Niall's POV
Ruangan yang remang remang diterangi cahaya lampu tidur menyambut mataku yang baru saja terbuka. Aroma obat langsung menusuk indra penciumanku.
Sudah berapa lama aku di sini? Terakhir, kuingat Elle yang menghampiriku dan yah, aku babak belur karena bajingan yang bernama Zayn itu.
Awalnya aku begitu marah karena ia dengan beraninya menggunakan Elle sebagai targetnya untuk membalas dendam atau setidaknya mengancamku. Padahal aku tak tahu apapun tentang masalah yang menyangkut dirinya. Namun akhirnya akulah yang berada di sini. Argh! Sedikit menjijikan aku terbaring disini karena lelaki sepertinya.
Benar benar menyebalkan.
Lenganku seperti tertindih sesuatu dan telapak tanganku rasanya hangat. Ada tangan yang menggenggamku. Aku juga bisa merasakan nafasnya. Nafasnya hangat di punggung tanganku, Elle tertidur pulas di sampingku. Pipinya nenempel pada tanganku, ia masih memakai baju yang sama seperti saat aku melihatnya terakhir. Artinya, aku tidak terlalu lama pingsan akibat perkelahian itu.
Rambut pirang panjangnya terurai, wajahnya menghadapku tertutup anak anak rambut yang membuatnya terlihat menggemaskan. Aku kadang tak percaya kami telah berumur 18 tahun. Aku masih mengenal Elle yang sama. Terlepas dari dirinya yang misterius tentunya. Namun, sikapnya yang dingin bahkan tak menghapus Elle yang selalu tersenyum di mataku.
Aku harus akui bahwa aku bersyukur telah mengenalnya lebih baik dari orang lain.
"Argh…" pergelangan tangan kiriku terasa linu saat aku tadinya ingin membangunkan Elle dengan mengelus rambutnya. Pergelangan tanganku dibebat perban, ada apa?
Sepertinya Elle mendengarku karena ia menggeliat dan membuka matanya perlahan. Aku perlahan menurunkan tanganku dan tersenyum padanya, "Hei.."
Elle mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian merapikan rambutnya sebentar. rambut rambutnya yang tertempel di pipinya selama ia tidur meninggalkan bekas garis yang memperlebar senyumanku, "How's your sleep?"
"Good, I think.." ucap Elle dengan suara parau khas dirinya saat baru saja bangun tidur, "sudah berapa lama kau tersadar?"
"Kurasa 10 menit yang lalu." Ucapku memberinya segaris senyum
"kau haus?" Elle mendorong kursinya mendekati meja di samping tempat tidur
"Tidak"
"Kau lapar?" Tanyanya,"aku bisa menyuruh suster mengantarkan makanan."
"Sekarang? Pukul 11 hampir tengah malam?" Yang benar saja, "Tidak"
"Ada yang sa---"
"Elle kau kenapa?" Selaku. Elle terdiam menatapku. Aku baru menyadari matanya bengkak. Dia menangis?
"Kau menangis?"
Elle terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE [Niall Horan FanFiction]
FanfictionElle Abigail Heather, seorang gadis periang dan pemberani kini berubah menjadi dingin dan seolah tak peduli. Menjadi seseorang yang tertutup. Tak terpancarkan kebahagiaan dari matanya. Hanyalah rasa takut dan kenangan pahit yang terus menghantuinya...