11. Si Hitam dan Kurcaci

32 5 0
                                    

- Setelah astral projection pertama kali.

Setelah kejadian itu, aku seringkali melihat dia dengan wujud berbadan tinggi dan juga besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah kejadian itu, aku seringkali melihat dia dengan wujud berbadan tinggi dan juga besar. Tingginya hampir menyentuh atap kamarku. Seluruh badannya hitam legam. Pakaiannya yang menyerupai jubah menutupi seluruh kakinya, matanya terlihat putih menyala. Dia sering menghampiriku di tengah malam namun tidak pernah mengatakan satu patah kata pun, hanya menghampiri dan menatap ku dengan tatapan yang menyeramkan. Mungkin dia ingin menakut-nakuti ku. Tapi, bukannya takut, aku justru merasa dibuat bingung olehnya.

Saat menghampiriku, dia biasanya muncul dari balik tembok yang ada di depanku atau dari pintu masuk kamarku. Saat dia datang, aku hanya terdiam dan tubuhku terasa diikat olehnya. Ketika dia pergi dan menghilang dari hadapanku, saat itu aku menganggap yang barusan terjadi hanya mimpi.
Mungkin kalian bertanya 'Dimana ibuku? Ke mana dia? Apa dia tidak tahu?' jawabannya tidak. Ibuku dan ayahku mereka tidak tahu apapun saat itu.

Pertama, walaupun aku dan ibu tidur di satu kamar yang sama tapi kami tidur di kasur yang berbeda. Aku tidur di kasur bawah, sedangkan ibu tidur di kasur atas. Aku mengisi sekat antara kasur ibu dengan lemari tua yang tinggi dan besar nya sama seperti sosok itu. Aku benar-benar mengisi sekat tersebut, tidak ada celah ataupun jarak.

Kedua, ayahku sudah pasti tidak akan tahu karena kita berada di kamar yang berbeda.

Flashback off

"Wahhh, Gila, aku merinding Na. Saat itu aku yakin pemikiran kita belum sejauh sekarang, apalagi saat itu umur kamu terbilang masih sangat kecil, sampe kamu hanya nganggap ini semua hanya mimpi. Tapi, bukannya mimpi itu terjadi di alam bawah sadar?"

"Yaa, kamu benar. Kalau dipikir-pikir kenapa aku nggak baca do'a waktu itu, bodoh banget."

"Ngomong-ngomong kamarnya bukan yang ini kan?" tanyanya Merasa takut.

"Tenang, bukan yang ini kok."

"Terus yang mana?"

"Tuh, depan kamar ini. Kamar yang menghadapnya ke barat, yang cat nya hijau." jawabku sambil menunjuk ruangan yang dimaksud.

"Ah yang itu, pantas saja keliatan agak seram, mana gelap lagi padahal sekarang tengah hari. Itu yang sampingnya ruangan apa, keliatan nya kok gelap juga?" Tanya Karin sepintas setelah matanya terfokus keruangan yang lain.

"Itu kamar ayah, kamarnya emang lebih gelap tapi suasananya malah tenang, beda sama kamar yang aku ceritain tadi."

"Kamar itu sekarang gimana?"

"Dari awal pindah dari kamar itu, sampai sekarang aku tidak tidur di sana lagi. Dan sosok itupun ikut lenyap bersama kepindahan ku. Tapi, aku sesekali beraktivitas di sana kok, eh malah dapet hal yang gak menyenangkan."

"Hal yang gak menyenangkan? Maksudnya?"

"Dulu, saat itu aku sedang foto-foto sendiri, ketika aku baru aja mengangkat handphone ku, tiba-tiba dari layar handphone ku terlihat ada seseorang yang lari dibelakang ku. Aku sedikit kaget dengan kehadirannya, bahkan hampir saja aku lempar handphone yang sedang genggam itu. Aku melihat dengan jelas sosok itu, seperti anak kecil menyerupai adik aku. Tapi, saat itu adik aku jelas sedang tidur, lagi pula itu tidak mungkin Alie karena dia saja belum terlalu lancar berjalan sendirian. Sosok itu hanya berlari tanpa menoleh untuk menyapa. Tapi aku tahu, dia akan menyapa dengan cara lain, yaitu lewat mimpi."

- In Luna's dream

Malam itu, aku sedang nonton TV sendirian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu, aku sedang nonton TV sendirian. Dari salah satu kamar di rumahku terdengar suara anak kecil yang sepertinya sedang bermain. Aku ingin menghampirinya, tapi aku ragu untuk melakukan itu. Tetapi, rasa penasaranku semakin menjadi, akhirnya perlahan aku mulai membuka tirai kamar yang menjadi sumber suara itu dengan jantung yang berdegup kencang. Saat aku telah membuka tirainya dengan sempurna semuanya hilang. Suara yang tadi terdengar sangat ramai dengan canda dan tawa seketika senyap begitu saja, hanya menyisakan barang-barang mainan adikku. Aku memberanikan diri untuk masuk ke dalamnya namun baru selangkah aku melangkah tiba-tiba semua mainan bergerak tanpa ada yang memainkannya. Mungkin mereka ada, tapi aku tidak bisa melihatnya. Perlahan suara canda dan tawa mulai terdengar lagi, semakin kencang sehingga aku merasa sangat takut. Telingaku tiba-tiba saja berdengung dan salah satu mainan motor-motoran milik adikku bergerak melaju kencang ke arahku, hal itu sontak membuatku menutup tirai sampai akhirnya aku terbangun dari mimpi itu.

Off

"Kamu tau apa yang lebih melelahkan? Itu bukan ketika aku dalam mimpi tapi justru ketika aku udah sadar. Karena aku rasa badan aku sangat lemas, keringat gak berhenti bercucuran. Aku juga kesulitan untuk menstabilkan nafasku karena jantung aku terasa sangat berdegup kencang . Rasanya sulit untuk tidur lagi, karena aku takut mimpinya akan berlanjut. Ini selalu saja terjadi ketika dia berhasil menyapa lewat mimpi, jadi aku sudah bisa membiasakan diri. Tapi, sekarang aku lelah dan takut untuk terlelap."

"Kamu boleh merasa takut, itu lebih baik daripada kamu terluka. Jangan biarin siapapun lukai kamu. Gimana sekarang keadaan kamu?" terlihat jelas raut khawatir diwajahnya.

"Aku baik-baik aja, kamu jangan terlalu khawatir." Jawabku santai.

"Hanya karena kamu bilang baik-baik aja bukan berarti kamu baik-baik aja kan?."

"kamu ingin mendengar lebih banyak lagi?"

Dari Aku 'Yang Tak Berjudul'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang