"Kai, lo beneran gapapa?"
Kaizy menghela pelan dan menatap Gibran yang terus saja menanyai hal yang sama membuat dirinya muak, "iya Gibran, gue gapapa. Stop nanyain itu lagi,"
Gibran mengulum bibirnya, "tapi bibir sama muka lo pucet," gumam Gibran setelah kembali menatap kearah guru yang tengah mengajar didepan.
Teng!
Teng!
Teng!
Teng!"YEESSS!!"
"PULANG! PULANG BUKK!"
Kaizy menutup telinganya mendengar teriakan teman-teman sekelasnya. Jujur saja, kepalanya sedikit pusing karena dijemur disiang bolong tadi. Dan sekarang, ia dihadapi oleh teman-temannya yang berteriak karena jam pulang. Bertambah nyeri kepalanya sekarang.
BRAK!
Kaizy terkejut dan menoleh kesamping. Sorot mata Gibran menajam kearah tiap sudut kelas, "teriak lagi gue robek mulut kalian satu-satu!"
Gibran menatap kearah guru yang menegurnya karena ia menggebrak meja dengan kuat, "ibuk biarin mereka teriak dikelas? Apa ibuk ga sadar tingkah mereka bikin yang lain ga nyaman? Gimana kalo kelas-kelas sebelah lagi belajar dan terganggu karena teriakan mereka?"
Guru didepan terdiam. Kemudian menghela pelan seraya memejamkan matanya sejenak, "baik, sampai sini pelajaran kita. Kerjakan tugas yang belum siap, sampai juga dilain waktu"
Kemudian guru tersebut pergi dari kelas dengan tergesa tanpa menatap kearah Gibran. Entahlah, ia merasa tak nyaman karena tatapan dingin yang dilempar oleh Gibran. Kaizy menepuk bahu Gibran dengan kuat.
"Kok lo marahin buk Siti sih? Gila lo,"
Gibran meringis dan terkekeh, "bodoamat siapa suruh biarin yang lain buat Kaizy gue nggak nyaman,"
Kaizy terdiam dan mengalihkan pandangannya seraya membereskan buku-bukunya. Remaja disebelahnya itu gila, sangat gila. Begitu terang-terangan menegur yang lain, bahkan orang yang lebih tua darinya. Kaizy sangat bingung kenapa ia mau berteman dengan remaja sepantarannya itu.
—————
"Saga! Saga tunggu! Sagara!"
"Saga tungguin gue! Sagara Kaivan Ravindra!"
Lelaki yang berjalan cepat tadi sontak berhenti dan menghela pelan. Ia memejamkan matanya sejenak sebelum berbalik menatap gadis yang terus mengejarnya dari koridor sampai sekarang diparkiran.
"Apa?"
Gadis dengan wajah imut itu mengatur napasnya yang tersengal, "cepet banget lo jalan, capek gue"
"Jangan buang waktu, kenapa?"
Gadis itu menunjukkan deretan giginya, "anterin gue ya? Ke cafe Zaza, gue nggak ada uang buat naik ojek"
Sagara menatap datar gadis didepannya, "gue sibuk"
Gadis itu meraih tangan Sagara, "pliss sekali aja, ya ya ya?"
Sagara menepis kasar tangan gadis itu, "gue sibuk! Lo ngerti bahasa manusia gak sih?!"
Gadis itu terperanjat dan menunduk takut, "i-iya maaf" lirihnya kemudian berbalik dan pergi meninggalkan Sagara yang terdiam.
Sagara mengacak rambutnya kasar dan segera mengeluarkan motornya. Ia berjalan kearah gadis tadi yang sudah ada didepan gerbang, kemudian ia membuka kaca helmnya.
"Naik,"
Gadis tadi menoleh dan tersenyum sumringah, namun kemudian hilang dan mengalihkan pandangannya, "nggak, kan lo sibuk"
KAMU SEDANG MEMBACA
HARSA
Random"sejahat itu gue sampe harus ngerasain ini semua?" ucapnya sembari menatap pantulan dirinya didepan cermin. mata sembab, rambut acak-acakan, persis seperti salah satu pasien RSJ. ----- "gue gapapa, luka kecil doang gabakal bikin gue mati" jawabnya...