Crazy or forced

14 2 19
                                    

Thanks udah mampir.

I really don't care anymore!.

Calya merasa ada yang tidak beres pun memutuskan untuk mengikuti Aruna dari belakang dengan meminjam salah satu motor siswa SMA Bimantara. Untung saja siswa tersebut mau meminjamkan motornya kepada gadis itu.

Sedang fokus membuntuti mobil Aruna, Calya merasa bahwa jalan yang ia lalui tidak asing. Dan ternyata benar, gadis itu menajamkan mata agar tidak tertinggal jauh, menambah kecepatan motornya. Di saat Aruna tiba di tempat tujuannya dan masuk ke sebuah mansion yang suram, Calya memilih untuk menunggu sahabatnya itu dari kejauhan.

Beberapa menit telah berlalu, setelah Calya mendengar teriakan dari mansion tersebut, tak lama kemudian Aruna keluar dengan darah mengucur deras dari pahanya yang tertutupi oleh dress. Tanpa berlama-lama, gadis itu menghampiri sahabatnya dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"SERINA!!"

Aruna terkejut, gadis itu menoleh ke sumber suara dan mendapati sang sahabat tengah berjalan mendekatinya. Lidah itu mendadak kelu ketika mendengar nama yang sudah lama tidak ia dengar. Tapi sedetik kemudian, tatapan Aruna berubah sendu, jangan lupakan senyuman miris yang ia tampilkan untuk pertama kali setelah bertahun-tahun lamanya.

"Se, lo nggak-"

"Cuma Kasa yang boleh manggil gue kaya gitu!!" Potong Aruna dengan sarkas.

"Oke maaf,...tapi ngapain lo kesini?, Agata sama Bianca udah nunggu di sekolah Run, mereka khawatir sama lo!" Ujar Calya sembari memegangi kedua pundak Aruna. Gadis itu sungguh tidak berbohong, saat menunggu Aruna keluar, Agata dan Bianca tak henti-henti mengirim pesan dan bertanya bagaimana keadaan sahabatnya itu.

"Gue ada urusan sebentar, mending sekarang kita berangkat ke sana, ini udah mau jam 8"

Aruna hendak memasuki mobilnya, tetapi sebuah tangan ramping mencekal pergelangan tangan gadis itu. Siapa lagi jika bukan Calya, ia menatap Aruna bingung. Seakan tahu apa yang dipikirkan oleh sang sahabat, Aruna melepaskan cekalan dengan pelan.

"Gue bawa dress ganti, tenang aja"

"Tapi luka lo masih belum di obati!" Aruna terkekeh sinis, tanpa menunggu lagi, gadis itu memasuki mobilnya.

"Ada luka yang lebih besar dari ini, jadi mulai sekarang jangan sok peduli sama gue, karna gue udah tau semua kebusukan kalian!!" Setelah mengatakan itu, mobil tersebut melaju keluar dari pekarangan mansion, meninggalkan Calya dengan rasa bersalahnya.

"Lo nggak bisa sepenuhnya nyalahin kita Se"

Kedua gadis itu tiba di sekolah dan langsung disuguhi berbagai pertanyaan dari sang sahabat. Calya diam tidak berniat untuk menjawab, sementara Aruna fokus memakan kue yang sudah disediakan. Sebenarnya gadis itu lumayan sedih karena tidak ada hidangan favoritnya, yaitu marni/martabak mini.

"Cerita dikit napa wehh, kalian berdua diem-diem bae" ingatkan Agata untuk bermeditasi agar kesabaran dan tingkat kekepoannya bisa diatasi.

"Gue pengen ketemu Vier, makanya gue samperin dia dulu" jelas Aruna tidak membuat sahabatnya itu puas dengan jawaban yang diberikan. Agata beralih pada Calya, tapi sepertinya gadis itu juga enggan memberi tahu apa yang terjadi.

Revolution SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang