Elle’s pov
Kami sampai di tempat yang dituju. Niall memberikan pelukan kepada Meralda begitu pun aku. Niall mendorong kursi rodaku melewati jalanan beraspal. Melewati gerbang dengan tulisan besar didepannya. Beberapa pohon besar menutupi bangunan bertingkat ini. Ada banyak kursi taman disekitar jalan utama. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali. Seandainya mom and dad bisa melihatku bersekolah di universitas paling terkenal di London. Aku sudah bisa membayangkan senyum hangat mereka. Aku menghela nafas dengan berat. Aku menoleh kebelakang dan menengadahkan kepalaku untuk bisa melihat Niall. Mata birunya berkilau. Senyuman terus menghiasi wajahnya.
Dia menyadari bahwa aku sedang memperhatikannya. Niall berhenti mendorong kursi rodaku. Dia beranjak ke depanku dan berlutut dihadapanku. Dia memberikan satu tangkai bunga daisy merah dan kunci yang melingkar di batangnya. “Your locker key.” ucapnya. Manik biru itu menatapku kembali. Dia mengulurkan senyum simpulnya. Aku membalas senyumannya dan kembali menariknya dengan cepat. Niall kembali kebelakangku. “Kita cari lokermu terlebih dahulu” Dia mendorong kursi roda ku memasuki lorong besar yang dipenuhi loker di setiap sudutnya.
Niall memperhatikan setiap loker yang ia lalui begitu pun aku. Mencari nomor loker ‘181’ nomor loker milikku. Aku menemukannya. “Niall...” Aku menunjukkan Niall lokerku yang berhasil aku temukan. Dia berhenti mendorong kursi rodaku. “Tunggu disini. Aku akan mencari lokerku.” Niall berjalan meninggalkanku untuk mencari lokernya.
Ternyata dia lupa satu hal tentang aku yang duduk di kursi roda dan tidak bisa membuka lokerku sendiri yang berada di tingkat paling atas dari tiga tingkat. Aku memperhatikan lokerku. Melihat namaku sudah tertera di pintu lokerku itu. Aku mengulurkan tanganku mencoba meraih pegangan loker tersebut untuk membukanya. Tidak berhasil. Loker itu terlalu tinggi.
Aku menyebarkan pandangan ke sekeliling untuk mencari Niall. Terlalu ramai di sini. Aku tidak bisa mencarinya dengan mudah. Aku melihat ada banyak orang yang berlalu lalang dan melakukan aktifitasnya dengan mudah. Dan hal itu membuatku merasa terpojok di sini. Aku tidak bisa sendirian. Aku mulai memegang roda kursiku perlahan. Kalau-kalau aku harus dengan cepat menghindar dari hal buruk.
Tiba-tiba seseorang memegang kursi rodaku dan dengan sigap aku langsung menoleh ke belakang.
Niall.
Aku menghembuskan nafas lega dan bersender menenangkan diriku sendiri. “Apa yang terjadi?” Niall berlutut di hadapanku. Memperhatikanku dengan khawatir. Aku menggeleng pelan dan menyunggingkan segaris senyum padanya. Dia kembali meraih kursi rodaku dan mulai mendorongnya.
“Ini lokermu.” Niall mengambil kunci lokerku dan menukarnya dengan yang baru. Aku melihat tulisan ‘Niall’ di loker itu. Dia menukar loker kami. “Kau akan kesulitan. Jadi kita bisa bertukar karena lokermu yang ini sangat mudah kau gunakan” Niall benar. Lokernya berada sejajar dengan tinggiku jadi aku bisa menggunakannya dengan mudah.
“Terima kasih.” gumamku. Lebih berbicara kepada diriku sendiri.
Niall mendorong kursi rodaku menuju kelas Ilmu Sosial. Aku yang memilih untuk mengabil jurusan itu. Meskipun kenyataannya aku tak pernah bersosialisasi dengan orang lain selain Niall dan Meralda. Tapi aku menyukainya. Berbeda dengan Niall. Dia memilih masuk kelas Arsitektur. Aku tak pernah berani bertanya mengapa ia memilih untuk mengambil jurusan itu. Itu semua pilihannya. Pilihan yang menurutnya jalan terbaik untuk masa depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE [Niall Horan FanFiction]
Fiksi PenggemarElle Abigail Heather, seorang gadis periang dan pemberani kini berubah menjadi dingin dan seolah tak peduli. Menjadi seseorang yang tertutup. Tak terpancarkan kebahagiaan dari matanya. Hanyalah rasa takut dan kenangan pahit yang terus menghantuinya...