3. Permainan mimpi?

68 8 1
                                    


"Jadi gini nay, aku selalu mimpi buruk dan salah satunya kaya gini. Semalam aku bermimpi, dimana dalam mimpi itu aku melawan seorang 'perempuan' berbaju putih dengan dipenuhi bercak darah di seluruh tubuhnya, dia berambut panjang serta warnanya yang hitam legam. Tapi, bukan hanya itu. Kamu tau? Aku seperti berada didalam sebuah permainan, yang dimana memiliki level easy, medium dan hard.-

-Dalam mimpi tersebut aku tidak langsung bertemu perempuan itu, tapi aku dibawa oleh seorang laki-laki kesebuah bangunan yang aku pun tidak tau pasti itu bangunan apa. Namun, sepertinya itu gedung sekolah yang terbengkalai dengan hanya menyisakan beberapa ruangan saja. Laki-laki itu menyuruh aku untuk mencegah sebuah ilmu hitam yang biasa kita sebut ilmu santet, supaya gagal dalam mencelakai korbannya. Aku menyebut ini level easy, karena ada tingkatan selanjutnya yang lebih sulit. Bayangkan Nay, bagaimana bisa aku memimpikan orang yang akan mencelakai orang lain dengan ilmu hitam, terlebih lagi aku harus mencegah hal itu terjadi.-

-Aku mengeluarkan banyak tenaga dan energi , padahal ini baru level pertama. Saat aku sudah berhasil, aku dibawa ke sebuah hutan tetapi aku sendirian. Aku tidak tahu laki-laki itu kemana, karena dia menghilang begitu saja saat sampai di hutan."

"Tunggu, boleh gak aku tau gimana wujud laki-laki itu?" tanya Nayra disela-sela ceritaku.

"Laki-laki itu terlihat seperti seorang bapak-bapak tapi dia ganteng lohh, badannya tinggi dan kekar juga." Aku mendeskripsikannya dengan mantap, apalagi saat mengatakan laki-laki itu terlihat tampan.

"Pakaian nya gimana? Dia pakai apa?" Tanya nya dengan antusias.

"Dia memakai peci hitam dan kamu tau kan pakaian muslim yang biasa dipakai laki-laki saat mau sholat Jum'at? Nah, dia memakai itu dengan terlihat sangat modis." Aku menjeda kalimat ku karena melihat Nayra yang terlihat senyum-senyum sendiri.

"Aku tau Nay, kalo ciri-ciri seperti itu adalah tipemu. Tapi, jangan lupa kalau dia itu bapak-bapak dan yang paling penting dia-bukanlah-makhluk-yang-berjalan-diatas-tanah."

"Oke oke lanjut." Singkat Naya dengan ekspresi yang berubah 180°.

"Saat berada di hutan, aku terpaksa berjalan sendirian tanpa tujuan. Kanan kiri ku hanya ada pohon pohon besar dan tinggi, serta berkabut dan hanya ada sedikit sinar matahari yang berhasil tembus melewati sela-sela dedaunan pohon itu. Kadang aku juga mendengar suara yang berasal dari hewan buas, sesekali aku bertemu orang-orang misterius. Mereka berjalan berlawanan arah denganku, dan mereka terus memperhatikan ku. Lalu, saat sudah melewati ku merekapun menghilang. Hal itu membuat jantung ku berdegup kencang. Tidak sampai situ, karena masih ada perjalanan selanjutnya".

Dari Aku 'Yang Tak Berjudul'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang