Keping dua puluh ° Bertengkar

32 3 0
                                    

Kamu tidak pernah tahu,
Seberapa tak lelah nya aku menatapmu

Bertanya-tanya di setiap kesempatan,
Apa akhirnya aku untukmu?

Tapi, berkali-kali kamu memalingkan muka,
Enggan hanya untuk bertutur sapa,
Enggan bertanya,
Mengapa kita menjadi begini jadinya?

(Lia Angelista)

°°

"Lia kenapa?" Demetra menggenggam kerah Tomi, matanya merah.

Tomi tercekik, napasnya mulai melambat.

"Aku bi..sa jelasin. Tapi, lepasin dulu. " Tomi menggenggam tangan Demetra dengan gemetar.

Demetra akhirnya sadar, ia melepaskan Tomi dengan kasar. Mencoba menenangkan napas yang menderu, dan detak jantung nya yang ribut.

Demetra dengan erat mengepal kan tangannya beberapa kali, mengatur napasnya. Tomi yang melihat Demetra tenang, dengan hati-hati merapihkan kerahnya yang kusut, berdiri. Menepuk-nepuk celananya yang kotor, Tomi mulai berbicara.

"Tadi Lia pingsan, aku engga tau kenapa. Jadi aku bawa dia ke UKS." Melirik Demetra yang masih tak ada tanggapan, Tomi melanjutkan "Tadi sempet siuman, terus tidur lagi. Kata dokternya, kurang istirahat. "

Demetra lega mendengar ungkapan Tomi. Tubuhnya seketika rileks.

"Maaf, gua emosi tadi. " Demetra menepuk lembut bahu Tomi.

"Iya, santai aja." Tomi meluruskan kacamatanya yang agak miring.

"Btw, kamu bisa jaga Lia dulu? Aku mau ke kantin dulu. Beli makanan buat Lia kalo udah bangun. "

"Ok." Demetra menyanggupi.

Sepeninggal Tomi, Demetra masuk ke dalam UKS dengan hati-hati. Ia melihat Lia yang terbaring di ranjang, wajahnya pucat pasi. Demetra menyalahkan dirinya sendiri.

"Maafin gua ya, " Demetra mengusap pelan rambut Lia. "Ini salah gua, harusnya gua selalu ada di samping lo. " Demetra menggenggam tangan Lia, mengelusnya dengan penuh kasih.

Lia mengernyit, ia mendengar suara. Matanya ingin sekali bisa terbuka tapi ternyata tidak bisa. Kepalanya masih pusing.

"Lo ngapain disini? " Edo menyentakkan bahu Demetra dengan kasar.

Mendengar suara itu, Demetra bangkit dari duduknya.

"Lo siapa?" Demetra menaikkan suaranya.

Lia di ranjang terusik, kebetulan Edo melihatnya dengan jelas. Kemudian, ia menyeret Demetra keluar UKS. Menelusuri lorong, dan melempar Demetra dengan kasar ke bangku tak terpakai di gudang.

Bruak..

Terdengar suara benturan keras. Demetra limbung, ia menggenggam ujung meja yang menghantam perutnya dengan keras.

"Maksud lo apa hah?!" Edo berteriak.

"Gua deketin Lia, lo siapa nya? Ngatur-ngatur. " Demetra tersenyum smirk. Edo terbakar amarah.

"Bangsat! " Edo memukul wajah Demetra dengan keras. Demetra tak mau kalah, dia langsung meninju perut Edo. Setelah satu putaran memukul, Edo berkata dengan emosi.

"Lo kagak mikir apa?" Edo mengusap sudut bibirnya yang berdarah.

Demetra yang masih utuh, tersenyum.

Edo mengepalkan tangan dengan kesal.

"Apa lo tau?" Edo menjeda ucapannya, "Siapa yang bully Lia tahun itu?" Edo tersenyum meremehkan.

[END] What's wrong with me?! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang