13. Kemah Tahun Pertama

27 4 0
                                    

"Mmm... Biar kamu faham, aku ceritain lebih rinci lagi tentang keluarga aku." Aku menarik nafas dalam-dalam dan mulai menjelaskan dengan lebih rinci.

"Jadi gini, ayah aku itu anak ke-4 dari 6 bersaudara. Semua saudaranya itu laki-laki kecuali yang terakhir, perempuan. Aku biasa memanggilnya bibi. Awalnya bibi punya 2 anak, dua-duanya laki-laki. Di tiga bulan sebelum kita berkemah di tahun pertama, bibi melahirkan bayi perempuan. Bayi itu diberi nama Shaqila." jelasku.

"Keknya aku udah mulai faham." duga Karin

-Flashback On

Ini terjadi di tahun pertama saat perkemahan sekolah ku di SMP.

Malam ini, malam pertama kegiatan perkemahan dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini, malam pertama kegiatan perkemahan dimulai. Semua kegiatan pada hari ini sudah selesai, sudah saatnya bagi semua anggota untuk tidur di tenda nya masing-masing. Kita semua pun tidur sesuai arahan panitia, tak ada pencahayaan di dalam tenda, hanya ada sedikit cahaya dari lampu-lampu yang panitia pasang di atas pohon dan itu tentunya diluar tenda. Pada saat itu, aku tidur dekat Karin, dengan posisi dipojok depan, disamping pintu masuk tenda. Awalnya, aku merasa akan mudah untuk tidur karena memang sangat lelah. Namun ditengah malam, aku terbangun dan melihat anggota lain sedang tertidur pulas. Saat akan kembali tidur, tiba-tiba aku mendengar suara anak kecil sedang menangis. Aku terkejut, aku langsung bangun dan memeriksa sekelilingku. Aku memutar badanku untuk memeriksa apakah suara itu datang dari sana. Lalu betapa terkejutnya aku saat melihat ada bayangan sesosok anak kecil tepat di hadapanku. Sosok itu terlihat sedang duduk menyamping, aku berteriak kencang saat itu juga dan membuat yang lain terbangun. Teriakanku juga mengundang seorang guru yang sedang berjaga di area tenda perempuan. Semua orang terlihat panik dan bertanya kepadaku,

"Luna kamu kenapa?"

"A-ada anak kecil di sana." jawabku sambil terisak ketakutan.

"Luna tenang yah, sebentar ibu mau periksa dulu." Jawab salah satu guru menenangkanku dan sesuai dengan perkataan nya, beliau langsung memeriksa apakah benar ada sesuatu di area yang aku tunjuk.

"Luna tenang yah, kita semua ada disini." Perlahan-lahan teman-temanku mulai menenangkan ku.

"T-tadi aku lihat ada anak kecil duduk di sana sambil menangis." Aku menjelaskan apa yang tadi aku lihat sambil terisak dan menunjuk kearah dimana sosok tadi berada.

Guru yang sebelumnya pergi memeriksa sosok itu kembali ke tenda ku, "Luna tenang yah...gak ada apa apa, ibu cuman nemu gumpalan plastik di sana."

Aku benar-benar lemas mendengar itu, teman-temanku terus menenangkan ku dan seseorang juga menawarkan untuk bertukar posisi tidur. Tapi, bagaimana caranya aku bisa tidur kembali setelah mendapati kejadian tadi.

Malam berlalu, aku melanjutkan kegiatan berkemah tanpa memikirkan kejadian itu.

Sore pun tiba, seseorang datang menjengukku bersama anak-anaknya. Dia Om ku, namanya Om Yazdan. Seperti orang yang sudah tau keadaanku, Om Yazdan memberiku air yang katanya sudah diberi do'a.

"Airnya jangan dihabisin, kamu usapin ke wajah kamu 3 kali sambil baca syahadat, Om akan memeriksa sekitar." Itu yang dikatakan Om Yazdan.

aku segera menuruti perkataannya, lebih tenang rasanya setelah meminum air itu.

"Ayah mana? Katanya mau kesini juga?" tanyaku setelah meminum air yang diberikan Om Yazdan tadi.

"gak jadi datang Luna. Maaf karena telat memberitahumu, sebenarnya anak bibi kamu yang paling kecil meninggal."

Aku terkejut bukan main mendengar informasi dari Om Yazdan.

"Shaqila?"

Om Yazdan hanya merespon pertanyaan ku dengan anggukan.

"Kapan?" tanyaku lagi

"Tadi pagi, setelah pulang dari rumah sakit." Jawab Om Yazdan singkat.

Saat itu juga aku benar-benar tidak bisa berkata-kata. Tiba-tiba terlintas pertanyaan,
'apakah kejadian semalam ada kaitannya dengan meninggalnya Shaqila?'.
Aku tidak bisa menahan airmata ku. Karena bagaimanapun, aku dekat dengan anak kecil itu.

Dari Aku 'Yang Tak Berjudul'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang