Kaizy menatap kosong kearah jendela kamarnya. Ia melihat Gibran tengah duduk di dinding pembatas rumah mereka. Matanya buram akibat air bening yang siap menetes. Saat melihat Gibran menatap kearahnya tanpa sadar yang ia tahan tadi mengalir begitu saja. Lihat senyum itu, sangat teduh dan manis. Kaizy suka melihat senyum itu.
Gibran melambaikan tangannya seolah mengatakan, sini Kai.
Tapi ia kembali teringat dengan ucapan bunda nya tadi. Hatinya sakit, sungguh.
"Siapa dia Kai? Pacar kamu? Bukannya bunda sudah bilang jangan pacaran?! Kamu bantah bunda?"
Kaizy terdiam dihadapan bundanya, seharusnya Gibran menurutinya untuk mengantarkan dirinya sampai halte. Sekarang ia terkena masalah karena lelaki tersebut. Ia menghela pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari lantai.
"Bunda mau kamu jauhin dia! Bunda gak mau nilai kamu turun, mengerti Kai?!"
Kaizy mengangguk kecil, "iya bun,"
Dinda tersenyum penuh kemenangan, "bagus, sekarang kamu sapu rumah dan cuci piring! Setelah itu cuci baju,"
Kemudian Dinda bangkit dari sofa dan pergi meninggalkan Kaizy menuju kamarnya sendiri. Kaizy meneteskan airmatanya, namun ia langsung mengusapnya dan beranjak menuju kamar.
Gadis itu memejamkan matanya sejenak dan menutup gorden jendela kamarnya. Kemudian ia beralih merebahkan tubuhnya diatas kasur. Sementara Gibran melunturkan senyumnya saat Kaizy menutup gorden kamarnya.
Gibran merasa aneh, ada apa dengan gadis itu? Apa gadis itu tersinggung? Atau risih karena ia memaksanya untuk bercerita?
—————
Kaizy berjalan kearah Ana dan Zaza yang berada dikantin. Kemudian, ia duduk dihadapan mereka berdua.
Ana dan Zaza saling pandang sebelum akhirnya tersenyum kearah Kaizy, "tumben, Kai?"
Kaizy tak memperdulikan keduanya dan segera menyantap bekal yang ia bawa dari rumah. Ana menggaruk tengkuknya dan kembali memakan baksonya.
"Oiya Za, cafe lo gimana?"
Zaza menelan nasi gorengnya, "aman, tapi kurang anggota buat shift siang"
Ana mengangguk paham, "emang mbak Nia kemana?"
"Katanya si berhenti karena mau nikah" jawabnya sembari menyeruput jus mangga nya.
Kaizy terdiam sejenak kemudian menatap kearah Zaza, "gue boleh kerja di cafe lo?"
—————
Zaza keluar dari mobilnya dan berjalan masuk kedalam cafe dengan seorang gadis dibelakangnya. Kemudian mereka berjalan kearah kasir dan mendapati seorang gadis dengan masker hitam dan juga topi pekerja cafe yang menutup kepala.
"Selamat sore, mau pesan apa?" Tanya gadis itu sembari fokus menulis pada memo yang digunakan untuk mencatat pesanan pengunjung.
"Cha, gue bawa anggota baru," gadis itu beralih menatap kedepan.
Gadis itu beralih menatap gadis berseragam SMA yang dibaluti jaket denim, "Za, siapa?" Matanya menangkap sosok dibelakang Zaza.
"K-kaizy?"
"Gue gak nyangka bisa ketemu lagi sama lo, Kai"
Kaizy tersenyum tipis, sangat tipis sampai hanya ia dan tuhan yang mengetahuinya, "gue juga"
Zaza menyimak keduanya sembari memeriksa keuntungan/kerugian bulan ini dibuku yang tadi diberikan oleh Vincha. Iya, Vincha. Gadis yang berteman dengan Kaizy sehari sebelum gadis itu pindah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARSA
Random"sejahat itu gue sampe harus ngerasain ini semua?" ucapnya sembari menatap pantulan dirinya didepan cermin. mata sembab, rambut acak-acakan, persis seperti salah satu pasien RSJ. ----- "gue gapapa, luka kecil doang gabakal bikin gue mati" jawabnya...