💞 Lima belas 💞

15 16 0
                                        

"Mereka yang menyayangimu,"

*
*
*

"RARAAA!" teriak Salsa heboh. Silvi dan Ayu sampai menutup telinganya karena terkejut dengan suara toa temannya itu.

Sedangkan Kirana hanya menggeleng karena sudah terbiasa dengan sahabatnya itu. "Lo baik-baik aja, beb? Masih sakit?" tanya Salsa khawatir.

Rara tertawa menggeleng. "Gue gak papa, Sa," jawabnya sambil tersenyum.

Rey dan Daniel menatap Salsa dan Nayla. "Gimana?" tanya Daniel. "Siapa pelakunya?" sambung Rey dingin.

Salsa mengembuskan napas panjang sambil menggeleng. "Bu Tika cuma nanya-nanya doang. Beliau bilang gak ada bukti dan saksi mata, jadi hukumannya diratakan semua orang. 9 orang tadi termasuk Nayla dihukum piket kelas selama sebulan," jelas Salsa dengan raut tak puas.

Kirana menghela napas kasar. "Enak aja pelakunya lepas. Dia yang ngejahatin temen, yang lain yang kena. Gue masih gak percaya kita sekelas sama orang berhati busuk kek gitu!" raung Kirana frustasi.

Rara menghela napas pelan tapi lalu tersenyum. "Gak papa, beb. Gue baik-baik aja, sekarang. Mungkin gue pernah menyinggung perasaan teman sendiri tanpa gue sadari," ucap Rara tampak merasa bersalah.

Hanya itu yang terpikirkan olehnya. Untuk siapapun yang berbuat jahat padanya, mungkin karena dia pernah menyinggung perasaan mereka. Atau mungkin karena orang itu tidak suka melihatnya.

Rara tahu meskipun banyak yang menyukainya, masih ada juga yang membencinya bahkan sampai memberikan komentar jahat di banyak postingan tentang dirinya.

Mereka tidak tahu harus berkata apa saat melihat Rara tersenyum seperti itu. Mereka jelas marah dan kesal pada orang yang bisa-bisanya menyakiti teman sekelas sendiri. Tapi bagaimana pun juga, semakin membicarakan hal buruk ini hanya akan semakin membuat Rara merasa tidak nyaman.

"Jangan dipikirin, Ra. Yang penting lo baik-baik, aja," ucap Nayla sambil tersenyum. Rara mengangguk dan tersenyum.

Tiba-tiba bel berbunyi nyaring pertanda istirahat siang telah selesai. Daniel menghela napas panjang dan menggerutu. "Sorry guys, gue harus balik kelas. Ada ulangan sejarah sekarang. Kalau bolos gak ada ulangan susulan, lagi," ucap Daniel sambil menatap Rara dengan tatapan bersalah.

Rara tersenyum. "Gak papa, Dan. Lo balik aja," ucap Rara mengangguk.

"Pak Leo emang galak banget. Gue aja merinding kalau bapak tu lewat," ucap Salsa meringis membayangkan wajah guru sejarah Ips itu.

Mereka tertawa.

"Hyuga, lo juga mending balik, gih. Kalau lo telat, pak Al bakalan marahi gue. Dikiranya gue nyulik siswa kesayangannya," ucap Rara sambil tertawa.

Hyuga tertawa lalu mengangguk. "Lo istirahat aja dulu, Ra. Atau lebih baik lo pulang aja," ucap Hyuga. Rara tersenyum dan mengangguk.

"Daahh Ra! Hubungi gue nanti!" ucap Hyuga sebelum melambai melangkah pergi keluar menuju kelas. Disusul Daniel yang juga mengatakan hal yang sama. Membuat Rey kesal dan hanya bisa menatap mereka dengan tatapan tajam hingga dua makhluk laknat penggoda itu benar-benar lenyap dari pandangannya.

"Kalian juga mending balik ke kelas," ucap Rara membuat Kirana dan Salsa sontak menggeleng. "Gue mau di sini aja," ucap Kiranti cepat. "Gue aja. Gue suka bolos," ucap Salsa entah kenapa dia malah bangga saat mengatakannya.

Rara tertawa namun menggeleng tidak setuju. Dia tidak ingin teman-temannya ketinggalan pelajaran. Dia tidak suka jika teman-temannya dihukum guru karenanya.

