[BUDAYAKAN FOLLOW AND VOTE YA BUBUB]
Ini seperti cerita yang bersambung dari tahun 1884 lalu, melanjutkan kisah kedua anak semesta yang selalu berharap bertemu kembali dengan keadaan semesta yang mendukung mereka. Semesta memberikan kehidupan yang l...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Satu kata yang dapat menggambarkan bagaimana suasana istana di malam ini–
Meriah.
Bagaimana tidak? Ayah Lucy atau biasa di kenal dengan raja Williem Barend atau singkatnya Williem B mengadakan pesta besar-besaran di istananya yang di hadiri oleh para kaum bangsawan, keluarga kerajaan di beberapa daerah serta jendral petinggi militer.
Raja Williem mengatakan bahwa acara ini tidak ada tujuan khusus, dia hanya ingin mengadakan perjamuan ini karena ingin dekat dan mendekatkan antara satu sama lain. Sebenarnya alasan itu cukup aneh untuk Lucy, repot sekali mengadakan pesta dan perjamuan seperti ini. Ini akan menyusahkannya, dia harus menjaga segala yang dia lakukan dan benar-benar harus bertingkah seperti putri raja.
Kini Lucy sedang duduk di meja rias mengenakan gaun berwarna biru dengan para pelayan yang sedang menyisir dan menata indah rambutnya. Wajah cantiknya di poles dengan riasan menambah kesan anggun yang semakin melekat pada dirinya.
"Sudah selesai tuan putri," tutur pelayan yang kini sudah melepaskan tangannya dari tubuh Lucy.
Lucy berdiri dari duduknya, tersenyum menghadap ke arah kaca. Ia memutar tubuhnya membiarkan para pelayan membubuhi parfum beraroma mawar ke tubuhnya.
Para pelayan melenggang pergi keluar dari kamar Lucy dan kini tinggal lah Lucy sendiri di kamarnya. Dengan berdiri di dekat jendela kamar Lucy dapat melihat beberapa kereta kuda yang mulai mendekat ke arah istananya.
Dengan langkah gontai Lucy berjalan keluar dari kamarnya, sungguh dia ingin melepas seluruh gaun, korset ketat, tiasa serta hiasan rambutnya ini. Semua yang ia pakai sungguh mengganggu dan membatasi ruang geraknya namun wajah masam Lucy berubah seketika saat melihat sang adik yang sedang menunggunya di depan kamar dengan mengenakan gaun berwarna merah muda kegemarannya.
Elena menekuk kedua sudut bibirnya kebawah kemudian disusul rengekan, "Lucy tolong gandeng akuuu." Tanpa pikir panjang Lucy menggandeng tangan adik kecilnya itu dan melangkahkan kaki menuju ke aula dimana pesta akan di selenggarakan.
Sesampainya mereka disana ballroom telah ramai oleh tamu undangan, keduanya berjalan menuruni tangga bersamaan dengan nama keduanya yang di serukan lantang oleh herald kerajaan yang bertugas. Nama mereka di elu-elukan oleh para tamu undangan membuat mereka merasa gugup.
Senyum mulai merekah di wajah Lucy ketika ia berhasil menetralkan rasa gugup dalam dirinya dan kini dia sudah duduk di singgasana tepat di sebelah ibunya– ratu Wilhelmina yang nampak anggun mengenakan gaun merah berpadu dengan mahkota cantik yang menghiasi kepalanya sedangkan Elena kini duduk manis bersama sang ayah.
Di sisi lain herald yang tengah berdiri di pintu masuk ruang pesta istana berteriak dengan lantang dan keras mengumumkan kedatangan tamu undangan, "GENERAAL JOSEPH VAN DER MEER."