Kaizy meregangkan tubuhnya, ia menguap setelah menutup bukunya. Selesai sudah belajarnya hari ini, ia berdiri dan merebahkan tubuhnya dikasur. Matanya terpejam, hendak masuk mimpi namun gagal karena denting dari ponselnya.
Tangannya meraba ke meja nakas, kemudian membuka notice yang masuk.
Gibran tetangga
|Kai, bsok bareng gue ya? Mau kn?Tangannya bergerak untuk menjawab chat dari lelaki yang kini menjabat sebagai temannya itu. Namun baru akan mengirim, lawan chatnya itu telah mengirim chat lagi membuat ia urung mengirimkan balasan.
Gibran tetangga
|Harus mau si, gue ga nerima penolakan!Ia menghela pelan kemudian mematikan ponselnya. Semoga saja besok tidak akan terjadi keributan, "maafin Kai ya yah bun," lirihnya sebelum masuk kedalam mimpi.
—————
Gibran tidak main-main dengan ucapannya didalam chat. Mereka benar-benar berangkat bareng pagi ini, kini Kaizy melepaskan helmnya lalu memberikannya kepada Gibran. Setelah itu ia merapikan roknya yang sedikit kusut, kegiatannya berhenti saat ada seseorang yang menyentuh kepalanya. Seperti mengusap dan merapikan helaian rambutnya.
Gadis itu mendongak, ternyata Gibran tengah merapikan rambutnya yang sedikit berantakan. Lelaki itu mengulas senyum manis membuat Kaizy mengangkat sedikit senyumnya, "dimana-mana cewek abis naik motor tu rapihin rambut, kenapa lo malah rapihin rok?" Tanyanya membuat Kaizy tersadar.
Ia melepas tangan Gibran dari kepalanya, kemudian merapikan sisa-sisa rambut yang sedikit berantakan, "suka-suka gue lah,"
Gibran terkekeh kecil kemudian turun dari motornya. Lalu tangannya meraih tas Kaizy dan menariknya. Kaizy yang belum siap pun tertarik mengikuti Gibran dengan berjalan mundur, "lo ngapain sih? Lepas!"
"Udah diem aja," Gibran masih menarik Kaizy disepanjang koridor tanpa mau mendengar celoteh gadis itu. Atensi para murid yang ada dikoridor tertuju pada mereka berdua. Kaizy malu, sungguh. Ia menunduk dan pasrah, lelah jika harus memberontak.
Gibran membuka pintu kelas dan menarik Kaizy kedalam, tak lupa ia menutup kembali pintu coklat yang digeser itu. Kaizy menatap kesal Gibran setelah lelaki itu melepaskan tasnya, "cowok aneh," desisnya kemudian berjalan menuju bangkunya.
Lelaki dengan wajah manis itu mengangkat sebelah bahunya dan menyusul gadis yang memakai jepit rambut itu, "jangan marah, tambah jelek lo kalo marah"
Kaizy hanya diam melirik tajam lelaki yang kini duduk disebelahnya. Ia mengeluarkan buku matematika dan mulai mempelajarinya, masih ada waktu sebelum ulangan dimulai. Kaizy harus mendapat nilai sempurna jika ingin makan dirumah nanti. Jika tidak, maka ia akan mendapatkan ganjarannya.
—————
Ulangan matematika berlangsung dikelas Kaizy. Semua terlihat serius mengerjakannya, entah benar mengerjakan atau tidak, tapi yang pasti Kaizy benar-benar serius dalam menghitung dan menuliskan rumus-rumus yang ia pelajari tadi malam.
Sementara Gibran menaruh kepalanya diatas lipatan tangan, menghadap Kaizy yang masih serius. Tatapannya teduh menatap gadis itu, cantik. Begitulah kata yang tergambar diotaknya saat menatap Kaizy. Sadar karena dilihat, Kaizy melirik sejenak kemudian meletakkan penanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARSA
Random"sejahat itu gue sampe harus ngerasain ini semua?" ucapnya sembari menatap pantulan dirinya didepan cermin. mata sembab, rambut acak-acakan, persis seperti salah satu pasien RSJ. ----- "gue gapapa, luka kecil doang gabakal bikin gue mati" jawabnya...