"Gue di sini sama Rey aja," ucap Rara membuat Kirana dan Salsa memberengut kesal menatap tajam Rey. "Kok malah Rey sih, Ra?" protes Kirana. "Gak boleh! Enak aja. Gue aja, Ra. Gue bakal dimaklumi Bu Sari. Gue gak suka matematika. Mending gue di sini daripada tidur di kelas," sungut Salsa tidak mau kalah.

Ayu, Silvi, dan Nayla hanya bisa menggeleng melihatnya.

Rara menggeleng pelan. "Gue gak tahu gue bakal kuat ke kelas atau enggak. Kalau ada apa-apa kan ada Rey. Mungkin gue terpaksa harus pulang," ucap Rara sambil tersenyum.

"Lo baik-baik aja kan, Ra?" tanya Kirana khawatir. Rara mengangguk. "Mending lo pulang aja deh. Rey antarin Rara pulang," ucap Kirana cemas.

Ayu mengambil selembar kertas di atas meja dan segera menulis sesuatu di sana.

"Ini surat izin sakit lo, Ra. Ini juga vitamin yang harus lo minum," ujar Ayu sambil menyerahkan selembar surat izin dan beberapa vitamin pada Rey.

Rara mengangguk. "Thanks, Yu," ucap Rara sambil tersenyum. Ayu mengangguk.

"Kalau gitu, kami balik ke kelas ya, Ra. Cepat sembuh," ucap Silvi sambil tersenyum.

"Daahh beb!" Kiranti memeluk Rara sebelum pergi.

"Cepat sembuh, Ra." Nayla juga ikut memeluk Rara.

"Kasih tau kita kalau lo perlu ditemani. Gue suka banget tidur di kamar lo," tawa Salsa dan memeluk Rara. Rara tertawa.

Mereka melambai sebelum meninggalkan Rara dan Rey.

"AWAS LO NGEBUT-NGEBUT REY! RARA KENAPA-KENAPA GUE TENDANG LO KE PLUTO!" teriak Kirana.

"GUE TABOK LO KALAU RARA SAMPAI KEDINGINAN MASUK ANGIN!" teriak Salsa.

Rara tertawa mendengarnya. Sedangkan Rey meringis ngeri.

"Sahabat lo serem banget, Ra," ucap Rey sambil menggeleng.

Rara tertawa.

Rey mengusap lembut tangan Rara. Mau pulang?" tanyanya lembut.

Rara tersenyum dan mengangguk. Tapi lalu dia menggeleng. Rey menaikkan alisnya bingung.

"Kalau pulang, nanti mama khawatir," ucap Rara pelan. Dia tidak ingin membuat mama cemas.

Rey tersenyum, "Gak papa, Ra," ucapnya menenangkan. Namun Rara tetap menggeleng.

Rey menghela napas pelan, "Trus mau kemana?" tanyanya.

Rara beranjak turun dibantu Rey. Dia tersenyum lalu memegang tangan Rey. Rey menatapnya ingin tahu.

"Pergi makan. Lapar," ucapnya sambil mengulum senyum.

Rey terkekeh pelan mendengarnya.

Sekali lagi, untuk masalah apapun yang menimpa mereka, Rara tak pernah ingin larut dalam kesedihan itu. Dia selalu bisa menemukan cara untuk tersenyum dan tertawa ceria.

Dan sekali lagi, untuk hubungan mereka berdua yang mungkin saat ini belum bisa disebut seperti hubungan pada umumnya, memperjelas antara teman atau pacar, mereka lebih memilih untuk tidak mempermasalahkan hal itu. Mereka hanya perlu menjalaninya seperti biasa. Selama satu sama lain bahagia bukankah itu sudah cukup?

Rey tersenyum menatap Rara. Entah sejak kapan jantungnya selalu berdebar tak biasa seperti sekarang ini. Entah sejak kapan Rara menjadi secantik ini. Dan entah sejak kapan Rara menjadi dunianya.

Namun satu hal yang pasti, mereka berdua saling membutuhkan satu sama lain. Tanpa paksaan, tanpa rasa keberatan, tanpa rasa tidak nyaman selama mereka tidak melewati batas.

Bersama Rara selalu menjadi momen terbaik dalam hidup Rey. Kapan pun itu dan dimana pun itu, dia menyukainya lebih dari apapun.

Sekali lagi Rey tersenyum.

'Thanks, masih tetap bersama gue, Ra,'

***

QUEEN - MY LOVE(R) 💞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang