Begitu pintu lift tertutup, tubuh Jane terdorong hingga menempel dengan dinding lift. Sementara seluruh belanjaannya merosot dari tangannya, jatuh di lift karena tindakan laki-laki di hadapannya. Andrew menarik pinggangnya hingga Jane dapat merasakan tubuh Andrew menguncinya. Perempuan itu terjebak di dalam pelukan Andrew Morgan.
Andrew setengah sadar, menunduk dan memandangi wajah Jane lekat-lekat. Bau alkohol tercium jelas. Laki-laki itu baru saja pulang minum entah dengan siapa saja. Yang Jane ingat hanyalah Sean saja, sepupunya.
Tangannya mengusap wajah Jane pelan. Terasa jari-jarinya memainkan rambut-rambut coklat Jane yang berantakan. Satu jarinya menyelipkan rambut-rambut itu ke belakang telinga.
"Long time no see, Clark." Jane tahu jika laki-laki itu sibuk dan pertemuan hari ini tak pernah keduanya janjikan. Entah sadar atau tidak, laki-laki itu sudah bertemu dengan mantan kekasihnya.
"Kamu pergi dengan Alexandria?" Tanya Jane.
"Ya, Noah putus dengan pacarnya yang aktris itu. Sean yang berinisiatif mengajak semuanya berkumpul." Ia menunduk, sengaja mengecup Jane saat ia tak sadar sepenuhnya.
"Sean yang antar kesini?" Andrew mengangguk singkat.
"Ya, Sean yang menyetir. Aku bilang kalau aku harus bertemu denganmu cepat-cepat," Jane mendorong Andrew, tetapi tenaganya kalah kuat. "Sono stanco di avere a che fare con donne bellissime come te." Aku lelah berurusan dengan wanita cantik sepertimu.
Jane tak paham apa yang Andrew katakan. Dahinya berkerut, bertanya-tanya apa yang dikatakan laki-laki itu.
Namun, Andrew tidak peduli apapun. Ia menunduk menutup jarak di antara keduanya. Meskipun Andrew sedikit mabuk, ia masih cukup sadar untuk tahu di depannya ada Jane. Andrew mabuk karena ia baru minum-minum. Sedangkan Jane, bisa jadi ia mabuk karena jatuh cinta.
Andrew tersenyum memandangi wajah yang ia rindukan. Sialnya, ia cantik sekali dengan wajah bareface itu. Jane jauh lebih memabukkan untuknya dibandingkan minuman itu.
Bibirnya yang menyentuh Jane mula-mula hanyalah kecupan. Namun, ia sulit mengontrol dirinya sendiri setelah ia mulai memagut bibir itu. Jane membuatnya melewati batasnya. Bibirnya manis hingga Andrew jadi serakah. Ia hanya ingin perempuan ini.
Jane melepaskan ciuman itu setelah lift berbunyi. Keduanya sampai di lantai teratas tempat Andrew tinggal. Sadar jika sudah sampai, Andrew meninggalkan Jane di tempatnya saat ia mengambil tas belanjanya.
Jane tertawa melihat Andrew yang hanya berdiri di depan pintunya. Ia jadi menggemaskan kalau sedang mabuk. Kesan menyebalkan seketika hilang. Yang Jane lihat Andrew hanyalah anak kecil yang mengantuk ingin segera tidur.
"Jane," katanya pelan.
Jane mengambil kartu akses Andrew yang ia simpan di dompetnya. Kemudian membantu Andrew masuk ke dalam kamarnya karena Andrew beberapa kali hampir jatuh.
Ia turut membantu Andrew tidur berbaring lalu melepaskan sepatunya. Ia tidak mungkin tidur dengan mengguankan sepatunya yang agak kotor. Tangannya meraih remote AC lalu menyalakannya sebelum ia meninggalkan kamar ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Games With Love
ChickLitAndrew penasaran dengan Jeanne Clark-teman adiknya. Ia pikir rasa penasaran itu akan usai ketika ia memutuskan mengenalnya lebih dekat. Tetapi, ternyata tidak sesederhana yang ia pikirkan. Games With Love | The Alexandria #1