What the-

13 3 21
                                    

Thanks udah mampir.

Ganti muka dikit ga ngaruh. ~Gavran.

"Apa?!"

"Barusan lo ngomong apa hah?!, jadi Agata ada hubungannya sama ini semua?" Kasa terkejut melihat kedatangan teman-teman Aruna. Mulai dari Calya, Bianca, Jagat, Merapi dan...Gavran.

Mereka juga sama terkejutnya dengan Kasa. Jadi Agata terlibat dalam peristiwa yang menimpa Aruna?, bahkan Calya dan Bianca sempat menyangkal.

"Terserah kalian mau percaya atau enggak, tapi jalang itu adalah otak dari semua ini!!" Ujar Kasa dengan amarah yabg menggebu. Beberapa menit kemudian, dokter keluar dari tempat Aruna dirawat.

"Dok, gimana keadaan temen saya?" tanya Gavran, membuat atensi semua orang tertuju pada dokter perempuan itu.

"Keadaan pasien sudah stabil, luka lebam di pipi dan sudut bibir sudah diobati,  tapi luka tusukan pada punggung serta betisnya membuat nona Aruna mendapatkan beberapa jahitan, setelah ini jangan biarkan dia banyak bergerak terlebih dahulu" jawaban dari dokter Gea, yaitu teman Abigail membuat para manusia itu bernapas lega.

"Saya ingatkan sekali lagi, jangan biarkan dia banyak bergerak, lukanya masih sangat basah, dan kemungkinan besar jahitan akan terbuka" ucapan Gea membuat Calya dan Bianca menatap satu sama lain dan tersenyum penuh arti.

"Ga janji" batin kedua gadis itu.

Setelah Gea pergi dari sana, Kasa memasuki ruangan Aruna diikuti oleh Calya. Sementara yang lain akan menunggu di depan sampai giliran mereka tiba.

Tercium bau obat-obatan khas rumah sakit ketika Kasa masuk ke dalam. Netra pemuda itu terbuka lebar saat melihat Aruna sudah sadar dan berusaha menghindari suntikan yang diberikan oleh perawat.

"Arghh, jauhin tuh benda dari tangan gue!!" Pekik Aruna belum menyadari kehadiran orang lain.

"Nona Aruna, ayo ini tidak akan sakit" perawat itu nampak sudah lelah dengan tingkah pasiennya.

"Lo bohong anjirr!!, asal lo tau ya, seumur hidup gue belum pernah pake nih selang taman di tangan gue, dan satu lagi, gue nggak akan biarin tuh jarum suntik abal-abal nyentuh kulit mulus gue!!" Oceh Aruna tanpa sadar kedua tangannya sudah di tahan oleh seseorang.

"E-eh apaan nih, yehh kalian nggak adil!!, nggak gue nggak mau!!, pergi jauh jauh HWAAA MAMAAA HUHUHUHUU" Calya menggeleng pasrah melihat tingkah sahabatnya, sementara Kasa terkekeh gemas.

"Sudah, tidak sakit-"

"NGGAK SAKIT PALAK LO!!, LIAT AJA LO SUS, GUE TANDAIN MUKA LO!!" Perawat itu segera pergi dari sana, karena tidak mau terkena amuk oleh sang pasien. Mengapa tidak dibawa ke RSJ saja?, pikir perawat itu.

"Stt udah, jangan teriak-teriak, nanti tenggorokan kamu sakit loh" Kasa mengambil segelas air dan memberikannya pada Aruna. Dengan perasaan dongkol gadis itu meneguk air tersebut hingga tandas.

"Hiks, kak Kasaa sakit~~" ujar Aruna dengan nada manja. Yaa salah satu hal aneh lagi dari Aruna, adalah sifatnya akan berubah manja ketika gadis itu sedang sakit. Sangat bertolak belakang dengan dirinya yang selalu bar-bar dan pecicilan.

"Dimana yang sakit hmm?" Kasa dengan telaten merapikan rambut Aruna yang berantakan.

Seorang gadis sedari tadi memperhatikan adegan kakak dan adik ini dengan jengah. Calya langsung menghampiri sang sahabat dan berdiri di samping ranjangnya. Gadis itu menatap Aruna dengan raut wajah yang julid.

"Ga lucu!!, kalo lo nggak mati, minimal nggak usah bikin orang lain khawatir lah!!" Aruna menampilkan deretan giginya. Gadis itu menggaruk tengkuk yang sama sekali tidak gatal.

"Yaa, gimana ya Cal, kan gue juga nggak tau kalo bakal selamet-"

"Stt, mulutnya dijaga baby!!" Jari telunjuk Kasa mendarat di bibir pucat Aruna, membuat gadis itu tertegun sejenak.

"Tangan kak Kasa bau dosa!!"

Plak

"Congor lu ga ada sopan-sopannya ama orang tua" celetuk Calya dengan tampangnya yang lempeng, semakin membuat pemuda bernama Kasa itu tertekan.

"Heh bagong, lu sama aje ye!!" Dengan wajah ditekuk, Aruna berdiri dan melepas selang infus di tangannya dengan sekali tarikan. Dan lagi-lagi jidat mulus itu mendapat serangan dari sang sahabat.

"Goblok!!"

Setelah kejadian itu, Aruna mendapatkan ganjaran dengan bertambahnya masa inap yang awalnya 2 minggu menjadi 4 minggu. Setiap hari tak ada kata istirahat, membuat dokter Gea mengancam akan menahan Aruna selamanya di rumah sakit ini. Dan apa jawabannya?

"Gapapa sih dok, tapi khusus makanan saya banyakin ya penyedapnya, tiap hari makan makanan hambar soalnya"

Saat ini seorang gadis tengah duduk di rumput sembari memandang langit yang cerah. Rambut tergerai indah dengan pakaian pasien, Aruna menjadi pusat perhatian para pasien maupun keluarga mereka. Banyak yang terpesona dan tak sedikit pula yang berduka.

Mama mama, liat deh kakaknya, cantik ya kaya aku

Iyaa, cantik kaya kamu

Sayang, kamu kok disini?

Cantik ya pah, anak itu

Pasien rumah sakit jiwa dipindah kesini ya?

Aruna menghiraukan, memilih untuk tetap menatap langit yang mungkin juga sedang menatapnya.

"Gue gapapa?"

"Hah, mana mungkin gue kenapa-napa, kan gue always happy!"

"Selalu bahagia bukan berarti baik-baik saja nak" seorang pria paruh baya duduk disamping Aruna dan menatap gadis itu. Sementara sang gadis tertegun mendengar ucapan penuh makna, ucapan yang membuat Aruna berpikir dua kali untuk bahagia.

"Maaf sudah mengganggu kamu, dulu waktu istri saya dirawat di rumah sakit ini, dia selalu ajak saya duduk disini walau hanya beralaskan rumput, maka dari itu, setelah setahun istri saya meninggal, saya kembali kesini untuk mengingat kenangan bersamanya" ujar pria yang tidak diketahui namanya oleh Aruna. Sebelum beranjak pergi, Aruna dengan cepat menahan pergelangan tangan pria tersebut.

Setelah sadar dengan perbuatannya, Aruna segera melepaskan cekalan itu dan menggaruk tengkuk yang sama sekali tidak gatal.

"Ah, maaf om, itu...kalo saya boleh tau, nama om siapa?" Pria itu tersenyum manis. Entah karena apa, ia berinisiatif mengelus pucuk kepala gadis didepannya.

"Nama saya Lengkara Cahya Mukti, kamu bisa panggil saya Lengka"

"ARUNA!!" atensi keduanya beralih pada seorang pemuda yang langsung membawa Aruna pergi dari sana.

"Anj-Gavran lepasin gue bangsat!!"

"Ga sopan lo sama atasan!!"

Gavran menghiraukan ocehan itu, memilih untuk tetap diam sampai tiba di kamar rawat Aruna. Pemuda itu melepaskan pergelangan tangannya, dan tersenyum misterius kepada gadis yang saat ini tengah kesal.

"Lo apa-apaan-"

"Mulai minggu depan, gue kerja di LC company!!" Netra Aruna membulat seketika, mulut terbuka lebar dan raut wajah terlihat sangat syok.

"Hah?!, beneran?!, anjir eh maksudnya Selamat yaa bray, gue ikut seneng kalo lo seneng" seakan tidak terjadi apapun, Aruna memeluk tubuh gagah itu secara tiba-tiba.

"Gue yakin, lo pasti bisa kok Gav, gue tau lo kuat sama kaya tante Ivana" bisik Aruna terhanyut dalam pelukan yang ia mulai. Sementara Gavran merasakan pacu jantungnya yang tidak normal.

"Oh iya, btw lo kerja jadi apa??, pasti asisten nihh, iya kan?!" Gavran menggeleng.

"Gue jadi cleaning service"

"Oalah cleaning-HAHH??!"

Vote ya genk, thank you.

Revolution SquadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang