ia berikan kepada Xena, dihancurkan begitu saja.
"Lo ungkapin identitas lo, gak takut kita vote lo waktu malam besok?" tanya Aaron.
Xena, cewek itu menggeleng kecil. Ia lalu tersenyum tipis. "Aku gak bermaksud bertahan sampai besok."
"Maksud lo?"
"Maaf, ya." Xena lalu menjentikkan jarinya. Pintu dan jendela yang tadinya tertutup tiba-tiba terbuka.
Mencium aroma manusia, tiga zombie yang sejak tadi menunggu di luar, langsung berhamburan jalan masuk ke dalam rumah.
"Xena?!" Summer tidak percaya apa yang dilakukan Xena.
"Sekali lagi aku minta maaf. Aku hanya bisa bantuin tim aku," ucap Xena. Cewen itu lalu hendak berjalan pergi, tapi Summer menahannya.
"Xena, katakan ini semua cuma bohong. Kamu diancam atau dihipnotis, ya?"
"Nggak. Aku nggak diancam. Aku juga ngelakuin ini semua dengan kesadaran penuh. Aku harus bantu tim aku untuk menang. Malem ini mungkin jadi malem terakhir. Kalian gak pengen main game ini lama-lama, kan?" Xena berbalik badan dan menatap Summer dengan senyuman tipis, lalu mengatakan sesuatu yang mengerikan.
"Biar aku akhiri, dengan cara kita semua mati." Xena lalu melepaskan tangan Summer yang menahannya. Cewek itu berjalan ke kamar di mana Billy berada.
Summer berlutut lemas. Ia ingin sekali menangis. Ia meremas dadanya yang terasa sesak. Ia tidak pernah kebayang ia akan dikhianati Xena seperti itu.
"Vio, ayo bangun. Vio. Zombienya dateng. Kita bakalan mati kalo lo kayak gini."
Aaron berusaha membangunkan Summer, tapi cewek itu terhanyut dalam kesedihannya.
"Shit."
Melihat tiga zombie yang kini semakin mendekat, Aaron pergi meraih tongkat golf. Ia menyerang kepala yang menjadi titik lemah zombie. Ia terus memukul tiga zombie bergantian, tapi sialnya para zombie tidak mati-mati.
Tenaga Aaron mulai terkuras habis. Aksinya semakin lambat. Ia mulai keteteran dengan tingkah zombie yang agresif. Hingga tiba di suatu waktu, John hendak menggigit tangan Aaron.
Aaron pikir riwayatnya tamat sudah, tapi untung sekali. Summer bangkit berdiri. Ia meraih tongkat baseballnya dan dengan sekuat tenaga ia menghancurkan tempurung John.
"Lo gak takut?" tanya Aaron.
Summer menggeleng, ia membantu Aaron untuk bangkit kembali. "Ada lo di samping, ada apa yang perlu ditakutin?"
"Good. Ayo lawan mereka, dan bertahan sampai akhir.
🤡🤡🤡🤡🤡
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Game | Transmigration Become A Player (End)
Mystery / ThrillerSummer, seorang penulis novel, tidak pernah menyangka setelah mengalami kecelakaan, ia akan hidup kembali menjadi Viona Charmaine, tokoh utama dalam cerita genre romance yang pernah Summer buat. Sebenarnya tidak apa-apa jika harus menjadi Viona, gad...