Chapter 18 : Gilanya Kehidupan

1.1K 68 3
                                    

"Kurasa aku bisa gila melihat West shirtless seperti ini." Lagi-lagi Jill tak ragu untuk memuji West di depan Jane dan Kassa. Di antara semua temannya, mereka tahu jika Jill menaruh ketertarikan dengan aktor berusia tiga puluh dua tahun itu. Jane ragu jika West tidak tahu soal ini. Pasalnya, Jillian kerap kali memperlihatkan bagaimana ia mengagumi West hingga semua orang menyadarinya.

Kecuali jika ia ada di depan orang lain selain mereka. Tingkahnya mendadak kikuk, berbeda dengan Jillian yang senang menggoda West.

Jane, Jill dan Kassa baru saja sampai ke villa milik keluarga Parker. Jane menumpang mobil Noah bersama dengan Jill dan West yang ikut di dalam mobil tersebut. Sementara Kassa, ia memilih menurunkan egonya untuk berangkat bersama Sean dan Adel. Sebenarnya ia jengah melihat pasangan itu, apalagi jika keduanya tengah bermesraan. Namun, ia memang harus sedikit berkorban dibandingkan ikut dengan Noah di mobil yang sama dengan Jane.

Teriknya matahari siang ini memang paling cocok jika disambut dengan berenang. Mereka semua baru sampai beberapa jam yang lalu. Meski masih lelah dan butuh istirahat, tapi tampaknya itu tidak berlaku untuk Noah, West dan Sean. Mereka semua langsung melarikan diri ke kolam setelah memasukkan koper-koper mereka ke kamar masing-masing.

"West totally hot." Pujian itu keluar dari bibir Kassa. Jill menoleh dan senyumnya mengembang.

"Semua orang setuju kalau West ganteng, iya kan?" Semua setuju, tapi tidak dengan Jane. Menurut Jane, diantara ketiga laki-laki yang ada di hadapan mereka tak begitu menarik perhatiannya.

Memang tampan, tapi tidak begitu membuatnya berminat. Bagaimana dengan Andrew? Jane perlu memikirkannya setelah apa yang ia katakan terakhir kali.

"Menurut aku, tidak. West tidak setampan itu." Kassa mengambil segelas soda yang tadi telah ia tuangkan. Ia meminumnya dengan hati-hati karena hari ini ia menggunakan pakaian putih—yang mana kontras dengan warna soda itu yang berwarna merah.

Jill bersandar di sofa yang ada di pinggir kolam. Ia sedikit kecewa mendengar tidak ada yang sependapat dengannya. Jane sibuk dengan pikirannya sendiri, sementara Kassa tak satu suara dengannya.

Angin sore menggoyangkan rambut Jane hingga sedikit berantakan. Jajaran pohon kelapa terlihat dari lantai dua villa ini. Dari teras lantai dua, mereka bisa melihat laut lepas dengan ombak yang menggulung. Harusnya Jane berjalan menikmati pasir pantai yang halus di kakinya. Ia ingin merasakan pecahan ombak itu menubruknya hingga menumbuhkan sensasi menyenangkan.

Di sudut lain kolam renang di teras yang mereka tempati, perhatian Jane jatuh pada dua orang yang sejak awal selalu berbagi kebahagiaan. Sean dan Adel selalu menarik untuk dilirik. Bagaimana mereka saling berbagi kebahagiaan, candaan sederhana yang mampu membuat mereka terpingkal-pingkal bersama, hingga tiap sentuhan menenangkan yang membuat Jane turut merasa aman jika ada di posisi Adel.

Tidak ada yang bisa mengalahkan cinta Sean meski ia beberapa kali dibohongi Adel.

"Mereka selalu jatuh cinta." Jane bersuara sembari memandangi pasangan itu.

"Ya, dua manusia bodoh itu." Kassa menimpali ucapan Jane yang terdengar sedikit serius.

"Btw, kemana Andrew? Dia belum keliatan dari tadi." Jill bersuara sembari celingak-celinguk. Andrew memang belum datang. Jane pun tak tahu alasan laki-laki itu tak terlihat padahal hari ini adalah liburan yang sudah lama direncanakan kakak beradik tersebut.

"Jane?" Kassa menginterupsi Jane yang sibuk akan pikirkannya.

Jane menggeleng setelah disinggung Kassa. Beberapa minggu terakhir, Jane sama sekali tak mendengar kabar perihal Andrew. Tidak ada pesan darinya, mungkin ia tersadar jika tak ada yang patut ia pertahankan dari perempuan miskin sepertinya.

Games With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang