Gibran berhenti, saat Kaizy berhenti didepan kelas. Gadis itu melirik kearah lelaki yang berada dibelakangnya kemudian menghela pelan. Lalu, ia menggeser pintu kelas, namun saat akan masuk Gibran malah menariknya hingga ia tak jadi masuk. Gibran menarik Kaizy pergi meninggalkan pintu kelas terbuka begitu saja.
Kaizy berusaha memberontak, namun kekuatan Gibran lebih kuat darinya. Percuma juga memberontak, buang-buang tenaga!
Gibran menggeser pintu UKS dan masuk masih dengan menarik tangan Kaizy. Ia kemudian menyuruh gadis itu duduk di brankar.
Gadis itu masih diam menatap Gibran yang tengah mengambil kotak P3K dirak yang berada dekat meja penjaga. Sepertinya penjaga UKS tengah keluar, karena keadaan UKS saat ini sepi.
Lalu, lelaki itu kembali dan menatap Kaizy sejenak. Ia membuka kotak tersebut dan mengambil kasa, kapas, alcohol, plester, dan obat merah. Kemudian menuangkan alcohol diatas kapas, ia usapkan kapas tersebut pada luka yang ada disudut bibir Kaizy. Setelah itu ia memberikan sedikit obat merah, membuat Kaizy meringis pelan.
"Kalo lo masuk kelas dengan keadaan kayak gini, lo bisa digibahin sama anak kelas," celetuk Gibran seraya membuka plester dan menuangkan sedikit obat merah.
Kemudian, ia menempelkannya pada pelipis Kaizy. Kemudian ia tersenyum puas melihat keadaan Kaizy yang sudah lumayan membaik, "udah lo bisa masuk kelas,"
Kaizy mengalihkan pandangannya dan turun dari brankar, sementara Gibran membereskan kotak P3K nya dan meletakkan kembali ke tempatnya semula.
Gibran mengernyit melihat Kaizy yang malah diam didepan pintu, "gak mau ke kelas?"
Kaizy beralih menatap Gibran kemudian menghela pelan, "makasih" lalu ia segera keluar dari UKS dengan langkah cepat.
Gibran tersenyum kecil, "sama-sama Kai" gumamnya kecil, lalu ikut keluar dari UKS tak lupa menutup kembali pintu tersebut.
—————
"Bundaa, nanti Sera mau pergi sama kak Kai ya?" Gadis kecil dengan rambut dikuncir kuda itu menggenggam tangan ibunya sembari tersenyum manis.
Dinda tersenyum kecil, "gak mau sama bunda aja?"
Sera menggeleng, kemudian mengerucutkan bibirnya, "maunya sama kak Kai, ndaaa"
Dinda terkekeh kecil kemudian mengusap kepala putri kecilnya, "yaudah tunggu kak Kai pulang ya? Tapi Sera mandi dulu oke? Yok bunda mandiin,"
Sera menggeleng lucu, "Sera mau mandi sama kak Kai, sekarang Sera mau minum susu dulu bunn,"
Wanita paruh baya itu mengernyit, "Sera gak sayang bunda lagi?" Ujarnya dengan nada sedih, tak lupa raut wajahnya yang dibuat seolah-olah ia akan menangis.
Sera panik, tentu saja. Gadis kecil itu langsung memeluk ibunya, "nggak ndaa, Sera sayang sama bundaa,"
"Anak bunda boong hm? Kalo sayang harusnya mau sama bunda dong? Kenapa Sera maunya sama kak Kai terus?"
Sera melepaskan pelukannya dan memiringkan kepalanya, "karena kak Kai yang udah ngurusin Sera bun? Kak Kai baik banget sama Sera, gak pernah marah sama sekali, beda kalo sama bunda dan kak Lizi apalagi ayah" ucapnya dengan polos membuat Dinda tertohok.
"Bunda pernah marah sama Sera?" Beo Dinda dengan nada dibuat terkejut.
Sera mengangguk polos, "pernah setiap Sera buat salah,"
Dinda tersenyum kemudian mengusap kepala bungsunya, "itu karena bunda sayang sama kamu, bunda perhatian sama kamu. Bunda mau kamu yang terbaik sayang,"
Gadis kecil itu menunjukkan raut bingungnya, "tapi kak Kai gapernh buat salah, kenapa bunda selalu marahin kak Kai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HARSA
Random"sejahat itu gue sampe harus ngerasain ini semua?" ucapnya sembari menatap pantulan dirinya didepan cermin. mata sembab, rambut acak-acakan, persis seperti salah satu pasien RSJ. ----- "gue gapapa, luka kecil doang gabakal bikin gue mati" jawabnya...