💞 Delapan 💞

16 16 0
                                    

"Dia yang menjadikanmu, dunianya,"

*
*
*

Mereka langsung mendapati suasana kantin yang ramai seperti biasa.

Rara berjalan di tengah dengan Rey dan Nayla di sampingnya. Sedangkan di depan mereka, Salsa sibuk menarik tangan Kirana membuatnya berjalan lebih cepat untuk memesan bakso.

Salsa dan Kirana sedang mengantri. Rara mengedarkan pandangan dan menemukan salah satu meja panjang di tengah kosong. Dia segera berjalan ke sana diikuti Rey dan Nayla. Rara duduk di tengah dengan Nayla di sampingnya. Rey tentu saja memilih duduk di samping Rara. Mereka duduk diam menunggu Salsa dan Kirana.

Banyak orang yang memperhatikan mereka. Kebanyakan siswa laki-laki yang mencuri pandang demi melihatnya. Rara sudah terbiasa dengan semua perhatian yang selalu didapatkannya itu. Dia kan selebram populer yang selalu masuk daftar teratas selama lima tahun ini.

Dan lagi, dia adalah gadis tercantik di SMA Permata. Itu diakui semua orang dari hasil voting di situs sekolah. Tidak hanya cantik, dia juga berbakat. Seperti tadi pagi, konser dadakan di kelas saat jam kosong saja mampu menembus viewers hingga hampir seribu orang. Dia benar-benar telah menjadi ratu dunia maya. Tidak ada yang tidak mengenalnya.

Rara tersenyum manis menanggapi senyuman adik-adik kelas 10. Mereka bahkan sampai heboh sendiri saat Rara melambai kecil ke arah mereka. Rey tersenyum kecil melihat tingkah imut Rara yang terlihat menggemaskan di matanya.

Rara melirik antrian bakso yang cukup banyak. Selagi menunggu, lebih baik jika mereka memesan minuman dingin. Karena Salsa sudah berbaik hati mentraktir mereka semua, setidaknya dia bisa ikut mentraktir minuman dingin. Rara melihat ke stan ice drink yang tidak terlalu ramai.

"Gue beli ice drink dulu ya Nay? Orange juice seperti biasa?" tanya Rara sambil berdiri. Nayla mengangguk mengiyakan. "Thanks, Ra," ucapnya sambil tersenyum. Rara mengangguk kecil.

Saat dia hendak bertanya ke Rey, tiba-tiba saja Rey berdiri dan mencengkram lembut kedua bahunya. "Biar gue yang beli, Ra. Lo duduk aja," ucap Rey sambil tersenyum.

"Gue aja, Rey—" Belum selesai Rara bicara, Rey sudah lebih dulu memaksanya duduk kembali. Dan sebelum pergi Rey sempat-sempatnya mengelus lembut puncak kepala Rara.

Nayla tersenyum sambil menyikut pelan lengan Rara. "Semua orang di sini berasa lagi nonton drama gratis, Ra," goda Nayla. Rara tersenyum sambil menggeleng. "Kebiasaan Rey suka ngacakin rambut gue," balas Rara sambil merapikan rambut panjangnya. Nayla tersenyum geli.

Tidak lama setelah itu tiba-tiba Daniel datang menyapa mereka. "Hai, Ra! Hai, Nay! Lagi nungguin pesenan ya?" tanya Daniel sambil duduk tepat di samping Rara. 

Rara tersenyum dan mengangguk. "Hai juga, Dan. Salsa sama Kiranti lagi pesen bakso. Rey lagi beli minuman. Sini gabung!" ajak Rara.

Daniel tersenyum lebar. "Boleh. Gue telat gara disuruh pak Ari antarin buku pr anak kelas ke kantornya," ucap Daniel sambil merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

"Kevin izin ke toilet tapi gak balik-balik. Gue udah titip bakso juga ke Revo tadi. Nah itu dia, panjang umur lo, Po," ujar Daniel bersamaan dengan datangnya Revo, teman sekelas Daniel yang juga merupakan anak band bagian gitaris kedua setelah Rey, sambil membawa dua mangkuk bakso di tangannya.

Rara tersenyum menyapa Revo. "Hai, Po. Gabung sini aja. Bentar lagi yang lain dateng. Wah menu kita semua samaan. Bakso-bakso," ujar Rara sambil tertawa.

Revo tertawa setelah duduk di seberang Daniel. "Kevin keknya sakit perut gegara mukbang mie pedes semalam. Kasian banget tuh anak," jelas Revo sambil menuangkan banyak saus di mangkuk baksonya.

Rara tertawa melihatnya. "Lo juga jangan banyak-banyak banget sausnya Po," timpal Rara memandang ngeri ke mangkuk bakso Revo yang benar-benar merah.

"Gue tahan pedas, Ra," sanggah Revo dengan wajah meyakinkan. Rara tersenyum geli melihatnya.

"What's up, Bro!" seru Salsa tiba-tiba. Dia muncul sambil membawa dua mangkuk bakso dan menyerahkannya ke Rara dan Nayla. Lalu duduk di samping Revo.

