Gibran kembali dengan Sera yang berada digendongannya. Gadis kecil itu terlihat memakan es krimnya dengan lahap. Kaizy yang melihat itu, sontak menghampiri keduanya.
"Yaallah dekk, kakak nungguin kamu kenapa lama banget?"
Gibran menatap sorot mata Kaizy khawatir, "tadi dia bingung milihnya, Kai. Jangan dimarahin"
Kaizy melirik Gibran sejenak kemudian mengambil alih tubuh adiknya, "gue kakaknya, lo bawa adek gue tanpa seizin gue. Berhak apa lo?"
Gibran sedikit terkejut kemudian menghela pelan, "iya gue salah, sorry"
Kaizy tidak menanggapinya lagi dan membawa gadis kecil itu kearah teman-temannya. Ia menyerahkan adiknya pada Ana.
"Jagain, jangan sampe dia dibawa orang lagi," ucapnya penuh tekanan kemudian berlalu menuju belakang kasir.
Gibran mendekati teman-temannya dan duduk disamping Sagara, "kenapa dia marah-marah?"
Sagara menghentikan kegiatannya yang tadi memainkan handphonenya. Kemudian ia menatap sepenuhnya kearah Gibran, "dia bilang lo bukan pacarnya, tapi orang ni bersikukuh kalo kalian pacaran,"
"Udah gue bilang kan? Kaizy itu susah, mending lo mundur" ucap Sagara lagi sembari menyandarkan tubuhnya kembali dan memejamkan matanya.
Gibran berdecih, "itu karna lo suka sama dia kan?"
"Bukan gue, tapi dia sendiri" balas Sagara santai dengan senyum miring dibibirnya.
Gibran menatap lurus kearah Kaizy yang tengah melayani pelanggan dikasir. Wajah itu membuatnya nyaman untuk menatap lebih lama, mata kucingnya, hidung mungilnya, bibir merah muda alaminya, jangan lupakan pipinya yang agak gembul, sangat lucu.
Gibran menarik sudut bibirnya sedikit, ia tidak akan melepaskan gadis itu. Sampai kapanpun, Kaizy hanya akan menjadi miliknya. Tidak boleh ada yang memiliki gadis itu selain dirinya.
Kaizy mengedarkan pandangannya sejenak saat merasa ada yang memperhatikannya. Hingga ia tak sengaja menangkap netra Gibran yang menatapnya secara terang-terangan. Namun lelaki itu lebih dulu memutuskannya dengan cara beralih menatap ponselnya.
Gadis itu bingung sejenak sebelum mengambil handphonenya yang berdenting karena sebuah notifikasi dari saku celananya. Ia membuka notif yang masuk dan membacanya, alisnya mengerut sebelum kembali menatap kearah Gibran yang berdiri dan berjalan keluar dari cafe.
Gibran tetangga
|Gue dluan, nanti lo pulng sndiri ajaIa segera menyusul keluar dan mengejar Gibran, "Gib!"
Lelaki yang hendak memasang helm itu menoleh, "kenapa?"
Kaizy menghela pelan dan memberanikan diri untuk lebih mendekati lelaki tersebut, "lo yang kenapa?"
Gibran menunjuk dirinya sendiri, "Gue? Gue gapapa, gue mau pulang"
"Tapi——"
"Kak Ara pulang hari ini, gue harus dirumah sebelum dia" sela lelaki itu cepat dan langsung memasang helm full face-nya.
Gibran menghidupkan motornya dan menjalankannya tanpa mengatakan apapun lagi. Kaizy semakin bingung dengan sikap lelaki itu, seperti ada sesuatu yang disembunyikan?
Setelah motor Gibran tidak terlihat lagi, Kaizy masih belum beranjak dari tempat ia berdiri. Ada apa dengan dunia padanya akhir-akhir ini? Tidak kah dunia tau bahwa dirinya bingung dan lelah?
"Kai"
Gadis itu menoleh dan menatap Naren dengan tatapan bertanya. Lelaki itu melipat kedua tangannya didepan dada, "gue anter lo pulang nanti, sekalian ada yang mau gue omongin"
KAMU SEDANG MEMBACA
HARSA
Random"sejahat itu gue sampe harus ngerasain ini semua?" ucapnya sembari menatap pantulan dirinya didepan cermin. mata sembab, rambut acak-acakan, persis seperti salah satu pasien RSJ. ----- "gue gapapa, luka kecil doang gabakal bikin gue mati" jawabnya...