Fuck this scenario

16 3 0
                                    

Thanks udah mampir.

Definisi anak adalah jembatan~Bianca.

Sekarang tersisa Aruna dan Galen dalam UKS tersebut. Gadis itu menyuruh sahabatnya agar meninggalkan mereka berdua saja. Awalnya jawaban tidak diberikan ketiganya, tapi Aruna tetaplah Aruna, keras kepala dan harus dituruti kemauannya.

"Jangan pernah sekalipun lo muncul didepan gue lagi, atau...lo habis ditangan gue"Singkat saja, Aruna tidak suka bertele-tele.

Tidak ada jawaban dari Galen, pemuda itu hanya menatap rumit gadis dengan tinggi sebatas bahunya. Memperhatikan dengan lamat ekspresi sekecil apapun yang dikeluarkan oleh Aruna, tapi nyatanya wajah cantik itu bagai gurun sahara, tenang dan datar.

"Yaa...harapan gue sih lo sadar ya..." Aruna menjeda ucapannya. Ia berjalan memutari Galen dan berhenti tepat dibelakang punggung tegap itu.

"Kalo lo bukan saudara kandung sahabat gue, udah dari lama lo membusuk di penjara, Galendra Lizarey"

Kaki Aruna melangkah keluar dari UKS menyisakan Galen dan rasa bersalahnya. Pemuda itu menendang bangkar disampingnya hingga mengenai rak tempat penyimpanan obat-obatan. Tak cukup begitu saja, Galen meninju dinding dengan sangat keras, ia terduduk di lantai dengan kepala tertunduk.

"Maaf, maaf, maafin gue Na" telapak tangan Galen meraup wajahnya dengan kasar.

"Tapi gue nggak akan nyerah gitu aja,
...you're mine Aruna, always mine hahaHAHAHAHA ARGHH LO CUMA PUNYA GUE ARUNA!!" Netra lelaki itu dipenuhi kabut obsesi yang membara.

OKEE, mari kita tinggalkan odgj premium ini dan kembali pada tokoh utama kita.

"Lo bicarain apa sama si babi itu??" tanya Agata yang tingkat kekepoannya sudah melebihi tinggi menara Eiffel.

"Jangan bahas dia lagi, udah gue mau beli martabak"

Aruna langsung pergi ke kantin karna ia tahu ketiga sahabatnya berada disana. Dan ternyata dugaannya benar, ia melihat Agata duduk sambil menyantap baksonya, sementara Calya dan Bianca sedang antri es cincau. Padahal jam masuk sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu, tapi keempat gadis itu tidak menghiraukannya.

"Btw mingdep ada acara ulang tahun sekolah, kita disuruh pake dress kali ini" ujar Calya, sebagai wakil ketua OSIS tentunya ia mendapatkan informasi sekolah dengan mudah. Agata menguap seketika, gadis itu merotasikan matanya sebagai tanggapan.

"Tahun lalu disuruh pake kebaya, sekarang pake dress, ni nggak ada yang usul pake kostum anime gitu?"

"Hmm bwener, pwake kostum cosplay aja gimana? nanti gue mau cosplay dari orgil, sekali-kali nggak papa lahh"

Aruna menyetujui ucapan Agata, menurutnya sekolah ini terlalu clasik. Dress, tuxedo, kebaya, itu sudah terlalu biasa, ia butuh yang tidak biasa.

"Maksud lo?, tanpa cosplay pun lo udah persis orang gila Run" jawab Calya dengan gamblang.

Bianca tidak berniat menimpali pembicaraan ketiga gadis itu. Ia fokus melihat layar hp yang berisi pesan yang dikirim oleh mamanya. Wanita itu memintanya pulang kerumah malam nanti, dan mengajak sahabat-sahabatnya untuk makan malam. Awalnya Bianca curiga, tapi ia segera menepis kecurigaan itu.

"Guys, malam ini gue disuruh mama bawa kalian kerumah" ujar Bianca membuat ketiganya melemparkan tatapan yang berbeda.

"Huh??, tumben banget tante Jina nyuruh kita kerumah lo, buat apa?" tanya Agata dengan mata memicing.

Revolution SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang