Let's do it

20 3 3
                                    

Thanks udah mampir.

Like a little bunny. ~Hilian.

"Saya kemari karna ingin mengatakan bahwa,...saya menerima perjodohan itu" Jina terkejut bukan main. Putrinya tiba-tiba saja datang seorang diri kekediaman Lizarey setelah pulang sekolah, dan mengatakan bahwa ia menerima perjodohan yang diajukan oleh suaminya. Bahkan setelah kejadian dimana Bianca menolak mentah-mentah keputusan tersebut.

Sedangkan di sisi lain Darga sangat senang, karna sebelum ia bertindak Bianca sudah menyetujui perjodohan itu. Tanpa terbesit rasa curiga dan waspada pada gadis didepannya.

"Bagus, kalau begitu besok lusa ajak ketiga sahabatmu ke cafe Aldeonly pukul 8 malam, pertunanganmu dilaksanakan saat itu juga" ujar Darga setelah itu pergi dari ruang tamu. Menyisakan kedua insan berbeda generasi yang hanyut dalam dunia mereka masing-masing.

Bianca membuka suaranya, bukan untuk berbincang dengan sang ibu, tapi untuk berpamitan. Tentu saja Jina merasa sedih, selain hubungan dengan anak pertamanya begitu renggang, sekarang Bianca ikut membangun benteng yang membatasi ibu dan anak itu.

'Mama harap kamu dan Galen selalu bahagia, dan maaf karna mama bukan ibu yang terbaik untuk kalian' batin Jina memandang nanar punggung Bianca yang berjalan menjauh.

Mari kita beralih pada Calya, karna saat ini gadis itu tengah mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian kelulusan yang akan diadakan bulan depan. Garis bawahi bulan depan. Sedari kecil, Calya selalu dituntut untuk menjadi sempurna oleh kedua orang tuanya. Oleh karena itu, bukan pemandangan aneh jika Calya memilih berkutat dengan buku dari pada bermain handphone.

Agata melihat sang sahabat tengah membaca buku yang ketebalannya melampaui kesabaran Aruna hanya bisa terheran-heran. Walaupun ia terbiasa melihat Calya yang rajin, tapi gadis itu masih tidak habis pikir.

"Lo nggak mual Ya?, baca buku mulu, ujiannya masih bulan depan kali"

Kedua gadis itu sedang melakukan aktivitasnya di ruang tamu. Dimana yang satu tengah menonton televisi, dan satunya lagi sibuk belajar.

Tiba-tiba saja, datanglah suatu makhluk dari balik pintu.

"WOI GATA, LU DICARIIN AYANK NIH" teriak seorang gadis di balik tubuh seorang pemuda jangkung. Pemuda itu sampai menutup telinga saking kerasnya suara yang dikeluarkan oleh gadis yang tingginya hanya sebatas bahu pemuda tersebut.

Setelah keduanya tiba di ruang tamu, sang lelaki tersenyum canggung di saat melihat gadis yang ia cari sedang menatap tajam sahabatnya.

"Lo bisa nggak sih, sehari aja jangan teriak-teriak, lama-lama bisa budek nih kuping" sentak Agata membuat Aruna sebagai pelaku menampilkan deretan giginya, gadis itu pergi dari sana menuju ke kamar tanpa mengucapkan permintaan maaf.

"Emang halal untuk dijual tuh anak" sedetik kemudian, Agata mengalihkan pandangan kepada Gavran. Ia menatap tak enak kepada lelaki itu dan dibalas senyuman maklum oleh sang empu.

"Kamu mau kesini kok nggak bilang aku dulu sih" ujar Agata menarik tangan pacarnya untuk ikut duduk. Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal.

Tangan pemuda itu terangkat untuk merapikan anak rambut sang gadis.

"Biar surprise aja hehe"

Revolution SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang