Niall's POV
Sepertinya ide untuk tinggal di Paris lebih cepat tidak sepenuhnya buruk. Aku bisa menikmati hari-hari santai sebelum menjalani rutinitas baru di kota romantis ini. Sengaja saat hari pertama kedatanganku kemari, aku menyelesaikan semuanya agar setelah itu aku bisa sedikit memiliki waktu senggang.
Aku menyesap kopi pertamaku pagi ini. Terima kasih kepada siapapun di dunia ini yang berhasil menemukan coffee machine. Berkat alat ini aku bisa dengan mudah menikmati kopiku tanpa membuat dapur berantakan. Bagaimanapun aku masih hidup dengan satu tangan saat ini.
Udara pagi di Paris masih terasa asing, walaupun nyatanya udara di sini cukup nyaman. Saat aku mengunjungi Paris entah berapa tahun yang lalu, Paris sedang di selimuti salju membuat kota ini semakin terasa romantis.
Beruntunglah, apartementku berada tidak terlalu jauh dari keramaian kota. Eifel Tower terlihat indah dari jendela apartemen ini. Baik dari kamar maupun ruang tengah, aku bisa melihat Eifel Tower dengan jelas, jaraknya tidak terlalu jauh namun tidak terlalu dekat sehingga aku bisa melihat keseluruhan Eifel yang selalu ramai oleh turis.
Laptop di meja ruang tengah pun berbunyi, aku membawa kopiku untuk melihatnya. Skype. Aku duduk menghadap laptop yang menampilkan wajah Meralda setelah aku menerima permintaan video nya. Ahh bagaimana kabarnya..
"Meralda!" Ucapku berusaha untuk terdengar riang, "I miss you already!"
Meralda tertawa diseberang sana, "I miss you too, Horan. Coke di lemari es seperri tidak tersentuh semenjak kau pergi."
Aku senang berbicara seperti ini dengan seseorang yang mengenalku dengan dekat. Tidak ada yang menyenangkan selain mengetahui bahwa orang itu tahu semua hal kecil yang kau lakukan.
"Aku akan lebih menyukai kopi setelah mencoba alat pembuat kopi tua peninggalan Dad di apartement ini. Terima kasih telah menyediakannya."
Meralda membantuku untuk menyiapkan segala kebutuhanku di Paris. Aku terkesan ia mampu memilih apartement yang strategis untukku tanpa melihat keadaannya secara langsung.
"Baguslah, aku tidak perlu menkhawatirkan pola makanmu di sana." Ucapnya ringan membuat tawaku memenuhi ruangan ini, "Oh Niall aku semakin merindukan suara tawamu."
"Sudah cukup, jangan membuatku semakin merindukan London." Tawaku perlahan mereda. Itu benar, bagaimanapun tinggal sendiri di Paris tidak akan semenyenangkan tinggal di London. Walaupun aku akan sibuk dengan studiku disini, pulang untuk melihat apartement yang sepi bukanlah harapan siapapun.
Meralda tersenyum di seberang sana, "bagaimana Paris sejauh ini?"
"Mmm, sebenarnya aku belum keluar dari apartement ini semenjak aku sampai." Aku bisa melihat Meralda membuka mulutnya, "But, aku menyukai apartmentku. Thank you so much Meralda!" Ucapku menkerucutkan bibirku seolah aku menciumnya.
"Niall you should at least go outside!" Meralda memperlihatkan raut wajahnya yang lucu, "You are in Paris, you know that?"
"I know I know." Ucapku bersender pada kursi yang aku duduki. Meralda sepertinya tidak mendengarku sehingga ia terus mengoceh.
"Aku pernah dengar di dekat gedung apartment mu banyak sekali cafe cafe terkenal dan memiliki menu makanan yang lezat. Harus kau pastikan kau mencoba semua cafe itu selama kau di sana. Dan jika kau akan berkunjung ke tempat tempat terkenal di Paris lainnya, kau harus. Jangan sampai kau mengurung diri seperti kebiasaanmu akhir akhir ini."
Aku mengangkat alisku dan tersenyum terkesan akan paragraf yang baru ia ucapkan. Aku bisa melihat sebersit kekhawatiran di wajah Meralda.
"I will. I'm okay, Meralda. I promise you" ucapku memperlebar senyumku dan mendekatkan wajahku ke webcam agar ia bisa melihat senyum itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE [Niall Horan FanFiction]
FanfictionElle Abigail Heather, seorang gadis periang dan pemberani kini berubah menjadi dingin dan seolah tak peduli. Menjadi seseorang yang tertutup. Tak terpancarkan kebahagiaan dari matanya. Hanyalah rasa takut dan kenangan pahit yang terus menghantuinya...