Disusul Kirana yang juga membawa dua mangkuk bakso untuk dia dan Salsa. Lalu di belakangnya tiba-tiba muncul Hyuga yang juga membawa dua mangkuk bakso. Rara tersenyum lebar saat melihat Hyuga.

"Ga! Lo udah sembuh kok gak bilang-bilang?" cecar Rara saat Hyuga duduk di samping Kirana. Cowok itu tersenyum tipis menatap Rara. "Lo kangen gue, ya?" godanya.

Mereka semua terkecuali Rara dan Nayla tertawa geli melihat kebiasaan Hyuga dengan sejuta gombalannya. Semua orang di SMA Permata ini tahu betapa manisnya mulut cowok itu. Dan semua orang di sekolah ini juga tahu Hyuga memiliki perasaan pada Rara.

Rara tertawa mendengarnya. "Iyalah. Gue kangen," jawabnya jujur. "Bisa-bisanya lo sakit sampai 3 hari. Gue hampir maksa mereka demo ke rumah lo, tau nggak?" sungut Rara separuh sedih separuh kesal pada Hyuga.

Cowok ganteng berkulit putih se-intra SMA Permata itu—dikarenakan ayahnya keturunan Jepang asli hingga gen itu mengalir secara alami di darahnya—memiliki tubuh yang sedikit lemah.

Hyuga berada di kelas unggulan, Ipa 1. Dia genius di bidang biologi. Cita-citanya menjadi dokter bedah. Karena kegeniusannya itu dia diizinkan mengikuti klub band sebagai drumer juga gitaris cadangan. 

Namun tetap saja, Rara tahu Hyuga belajar mati-matian demi menjaga nilainya dan ranking 1 bertahannya se-SMA Permata. Dengan tetap membagi waktunya bersama teman-temannya. Bisa dibilang, cowok itu benar-benar sahabat sejati.

Hyuga tertawa mendengarnya. "Sorry, Ra. Tapi kayaknya gue terlalu buru-buru ke sekolah deh. Kalau gue libur lebih lama lo pasti—aduh!" Rara hampir menimpuk Hyuga dengan bakso jika Kirana tidak mencubit pinggang Hyuga.

Cowok itu menatap kesal Kirana sekilas lalu tersenyum ke arah Rara lagi. Rara mengembuskan napas pelan dan tersenyum memandang Hyuga. "Please, jangan sakit lagi, Ga,"  lirihnya dengan alis ujung alis yang menurun.

Hyuga tersenyum lebar hingga menampakkan deretan gigi depannya yang putih. "Gue gak akan sakit lagi demi lo, Ra. Asal lo mau jadi pac—aduhh! Sakit woy!" Hyuga menoleh ke Kirana dengan wajah kesal karena pinggangnya dicubit.

Namun saat dia menoleh, Kirana sedang sibuk menyendok baksonya. Kirana tersenyum menahan tawa saat menatap ke arahnya. Berarti yang mencubitnya bukan Kirana.

Lalu siapa?

Hyuga menoleh ke belakang untuk melihat makhluk mana yang berani-beraninya mencari masalah dengan dirinya. Namun saat dia menoleh dia mendapati Rey sedang berdiri sambil memegang jus-jus dengan sebelah tangan. Dan tangan yang satunya lagi sedang melambai kecil ke arahnya. Tiba-tiba saja tubuhnya merinding. Hampir saja dia kehilangan nyawa jika dia benar-benar menyelesaikan ucapannya tadi.  

"Bukan gue, tadi gue liat ada lebah sembunyi di deket lo, Ga," ujar Rey lalu menaruh semua minuman di atas meja. Mereka semua tertawa melihat raut wajah Hyuga yang langsung menciut di depan Rey.

Rey menoleh sekilas ke tempat Daniel duduk. Rahangnya mengeras dan tinjunya terkepal. Tapi dia segera duduk di samping Nayla sebelum ada yang menyadarinya.

Saat semuanya sedang menikmati makanannya, tiba-tiba Rara tersedak. Rey dalam sekejap refleks meraih gelas dan berdiri sebelum akhirnya dia hanya bisa mematung di tempat.

Semua orang menatapnya. Sedangkan dia hanya bisa menatap Rara yang sedang dibantu minum oleh Daniel.

Bahkan setelah Rara selesai minum dan menoleh ke arahnya karena menyadari semua orang sedang menatapnya, entah kenapa, dunia Rey seakan terhenti.

Dia tidak bisa bergerak. Bahkan dia tidak mampu untuk berkedip.

Waktu seakan terhenti. Dan dia hanya bisa menatap Rara dengan satu tangan yang sedang memegang segelas air di udara.

Di detik itu juga, Rey bisa merasakan ada sesuatu yang menusuk jantungnya berkali-kali dengan kejamnya.

Dan di detik itu juga semua orang yang di sana tahu perasaannya yang selama ini disembunyikannya.

Bahkan Rara benar-benar terkejut melihatnya.

Namun di antara mereka semua, seseorang sedang menyembunyikan kepalan tangannya di bawah meja tanpa satu pun yang mengetahuinya.

***

QUEEN - MY LOVE(R) 💞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang