Kaizy menatap nanar kearah Gibran yang terbaring lemah diatas brankar. Airmatanya terus mengalir melihat wajah pucat lelaki itu. Zaza yang melihat Kaizy langsung mendekat dan mengusap bahu gadis itu.
"Gue tau Gibran kuat Kai, lo gak perlu khawatir oke?" Ucapnya dengan senyum simpul berusaha membuat Kaizy untuk tenang.
Kaizy masih diam menatap lelaki yang masih setia memejamkan matanya. Narendra menghampiri kedua gadis itu untuk memberitahu bahwa Gibran akan dibawa pulang karena telah mendapat izin dari wali kelas mereka. Sementara Ana menelusuri UKS, karena sejujurnya selama hampir 3 tahun ia tak pernah menginjak kaki kedalam UKS.
Ia takut akan suasana UKS. Karena suasana UKS sama seperti suasana rumah sakit, ia benci sama suasana rumah sakit. Karena ia kehilangan ibunya dirumah sakit.
Kaizy beralih menatap kearah Narendra, "gue nitip Gibran ya? Gue gak bisa ninggalin pelajaran,"
Narendra mengernyit, "kenapa? Pelajaran lebih penting daripada temen lo?"
Kaizy terdiam ia menatap kearah lain, "gue gak bisa Na,"
Narendra menghela kemudian mengangguk, "gue aja yang nganter, lo bertiga balik aja ke kelas,"
Kaizy mengangguk singkat kemudian berjalan keluar dari UKS setelah menatap kearah Gibran sekali lagi. Ia mengusap pipinya yang basah lalu keluar dari UKS, diikutin Zaza dan Ana dibelakangnya.
—————
Kaizy menatap kearah dinding pembatas rumah Gibran dan rumahnya. Lelaki itu tak ada disana, apa ia belum sembuh? Sakit apa Gibran sebenernya?
Ia menatap kosong kearah dinding pembatas itu kemudian menghela pelan. "Tiba-tiba gue kangen lo Gib,"
Tak lama denting dari handphonenya membuat ia meraih benda pipih tersebut. Keningnya mengernyit, nomer siapa?
0812xxxx
|P
|Kai bukn?Anda
Iy, ini siapa?|0812xxxx
|Gue Zaza
|Sv ya, susah gue nyari nomer loIa terdiam sejenak. Darimana gadis itu mendapatkan nomernya? Perasaan ia tak pernah memberikan kepada siapapun nomer teleponnya.
Anda
Ok|Zaza
|👍Kaizy meletakkan handphonenya dan kembali menatap kosong kedepan. Tak disangka, sosok yang baru saja ia pikirkan ada diatas dinding pembatas rumahnya dan rumah sosok tersebut sembari tersenyum melambai kearahnya, "Gibran?"
Sontak ia berdiri dan menghampirinya. Namun saat tepat didepan dinding, sosok tersebut hilang. Sesaat ia terdiam dan tak disangka airmatanya mengalir mulus dari kelopak matanya. Sialan ia halusinasi.
"Woi! Ngapain lo disitu kak?!"
Kaizy tersadar dan mengusap pipinya yang basah. Kemudian ia menoleh dan menggeleng, "gak ada, kenapa?"
Lizi mengarahkan dagunya kedalam rumah, "disuruh bersihin rumah sama bunda!"
Kaizy menghela samar kemudian mengangguk, "iya bentar lagi gue masuk,"
Lizi mengangkat kedua bahunya, "cepet atau lo bakal diusir sama bunda!"
Gadis dengan wajah cantik itu mengangguk, "iyaa"
KAMU SEDANG MEMBACA
HARSA
Random"sejahat itu gue sampe harus ngerasain ini semua?" ucapnya sembari menatap pantulan dirinya didepan cermin. mata sembab, rambut acak-acakan, persis seperti salah satu pasien RSJ. ----- "gue gapapa, luka kecil doang gabakal bikin gue mati" jawabnya...