🌼🌼🌼
Jika dulu sewaktu masih sekolah dasar ada yang bertanya soal cita-cita, Serra dengan lantang akan berkata bahwa dirinya ingin menjadi astronot ketika dewasa. Dulu ketika sedang menemani ibu ke sebuah salon, Serra mengambil sebuah majalah perempuan yang ada di atas meja ruang tunggu. Dirinya baru bisa membaca saat itu jadi semua tulisan-tulisan terlihat menarik untuk coba ia baca. Di lembar pertama majalah tersebut, muncul sebuah foto perempuan berambut pendek dengan senyum secerah matahari. Di tangannya memeluk sebuah helm putih yang sangat cocok dengan pakaian yang digunakan perempuan itu.
Namanya Pratiwi Sudarmono. Dengan kalimat yang sangat keren dibaca terbata oleh Serra kecil yang berbunyi 'astronot perempuan pertama di Indonesia'.
Dari situlah ia mulai menggaungkan cita-cita menjadi seorang astronot. Ia jadi suka mempelajari benda-benda langit. Serra suka dengan keberadaan matahari yang menjadi poros perputara bumi-bumi. Serra suka mempelajari rasi-rasi bintang yang membentuk banyak sekali bentuk-bentuk lucu namun punya nama yang juga Serra suka.
Cita-cita itu luruh ketika ia mulai remaja. Serra mulai melihat segala sesuatu secara berbeda. Walaupun masih suka menatap benda-benda langit yang acap muncul di malam hari, ia tidak lagi melihat hal itu sebagai sesuatu yang ingin ia gapai. Semua yang berkelip cantik itu terlalu jauh untuk ia gapai.
Semua hal yang dilakukannya mulai terpeta ketika ia masuk sekolah menengah atas. Ia hanya melalui jalan yang sudah terbuka di depan mata. Ayah dan Ibunya adalah seorang dokter. Ayahnya Dokter spesialis penyakit dalam di sebuah rumah sakit swasta di Semarang. Ibunya Dokter Gigi yang memiliki klinik sendiri. Jalan itu yang akhirnya membuat Serra ikut mengikuti langkah kedua orang tuanya.
Pun hingga kini ia telah menyelesaikan pendidikan sarjana kedokteran dan selesai menjalani masa magang sebagai coass, ia masih suka mempertanyakan apakah memang benar ini jalan yang ia inginkan untuk dilewati. Serra tidak memiliki tujuan yang berarti. Jika teman-teman sejawatnya yang sudah tahu ingin melakukan apa, mengambil spesialis apa, Serra masih kebingungan di jalan yang terang itu. Terlalu banyak cahaya hingga ia tidak tahu mana yang benar-benar mengantarnya ke tujuan.
Hal itu disadari oleh Fahri, ketika dokter spesialis bedah umum itu mengenalnya dua tahun lalu ketika menjadi mentornya saat Serra menjalani masa coass. Setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh orang akan dijawab Serra dengan baik. Entah untuk penyakit apa saja, jika untuk urusan teori Serra bisa menandaskan jawaban sempurna. Mulut gadis itu seperti robot yang mengeluarkan isi kepalanya tanpa jeda. Seolah benar-benar memindahkan semua isi buku yang dibaca dalam kepalanya.
Hanya saja, Serra kebingungan jika sudah melakukan praktek. Memang tidak banyak kesalahan yang dilakukannya, tapi Serra selalu tidak percaya diri. Tidak merasa harus mampu melakukan sesuatu seolah-olah ia memegang prinsip jika bisa orang lain, kenapa harus dirinya yang melakukan hal tersebut.
Dan hal itu dilihat Fahri berbeda hari ini. Serra tampak sangat fokus mempelajari berbagai macam buku yang terbuka di hadapannya. Di tangan kanan gadis itu tergenggam sebuah pensil yang beberapa kali mencoretkan kalimat atau gambar di buku kerja gadis itu. Hal yang menarik bagi Fahri karena ini kali pertama ia melihat sisi Serra yang seperti ini.
"Gak pulang, Serra?"
Serra mendongak. Ia menggeleng kecil. "Sebentar lagi, Dok."
IGD sudah tidak lagi ramai. Jam dinding juga sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Para perawat yang berjaga sudah ganti shift sejak pukul tujuh tadi. Dokter jaga juga sudah berganti. Hanya Fahri yang masih mondar-mandir karena memang jika tidak ada jadwal operasi, Fahri lebih suka menghabiskan waktu di IGD. Belum pernah ada yang mendapatkan jawaban jika memberanikan diri bertanya pada sang dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Night Before
Literatura Kobieca"Udah?" Ia mengangguk pelan. Membiarkan dirinya menangisi segala hal yang sudah dilakukannya bertahun-tahun ini. "Mau peluk?" Ia merangkak mendekat. Membiarkan tubuhnya dibawa dalam pelukan. Wangi musky yang menguar dari tubuh laki-laki itu membuatn...