6. First Meet

33 6 1
                                    

"Are you oke?" memastikan ku apakah baik-baik saja.

"No."

"Luna, gapapa itu cuma mimpi." ujarnya.

"CK, gapapa katamu?"

"I-iya gakpapa."

Aku bercedih mendengarnya, respon dia terhadap cerita ku benar-benar membuatku sakit hati.

"Iya, itu emang cuman mimpi. Lucid dream, apa terdengar sepele di telinga mu? Asal kamu tau. Dalam mimpi itu aku sadar, aku juga tau kalau aku sedang 'bermimpi'. Bahkan, aku juga tau apa yang harus aku lakukan saat keadaan sulit di 'mimpi' itu. Bukan hanya itu, aku juga tau bagaimana cara keluar dan bangun secara sadar dari 'mimpi' yang seperti kamu bilang itu.-

Kamu harusnya ingat ini, saat aku berada di hutan belantara bersama dengan binatang buas dan mahkluk itu, aku sangat merasakan kalo aku benar-benar berada di alam mereka. Karena itu, saat aku bertemu penduduk di sana, mereka memperhatikan ku seolah aku ini mahkluk aneh, karena aku bukan mereka, dan aku bukan berasal dari alamnya!"

Nayra terdiam dengan wajah yang terlihat merasa bersalah.

"Luna ma..."

Nayra hendak mengucapkan kata maaf di sela-sela ucapanku. Namun, aku kembali melanjutkan kalimat ku tanpa memedulikannya.

"Dan juga, apa kamu bisa jelasin, kenapa ketika aku bangun dari mimpi itu aku merasa sangat lemas. Rasanya seperti energi dan tenagaku terkuras habis begitu saja, badanku juga terasa lengket karena keringat yang terus bercucuran, bahkan seluruh tubuhku terasa sakit seolah-olah aku benar-benar sudah bertarung. Nay, kamu bisa saja menyepelekan hal ini karena kamu bahkan tidak merasakan apa yang aku alami. Dan juga, kamu hanya mengetahui satu dari banyak hal yang telah terjadi." Setelah menyelesaikan kalimatku, aku beranjak bangun dari duduk ku.

"Ini alasanku kenapa aku lebih memilih untuk membicarakannya dengan diri sendiri daripada dengan orang lain!" Satu kalimat terakhir keluar dari mulutku, setelah itu aku langsung pergi ke kelas dan meninggalkan Nayra sendirian.

Aku harap ada seseorang yang dapat memahami dan tidak menyepelekan ini.

Sesampainya dikelas aku duduk di bangku paling belakang, berharap mendapatkan ketenangan. Tapi, tak lama kemudian Nayra datang menghampiriku.

"Aku minta maaf ya, kamu jangan sakit hati." ujarnya.

"Bukankah seharusnya 'aku minta maaf ya KALAU kamu sakit hati'. Udahlah, aku cuma mau ngingetin jangan memaksa orang lain untuk bercerita kalau gabisa jadi pendengar yang baik!"

Tidak lama dari itu bel berbunyi, pertanda jam pelajaran terakhir akan segera dimulai. Aku rasa, aku ingin menenangkan diri, dan akhirnya aku memilih untuk bolos, aku pergi ke salah satu ruangan ekstrakurikuler yang aku ikuti berharap bisa menenangkan diri.

Aku menghabiskan jam pelajaran terakhir dengan tidur di ruangan ekskul ku. Saat bel pertanda waktunya pulang berbunyi membuatku terbangun dari tidur. Aku pun berniat beranjak meninggalkan ruangan ekskul dan pergi ke ruang kelasku untuk mengambil tas yang tak sengaja ku tinggalkan.

Saat hendak keluar dari ruangan ekstrakurikuler, dan mengunci ruangan tersebut, aku mendapati seseorang yang duduk sendirian tepat di tangga depan ruangan yang tadi aku kunci. Dia terlihat sedang fokus membaca sebuah novel.

Aku rasa kehadiranku membuatnya merasa terganggu atau mungkin karena suara gebrakan pintu yang aku perbuat. Dia melihat ke arahku dan kedua mata kita bertemu, walaupun hanya dalam waktu 5 detik. Aku memutuskan kontak mata itu dan langsung membuang muka seolah tidak mempedulikannya. Tapi hatiku berkata lain, dia membuatku merasakan hal yang cukup dibilang kompleks, walaupun dalam waktu yang terbilang sesingkat itu. Aku merasa dia membuat hatiku berdegup, oleh-

 Aku merasa dia membuat hatiku berdegup, oleh-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tatapan matanya." batinku.

Aku merasa sudah dibuat penasaran olehnya, tepatnya oleh buku yang dia baca.

"Kalo dilihat dari sampulnya, apa mungkin itu buku berisikan mahkluk Yang  Tak Berwujud? Kalau itu benar artinya dia mempercayai hal seperti itu, kan?" Aku bergumam di sepanjang jalan menuju ruang kelasku.

Sesampainya di ruang kelas, aku segera mengambil tas dan pergi meninggalkan ruangan itu.
Rasa penasaran itu terus menyelimuti di sepanjang perjalanan menuju tempat ternyaman ku, yaitu rumah. Perihal tentang dia Aku ingin mengetahui namanya, aku ingin mengetahui dimana kelasnya, aku ingin mengetahui banyak hal tentang nya, terutama dengan buku yang dia baca.

Dari Aku 'Yang Tak Berjudul'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang