Chapter 45 : Redamancy

2.1K 244 5
                                    


Elle's POV

Rasanya sulit untuk meninggalkan Niall setelah aku mengetahui hal menyedihkan tentang tangannya. Aku ingin memperpanjang waktu izinku namun ujian akhir semakin dekat sehingga aku tidak bisa mendapat hari tambahan untuk izin di sisa kelasku semester ini.

Rasa rinduku kepada Niall belum sepenuhnya terobati. Entahlah, kukira karena selama aku disini yang kudapatkan hanya kegelisahan baru. Walaupun Niall ada di sampingku.

Aku meletakkan baju terakhirku di koper walaupun aku tidak ingin pergi. Pintu kamar tiba-tiba terbuka meleburkan lamunanku. Siapa lagi jika bukan Niall. Ia meneguk minuman,entah apa, yang berada di cangkir di tangannya. Ia berhenti di sampingku yang sedang menutup koperku untuk kemudian kusimpan sebelum penerbanganku malam nanti.

Niall yang menyuruhku untuk mengemasi barang-barangku sepagi ini. Argh, mungkin ia bermaksud untuk mengusirku lebih cepat.

"Sudah selesai?" Ucap Niall santai. Niall terlihat cukup lucu karena matanya yang sembab akibat menangis tadi malam.

"Yea. Apa kau mencoba mengusirku?" Ucapku melipat kedua tangan di depan dada. Well, walaupun kutahu sepertinya Niall tidak bermaksud seperti itu.

Niall tertawa pelan dan menyodorkan cangkirnya yang kosong kehadapanku, "Apa kau benar-benar berpikiran seperti itu?"

Aku menerima cangkirnya dan Niall membungkuk untuk membawa koperku. "Kau akan membawa koperku ke mana?"

"Memasukannya ke bagasi. Kau punya waktu lima belas menit untuk bersiap siap." Ucap Niall sebelum keluar dari ruangan ini bersama koperku.

Oh boy, barang-barangku sudah berada di dalam koper itu. Tentu saja aku sudah siap sedari tadi.

Aku meraih tas kecilku dan pergi ke dapur untuk menyimpan cangkir di tanganku dan untuk menunggu Niall yang entah akan membawaku kemana. Niall bilang ia memiliki kelas hari ini. Aku harap ia tidak membawaku langsung ke airport karena jika iya, aku akan menghajarnya. Bagaimana mungkin aku harus menunggu sampai malam nanti.

Hari ini aku tidak melihat postcard tertempel di pintu atau di manapun yang berada di sekitar apartemen ini. Kuharap aku maupun Niall tidak akan menemukannya lagi.

Aku mendengar bunyi pesan masuk sehingga aku langsung merogoh tasku untuk melihat handphoneku. Sepertinya itu bukan bunyi handphoneku karena aku tidak menemukan pesan masuk. Aku melirik benda yang menyala di atas tas milik Niall. Sepertinya ada pesan masuk untuknya.

Tanpa sengaja aku melihat lock screen handphone miliknya dan aku bisa merasakan kedua pipiku memanas. Aku tidak bisa menahan senyumku saat melihat wajahku juga Niall menjadi lock screen handphonenya.

God, hal tentang Niall tidak pernah berhenti membuat pipiku merona.

Pintu apartemen terbuka, Suasana hati Niall sepertinya sangat baik pagi ini. Aku mendengarnya bergumam menyanyikan sebuah lagu saat ia berjalan ke arah dapur dan meraih tasnya. Haruskah Niall memiliki mood yang bagus saat aku akan pulang ke London? Oh Tuhan, ini sungguh menyebalkan.

"Ready?" Niall menyampirkan tas ke punggungnya

"Where are we going?" Tanyaku sebelum Niall berjalan keluar.

"Ke kampusku."

"What?"

Ke kampusnya? Untuk apa? Maksudku, Niall memiliki kelas dan pasti akan menghadari kelas itu. Sedangkan aku? Untuk apa aku di kampusnya?

SAVE [Niall Horan FanFiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang