Lo kagak tau kan?
Apa yang gua alami, rasakan
Terus ngapa seenak jidat nya, judge gua kek gini gitu.
Lo waras?(Edo)
•••
Dua hari kemudian...
Siang hari yang mendung, Lia berjalan melintasi koridor rumah sakit yang sudah ramai. Orang-orang berlalu lalang dengan cepat. Rumah sakit hari ini, lebih penuh dari biasanya. Jadi Lia berjalan dengan hati-hati, takut tersenggol tanpa sengaja.
"Lia Angelista. " Lia yang sedang duduk menunggu, mendongak mendengar namanya disebut. Ia bangun dari duduknya dan berjalan menuju ruang dokter.
"Silahkan duduk. " Dokter Emi membolak-balik berkas di tangannya.
"Ini hasilnya. " Dokter Emi menyerahkan hasil CT scan yang tadi di pegangnya.
Lia mengambilnya dengan tangan gemetar. Membaca dengan hati-hati dari awal, dan memperhatikan dengan seksama hasil rontgen yang ia dapatkan. Dokter Emi yang memperhatikan Lia membolak-balik berkas dengan agak cepat, seketika ia paham.
"Lia, berdasarkan CT scan ini, " Dokter Emi menunjuk pada bayangan putih di pojok kanan atas. "Kamu mengidap kanker Glioblastoma. "
Lia menghentikan gerakan membaliknya, ia melihat polos ke Dokter Emi.
Dokter Emi menghela napas dengan berat.
"Glioblastoma [1] merupakan kanker yang sangat ganas dan invasif. Dia berkembang dengan cepat, sulit untuk melakukan pengangkatan secara menyeluruh [2], meskipun melakukan prosedur kraniotomi." Dokter Emi menghela napas.
"Sayangnya, belum ada obat untuk sembuh total dari penyakit ini [3]. Kami hanya bisa semaksimal mungkin memperlambatnya dengan pemberian obat secara oral dan kemoterapi secara berkala."
Lia terdiam.
"Lalu dokter, berapa lama saya bisa hidup? " Tanya Lia.
"Rata-rata 1 tahun setelah diagnosis [4]. "
Lia mengangguk dengan tenang. "Terimakasih dok, saya undur diri. " Lia membungkukkan kepalanya sebelum pergi meninggalkan ruangan konsultasi. Tangannya memegang dokumen dengan erat. Hatinya berkecamuk berat.
Perjalanan menuju rumah sangat membosankan. Padahal cuaca sudah mulai cerah, matahari yang bersembunyi, mulai menampakkan diri. Memberikan kehangatan.
Lia yang sedang duduk di taksi sekarang hanya diam, cahaya matahari hangat menerpa pipinya. Membelainya dengan hangat. Tapi Lia tidak bergeming. Pikirannya tidak ada disini. Di otaknya, masih diputar bahwasanya ia hanya bisa hidup setahun lagi. Bahkan, mungkin tak sampai.
Lia merasa dunia ini tidak adil padanya.
Mengapa Tuhan memberikan cobaan yang begtu berat padanya?
Apa salahnya?
Air mata mengalir, Lia menangis dalam diam.
"Neng, disini? Sudah sampe ni. " Pak supir melihat ke belakang, mengingatkan Lia yang masih melamun.
"Ya pak, makasih. " Lia berterimakasih, membuka pintu, keluar dari mobil dan berjalan lurus ke arah gerbang rumahnya.
°°
Di dalam kamarnya, Lia menangis. Ia teringat dengan banyak hal, mulai dari banyak hal yang belum dia lakukan, keinginan yang belum terpenuhi, dan masalah yang belum Lia akhiri.
Lia membuka kembali dokumen yang di bawanya dari rumah sakit. Membacanya untuk kesekian kalinya, mencoba mencari celah kesalahan. Membenarkan diri, bahwa dia salah dengar tadi. Tapi terpampang jelas, dia memang mengidap kanker.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] What's wrong with me?!
Ficção AdolescenteSinopsis Hidup begitu menjengkelkan Tiada pasti dan terlalu memuakkan Apa yang terjadi ketika hidup tapi terasa mati? Apa yang membawamu ketika tawa itu hanya palsu? Siapa yang akan menghentikan mu menangis ketika hati selalu teriris? Hidup dan...